Thursday, September 27, 2012

Menabur Tulisan, Menyemai Blackberry



                Pepatah mengatakan “Taburlah maka akan kau tuai”. Petani bekerja menabur bibit, menuai padi. Kalo gue menabur tulisan, semaian gue Blackberry! Bukan buah beri item, tapi Blackberry (BB) sebuah brand smart phone  yang lagi booming lima tahun terakhir. Kok bisa? Gimana caranya?
                Pada tanggal 15 September kemarin gue diberkati dengan hadiah sebuah Blackberry, usai dinyatakan sebagai salah satu juara di lomba penulisan blog “Jakarta di Mata Blogger” yang dilaksanakan Tempo.co dan Politicawave. Sebuah impian dan pencapaian tersendiri buat gw.
                Jadi gini ceritanya, waktu itu gw masih liburan semester bulan Juli kemarin. Gw lupa tanggal berapa pastinya, yang jelas waktu itu hari Minggu. Gw ke gereja bareng kakak gw di Paroki Stefanus di Cilandak TB Simatupang. Sebenarnya paroki gw adalah di Paroki Barnabas, Pamulang, tapi gw dan keluarga suka pindah-pindah gereja karena kurang klop sama kotbah dan durasi romo di Pamulang. Walaupun begitu, gw selalu merasa at home di Pamulang. Di paroki inilah gw dua puluh satu tahun menjadi jemaat, hidup, bergaul dengan teman-teman gw yang katolik juga. Hati gw akan selalu di Pamulang *Tsaaah… hahaha.
                Oke back to the story, singkatnya setelah pulang gereja, gw dan kakak gw hendak pulang, kita lewat Cirende. Di tengah jalan kami berhenti sejenak di Seven-Eleven, karena udara panas walaupun sudah terkurangi oleh AC mobil masih menggerogoti keringat dan dahaga kita. Disana kakak gw beli minuman rasa sarsaparilla, sambil menunggu gw tunggu di kasir. Disana gw melihat ada Koran Tempo, gw iseng-iseng buka-buka, naluri jurnalistik biasa, gw kepo nih, apa sih yang dijadi HL dan berita apa aja nih yang masuk di Koran Tempo. Ga lama kemudian mas-mas penjaga kasir berkata, “Ambil aja mas gratis kok.” Weh? Iya apa gratis? Gw pun membalik koran, dan ternyata memang tertera tulisan gratis disitu. Usut punya usut ternyata UI sedang mengabarkan pengumuman kelulusan SIMAK (seleksi masuk) UI untuk mahasiswa baru, dengan bekerja sama dengan Tempo untuk membantu mengabarkan nama-nama yang lolos.  Ga lama, kakak gw selesai bayar di kasir, dan kami kembali ke mobil untuk pulang, dan gw sukses membawa Koran Tempo gratis itu. Lumayan pikir gue. Hehe. Tapi ternyata kedepannya takdir mengatakan bahwa lebih dari sekedar lumayan.
                Sampai rumah gw ganti baju segala macem, langsung menyambar Koran Tempo itu, dan mulai membacanya sambil leha-leha. Berita A gw lewatin, berita B lewat, SIMAK UI apalagi, orang gw uda kuliah! Hahaha. Tidak ada yang menarik disitu, berita-beritanya kurang lebih sama kek Kompas, yang gw baca tadi pagi (which is gw langganan tiap hari). Sampai akhirnya tiba-tiba mata gw terpana pada sebuah iklan pengumuman lomba.

Iklan Pengumuman Lomba Blog "Jakarta di Mata Blogger"



