Pepatah
mengatakan “Taburlah maka akan kau tuai”. Petani bekerja menabur bibit, menuai padi.
Kalo gue menabur tulisan, semaian gue Blackberry! Bukan buah beri item, tapi
Blackberry (BB) sebuah brand smart phone yang lagi booming
lima tahun terakhir. Kok bisa? Gimana caranya?
Pada
tanggal 15 September kemarin gue diberkati dengan hadiah sebuah Blackberry,
usai dinyatakan sebagai salah satu juara di lomba penulisan blog “Jakarta di Mata
Blogger” yang dilaksanakan Tempo.co dan Politicawave. Sebuah impian dan
pencapaian tersendiri buat gw.
Jadi
gini ceritanya, waktu itu gw masih liburan semester bulan Juli kemarin. Gw lupa
tanggal berapa pastinya, yang jelas waktu itu hari Minggu. Gw ke gereja bareng
kakak gw di Paroki Stefanus di Cilandak TB Simatupang. Sebenarnya paroki gw
adalah di Paroki Barnabas, Pamulang, tapi gw dan keluarga suka pindah-pindah
gereja karena kurang klop sama kotbah dan durasi romo di Pamulang. Walaupun
begitu, gw selalu merasa at home di
Pamulang. Di paroki inilah gw dua puluh satu tahun menjadi jemaat, hidup,
bergaul dengan teman-teman gw yang katolik juga. Hati gw akan selalu di
Pamulang *Tsaaah… hahaha.
Oke
back to the story, singkatnya setelah pulang gereja, gw dan kakak gw hendak
pulang, kita lewat Cirende. Di tengah jalan kami berhenti sejenak di
Seven-Eleven, karena udara panas walaupun sudah terkurangi oleh AC mobil masih
menggerogoti keringat dan dahaga kita. Disana kakak gw beli minuman rasa sarsaparilla,
sambil menunggu gw tunggu di kasir. Disana gw melihat ada Koran Tempo, gw
iseng-iseng buka-buka, naluri jurnalistik biasa, gw kepo nih, apa sih yang
dijadi HL dan berita apa aja nih yang masuk di Koran Tempo. Ga lama kemudian
mas-mas penjaga kasir berkata, “Ambil aja mas gratis kok.” Weh? Iya apa gratis?
Gw pun membalik koran, dan ternyata memang tertera tulisan gratis disitu. Usut
punya usut ternyata UI sedang mengabarkan pengumuman kelulusan SIMAK (seleksi
masuk) UI untuk mahasiswa baru, dengan bekerja sama dengan Tempo untuk membantu
mengabarkan nama-nama yang lolos. Ga
lama, kakak gw selesai bayar di kasir, dan kami kembali ke mobil untuk pulang, dan
gw sukses membawa Koran Tempo gratis itu. Lumayan pikir gue. Hehe. Tapi
ternyata kedepannya takdir mengatakan bahwa lebih dari sekedar lumayan.
Sampai
rumah gw ganti baju segala macem, langsung menyambar Koran Tempo itu, dan mulai
membacanya sambil leha-leha. Berita A gw lewatin, berita B lewat, SIMAK UI
apalagi, orang gw uda kuliah! Hahaha. Tidak ada yang menarik disitu,
berita-beritanya kurang lebih sama kek Kompas, yang gw baca tadi pagi (which is gw langganan tiap hari). Sampai
akhirnya tiba-tiba mata gw terpana pada sebuah iklan pengumuman lomba.
Iklan Pengumuman Lomba Blog "Jakarta di Mata Blogger" |
Ya
iklan pengumaman lomba inilah yang menarik gw. “Wah bisa nih gue ikut,” batin
gue. Lumayan