                Ya iklan pengumaman lomba inilah yang menarik gw. “Wah bisa nih gue ikut,” batin gue. Lumayan juga kan gw lagi nganggur nungguin kabar beasiswa, magang dan sidang proposal skripsi gw. At least gw bisa lakukan atau berjuang untuk sesuatu yang berguna.
                Gw mau cerita dikit nih, jadi yang mengadakan lomba ini adalah Politicawave bekerja sama dengan Tempo.co. Politicawave adalah (bisa disebut) sebagai LSM yang tugasnya mengawasi arus lalu lintas percakapan soal pilkada DKI di dunia maya. Dan lomba ini diadakan untuk menyambut, memeriahkan pilkada DKI sambil memperkenalkan keberadaan Politicawave.
                Singkat cerita, gw langsung memutar otak, gw mau nulis apa ya? Pokoknya yang harus out of the box, yang beda, yang kreatif, yang berkualitas, sehingga gw tampil beda, unik, menarik, dan menyisihkan yang lain dalam lomba. Seluruh berita pilkada gw serap, gw dalami. Stasiun TV, media cetak, sampai online, semua soal pilkada DKI gw pantengin, supaya gw bisa dapat inspirasi untuk menulis.
                Tiba-tiba saja gw teringat akan lagu tentang Jakarta yang dinyanyikan oleh seniman legendaris kelahiran tanah Betawi, lagu Kompor Meledug oleh Benyamin Sueb. Lagu itu berpesan soal kritik soal atas kesemerawutan masalah di Jakarta, kebanjiranlah segala macem. Nah, lagu itu dinyanyikan ulang oleh sejumlah grup band indie jaman sekarang. Lagu Benyamin itu digarap tahun 1972 (thanks to vivi yang uda menanyakan ini ke Mas Denie Sakrie sehingga data gw valid. Hehe) dan pada jaman sekarang dinyanyikan ulang oleh anak muda jaman sekarang, dan ternyata masalah kritik sosial yang ada pada lagu itu masih relevan dengan kondisi Jakarta saat ini. 40 tahun men! Jakarta “tidak” berubah! Gw langsung ngerasa ini ide bagus nih, langsung aja gw garap. Dan jadilah judulnya, “Dari Benyamin Sampai Sekarang.”
                Melihat banyaknya tulisan yang masuk, dan banyak juga yang mengirim berulang-ulang, mendorong gw untuk mengirim karya gw lagi. Kali ini berjudul “Mencari Bang Ali Jilid Dua”. Ide dasarnya adalah karena usai membaca sub tema penilan yang berkata soal keadaan Jakarta dan gubernur yang diinginkan.
                Gw sempat rada nyantai tuh, karena ngerasa uda ngerilis dua tulisan yang menurut gw kompetitif-lah, sampai akhirnya temen gue, penerus gue, Gloria Fransisca a.k.a Tita ikutan lomba ini karena naksir hadiah lomba yang ditawarkan, mengingat laptop lamanya hancur karena terserang musibah banjir dan kerubuhan atap kosannya. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap peserta lain, gw merasa tulisannya Tita itu boleh juga, maka terdoronglah gw membuat satu tulisan lagi judulnya, “Jakarta Kota Sejuta Asa”. Di tulisan ini gw lebih mengeksplor diksi dan konsonan, sambil mengedepankan isi soal Jakarta yang lebih baik.
                Ngerasa kayaknya uda gada lagi ide cihuy yang bisa ditulis, gw pun harap-harap cemas nyantai-nyantai menunggu hasil lomba. Tanggal yang ditentukan pun telah tiba, nah ternyata tiba-tiba lomba diperpanjang hingga September. Gw sempet bĂȘte tuh, wah curang, enak banget yang pada baru kumpulin karya, bisa nyontek yang uda ngumpulin sebelumnya, jadi mereka bisa nyolong ide dan bikin yang lebih baik. Gw sempet….. Ya udahlah, kalo emang tulisan gw bagus mah, mau tambah berapa puluh tulisan lagi ga akan ngaruh, gw akan tetap menang. Gitu pikir gw dalam hati.
                Lalu kemarin Jumat tanggal 14 September, seperti biasa, rutinitas gw tiap kali online, buka fb, twitter, email lalu blog. Gw terperangah kegirangan dapat email yg mengatakan gw menang lomba “Jakarta di Mata Blogger”. Gw kaget, ga nyangka, dan seneng banget, karena gw lupa tanggal pengumuman  yang baru, jadi gw buka email ya sekedar buka aja gitu, ngecek ada apa. Eh taunya ada kabar gembira kek gitu. Email berikutnya, gw diberitahukan bahwa gw menang dapat BB Davis Curve. AMIN! Gw akhirnya mendapatkan itu. Banyak teman-teman yg menyarankan gw untuk menggunakan BB karena nanti akan banyak berguna buat informasi dan kontak dengan teman-teman jurnalis di dunia kerja. Tapi gw ga mau merepotkan dan manja minta dibelikan orang tua, gw uda bertekad, entah gimana caranya pokoknya gw punya BB dari hasil jerih payah gw sendiri. Nah tertebuslah sudah, mungkin Tuhan mendengarkan dan alam raya semesta bekerja sama membantu gw, nah sampailah BB ini ke tangan gw.
                Untuk bisa mendapatkanya, gw harus ikut seremoninya sambil ada acara yang diselenggarakan oleh CLUB SPEAK (Suara Pemuda Anti Korupsi) di bawah binaan TII (Transparency International Indonesia) di FX Plaza. Hari itu emang istimewa, karena setelah gw dapat BB itu gw langsung pergi ke kawinan kakaknya Vivi. Komplit sudah hari itu. Senang juga karena menjadi salah satu denyut laju konstelasi politik ibukota. Semoga ke depannya gw akan mencapai target2 dan misi2 gw, terdekat skripsi dan magang. Amin. Siip!

Foto bersama pemenang yang lain




Nyokap Bokap sampe bela-belain dateng ngeliat serah terima hadiah gue

Oh iya, tulisan gw yang berhasil menang judulnya, "Dari Benyamin Sampai Sekarang". Kalau mau baca tinggal klik aja langsung di tulisan. Selamat membaca! Tiada maksud sombong atau pamer, malah semoga tulisan dan kisah gw bisa menginspirasi pembaca sekalian untuk berprestasi. Salam deadline! :D

Beasiswa Kompas Gramedia

Pernah dengar istilah bahwa rumus keberuntungan adalah kesempatan bertemu kesiapan? Saya rasa, saya cukup beruntung berhasil mendapatkan beasiswa Kompas Gramedia.

Sejak awal gw masuk kuliah dan masuk UMN (Universitas Multimedia Nusantara) gw punya sebuah tujuan utama yaitu menjadi jurnalis berkualitas dan jika Tuhan berkehendak dan alam raya bekerja untuk mendukung, kerja di Kompas Gramedia. Pikiran gue sederhana aja waktu itu, UMN punya Kompas, gw jurusan jurnalistik, gw pun berasumsi, jika gw berusaha keras maka bukan tidak mungkin gw akan tembus masuk kerja di Kompas. Terlepas dari segala perdebatan begini begitu, gw ngerasa disanalah tempat yang tepat untuk memulai karier dan masa depan gw. Dan Puji Tuhan! :D sekarang gw hanya tinggal menyelesaikan sisa kewajiban gw aja untuk bisa masuk ke sana, semua berkat sebuah golden ticket bernama beasiswa.

Menggenapi semua persyaratan seleksi, dan melewati sejumlah tahapan seperti wawancara dengan HRD Kompas, psikotes dari jam 9 pagi sampai jam 3 siang, sampai wawancara lagi dengan ODTM (Operational Development Talent Manager - Kalau ga salah gelarnya itu. Hehehe) Pak Hadi Rumpoko hingga menunggu sampai dua bulan, akhirnya, saya dan tiga belas orang lainnya mendapat surat pernyataan yang menyatakan bahwa kami lolos sebagai penerima Beasiswa Kompas Gramedia.

"Hadiah" dari menerima beasiswa ini adalah bantuan dana pendidikan sebesar Rp.7,5 juta / semester (which is makes my colleg fee is free! :D ) dan kontrak satu tahun kerja di grup Kompas Gramedia. Fiuuh... Terima kasih Tuhan atas berkat-Mu! :D Sungguh tak sia-sia usaha keras gw "tancap gas" dari tingkat satu sebagai peserta lomba mahasiswa berdebat di Jak TV, tingkat dua sebagai aktivis organisasi mahasiswa baik di tingkat fakultas dan jurusan sampai universitas, dan tahun ketiga gw sebagai kapten dari staff redaksional majalah kampus (yang tentunya jadi poin besar untuk CV saya). Semua hasil kerja keras saya, mendapatkan nilai yang baik, aktiv mengejar cita-cita dan membangun lingkungan sosial di kampus, diskusi dengan teman-teman dan dosen, membaca lusinan buku, menempuh ratusan kilometer untuk mulai berlatih sebagai reporter meliput berbagai hal, sungguh semuanya tidak sia-sia. Puji Tuhan, terima kasih.

Semoga dengan menerima beasiswa ini, saya dapat semakin bersemangat, untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Amiin! :D

Foto bersama Rektor UMN Pak Ninok Leksono, Purek III Bu Hira, Purek I Pak Topo, PIC Beasiswa Bu Sandra, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Bu Bertha dan perwakilan dari Kompas Ketua HRD Pak Sigit, Kepala ODTM Pak Hadi, Mas Sigap, dan teman-teman lain penerima beasiswa.

Tiada maksud sombong atau pamer, malah semoga tulisan dan kisah gw bisa menginspirasi pembaca sekalian untuk berprestasi. Salam deadline! :D


Wednesday, September 19, 2012

OMB UMN 2012: Kisah Paripurna Dedikasi Keorganisasiaan Saya sebagai MAHA Siswa

Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) Universitas Multimedia Nusantara 2012 dilaksanakan tanggal 3-6 September kemarin. Banyak rasa, ada suka, duka, dicaci, dibenci, dimaki, tidak puas, lelah fisik, capek hati, sampai senang, puas, excited, BANGGA! dan tentunya menumbuhkan harapan akan angkatan dan keadaan UMN yang lebih baik. Sungguh semua rasa itu, sangat komplit untuk menggenapi hari-hari terakhir dedikasi gw dalam kepanitian dan organisasi di kampus. Banyak cerita soal OMB ini dari perspektif panitia, mahasiswa baru, orang tua mahasiswa, sampai dosen dan staff rektorat. Gue ambil dari perspektif gw aja ya. hehe.

Dimulai dari beberapa waktu yang lalu, gw lupa tanggal pastinya, yang jelas di sekitaran akhir April. Waktu itu hari Sabtu, gw abis kuliah Editing dan Produksi Berita TV oleh bang Raymond Kaya. Saat itu kelas baru bubar dan anak-anak menghambur kemana-mana, dan tiba-tiba Preva (FYI: Ketua BEM UMN) menghampiri gue dan merangkul gw. Kita emang teman dan kenal baik, dan gw uda tau banget nih, kalo Preva begini pasti ada maunya. Pengalaman dari tahun lalu, karena hal yang sama dia lakukan waktu dia mau merekrut gw jadi panitia Malam Balas Jasa dan Wisuda Perdana Angkatan 2007 dan GreenWeek. Namun gw hanya mengiyakan malam balas jasa (yang notabene dilaksanakan waktu Ultimagz belum sibuk), dan menolak greenweek karena alasan sudah terlalu penuh dan hanya mau konsentrasi di Ultimagz. Dan betulah sejurus kemudian, Preva dengan logat medok kental Jawanya berkata, "Bene aku bisa minta tolong sama kamu ga?" Betul kan.

"Ono opo meneh to Prev?" *translatenya --> Ada apa lagi sih Prev?
 "Yuk kita halte belakang aja," ujar Preva sambil merangkul gw dan kita jalan bareng ke halte belakang

Sesampainya di halte belakang kemudian Preva baru menyampaikan maksudnya, "Bantuin aku jadi panitia OMB dong!" Ooh ini toh karepmu Prev? Hahaha asyuuu...

Sontak tanpa pikir panjang, dengan tegas gw bilang, "Nggak!" Kenapa nggak gue terima? Pengalaman gw melihat (tanpa jadi panitia di dalamnya) OMB UMN dari tahun ke tahun itu kurang berkesan, kurang nampol, dan kurang bisa meresapkan "doktrin" soal orientasi kampus dan tentunya tentang bagaimana menjadi MAHASISWA yang sesungguhnya bukan sekedar "naik kelas 4 SMA" dengan segala kekanak-kanakan, kemanjaan ABG. Imbasnya nyata, gw kenyang menghadapi mahasiswa yang kerjanya kuliah pulang-pulang doang (tanpa ada kegiatan di luar, kalo ada kesibukan kayak bisnis, nge-SPG, Freelance kerja apa gitu sih gapapa), tukang ngeluh tapi tanpa action, pasif, apatis, lemah daya kritis, pencari ijazah dan penjilat dosen. Cuihh gw paling muak sama mahasiswa yang kayak gitu. Tapi masalahnya jumlah orang seperti itu banyak. Bukan berarti semua mahasiswa dari seluruh angkatan kayak gitu ya, cuma sejumlah orang ini, tapi suaranya kenceng gitu. Bukan salah OMB-nya juga sih, tapi lebih kepada ke mahasiswa barunya sendiri, tapi setidaknya dengan gebrakan saat OMB, setidaknya mindset mereka bisa dibentuk, sehingga ke depannya dia masih melakukan sesuatu yg lebih baik.

Dengan secara asunya, Preva yang juga sepaham dengan kemuakkan gw dengan tipe mahasiswa seperti itu, menjadikan itu argumennya untuk merangkul gw menciptakan angkatan baru yang ga seperti itu. Gw ga berkutik. "Ayolah Ben, hehehehe," tawa Preva yang asu itu berderai merayu gw. Gw bergeming. Masih mantap dengan kata tidak! Alasan magang dan skripsi kali ini gw lemparkan untuk menepis, tapi Preva membalas, "Tahun lalu yang senior juga cuti kok," Asu gw kalah argumen.

Disitu juga ada si Pandji, dia juga punya pikiran 11-12 sama gw dan Preva, sehingga dia mau direkrut juga. Pandji lebih banyak brainstorming bagaimana MOS-nya di PL dulu dan waktu dia masih kuliah di Atma dan ospek fakultasnya dulu. Kita ngomong ngalor ngidul sana-sini, tapi tetap gw berkata tidak. Tapi Preva ga menyerah, dia masih tetap mencoba meyakinkan gw bahwa OMB sekarang ini bakal berbeda. Gw bergeming.

Kemudian Leo, Agus dan Pingka dateng ke halte. Leo sebagai ketua OMB perwakilan dari mahasiswa mengatakan kalo OMB sekarang ini bakal beda karena dosen ketua OMB-nya pun rada sengklek juga otaknya, nyeleneh dan punya kegerahan yang sama soal mahasiswa yang lembek Gw masih setia dengan jawaban tidak. Pandji lebih ke go with the flow.

Sampai kemudian Preva mengatakan, "Kalau aku sih lebih bagaimana bertanggung jawab ke angkatan bawah. Dengan tidak ikutnya kamu ke dalam panitia OMB kamu secara tidak langsung melepaskan tanggung jawabmu sebagai senior untuk menggembleng, dan ga usah marah kalo mereka nantinya jadi ga mutu, karena kamu melepaskannya."  Akhirnya gw mengangguk setuju. Maka berakhirlah negosiasi panjang dari jam setengah dua siang sampai jam setengah lima sore itu. Asu tenan koe Prev.

Waktu berlalu, rapat demi rapat kita lalui, proses demi proses kita jalani. Ide-ide pun bertebaran. Dari gw pribadi sih lebih mengutamakan internalisasi nilai-nilai ke mahasiswa baru. Dari berbagai rembukan dan brainstorming, Leo ingin menerapkan nilai-nilai utama dalam OMB ini yaitu solidaritas, respek, caring dan sense of belonging. Dan untuk bisa memasukan itu kita perlu mendoktrin mereka dan menginternalisasi mereka dengan nilai-nilai itu. Menurut gue pribadi, untuk bisa mendoktrin orang, si subjek doktrin harus berada di bawah tekanan dan dibuat mau tak mau mengikuti apa kata si doktrin. Itu cara doktrin yang paling ampuh. Maka kita kondisikan seperti itu. Berdasar dari itulah kita munculkan ide seorang Komandan Lapangan. Seseorang yang memimpin barisan saat apel sore sambil bertugas "berdakwah" secara verbal untuk membenamkan nilai-nilai ke lubuk sanubari mahasiswa baru.

Selai itu gw pribadi juga mengajukan ide pemasangan spanduk di sekitaran lapangan untuk membentuk atmosfer OMB yang kondusif. Sehingga alam pikiran mahasiswa baru menjadi tersadar bahwa mereka sedang akan menempuh di dunia baru. Akhirnya munculah sejumlah spanduk dengan kata-kata yang memprovokasi alam bawah sadar Maba (mahasiswa baru) seperti "Hidup Mahasiswa!","Kami MAHA siswa bukan mamasiswa","Menolak Apatis" dan lain-lainnya.

Selain daripada paket acara OMB lainnya seperti pengenalan rektorat, konten prodi, dan games, kami juga mereformasi sesi yang sangat kental dengan peloncoan yaitu sesi tanda tangan. Kami merasa sesi itu nampak kurang bermakna, dan punya peluang paling besar bagi senior untuk melonco maba. Maka kami modifikasi dengan quotes panitia. Maksudnya? jadi setiap hari akan ada panitia yang menggunakan kaos yang bersablonkan suatu quotes tertentu. Isi quotes itu berisi nilai yang ingin diterapkan pada maba via OMB. Nah di sesi tanda tangan itu mereka harus mencari panitia yang berkaoskan quotes itu dan menuliskannya quotes itu di buka mereka dan meminta tanda tangan kpd pnitia yang berkaoskan quotes. Dengan begitu, mereka akan kenal senior, sambil tetap dibenamkan akan nilai2 OMB.

Untuk memperkuat kesan dan sense of belonging, kita juga menciptakan sebuah mars dan salam untuk membakar semangat mereka. Mars OMB itu diciptakan Pandji. Sedangkan salam UMN dirumuskan Mas Hargyo. Gw pribadi sangat senang dengan munculnya salam ini. Pengalaman gw sejak SMA, selalu gw digelorakan akan kata-kata yang menjadi semacam sabda dan nafas semangat. Dalam skala besar itulah tujuan dan corporate culture kita! Akhirnya UMN punya semacam mantra, sebuah sabda, yang bisa mendengungkan gelora semangat dan kebanggan akan almamternya. Salam UMN! Karya terbaik untuk Almamater! Persada! Sesama!

OMB yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jumat sebelum mereka melakukan OMB di hari Senin, Maba diwajibkan datang untuk di briefing. Di hari itulah mereka di beritahu untuk membawa tugas dan atribut apa saja untuk dibawa. Malam hari berlalu, ramailah dunia maya oleh caci maki tugas2 itu. Padahal seluruh tugas itu SAMA SEKALI BEBAS DARI UNSUR PELONCOAN, semua tugas untuk mengembangkan kreativitas, dan orientasi mahasiswa di dalam di lingkungan sekitar kampus. OMB pun berjalan. Perlahan tapi pasti performa panitia makin menanjak, suara caci maki maba di dunia maya pun menghilang berganti jadi nada bangga dan pujian terhadap OMB.

Di dalam tubuh panitia pun punya dinamika yang terjadi tak kalah menarik. Meskipun kita penuh dengan ide brilian dan reformasi OMB, ada kalanya kita miskomunikasi dan makan ati satu sama lain (yah namanya juga manusia pasti ada salahnya. hehehe) namun di akhir acara kita melebur menjadi satu keluarga dan semangat dan kebanggaan menjadi panitia OMB 2012.

Puncak acaranya tentu saja saat terakhir, acara puncak dari sore hari. Dimulai dari pembacaan surat cinta oleh Gw dan Arda, hubungan panitia dan maba jadi cair, tidak ada lagi sekat. Lalu performance per fakultas yang meriah dan heboh, serta membentuk solidaritas antar fakultas. Suasana semakin khidmat saat malam hari, lapangan parkir diwaranai cahaya lilin oleh seluruh maba. Saat itu maba disuruh merenung, sambil diiringi kata-kata dari Leo, Pandji, Preva dan Mas Hargyo dan sebuah lagu berjudul "darah juang", di akhir renungan, secara menghentak muncul kembang api memeriahkan suasana. Langit menjadi terang. suka cita berderai mengelilingi. Acara kemudian di tutup dengan salam UMN, Mars OMB, dan Mars UMN. Plus acara tambahan dimana pandji berpalbis dan bermodus ria dengan maba soal surat cinta. Acara berakhir, maba senang, bangga, terharu, bahkan orang tua murid sampai ada yang menangis terharu.

Gw seneng banget semua berakhir dengan sukses. Sungguh semua menjadi awal kisah yang manis untuk langkah baru mereka di perguruan tinggi. Juga akhir yang manis untuk sejumlah panitia angkatan tua seperti saya. Semoga angkatan 2012 tumbuh menjadi angkatan yang tangguh, solid, cerdas, berprestasi dan menunjung tinggi sikap dan perilaku.

TERIMA KASIH SELURUH TEMAN-TEMAN PANITIA, MABA 2012

terutama untuk Preva yg telah membuat gw mengakhiri dedikasi terakhir gw dengan klimaks. Leo yang telah jadi ketua yang taktis dan mau terjun langsung untuk melihat dinamika panitia. Mas Hargyo atas kesamaaan dan sharing visinya soal OMB. Arda atas nama solidaritas seksi acara, susah senang kita tanggung bersama. Pandji for being the incredible danlap! gada yang bisa selain lw nji! dan tentu saja Vivi yang setia mengamankan maba dan kesehatan saya.

SALAM UMN! KARYA TERBAIK UNTUK ALMAMATER! PERSADA! SESAMA!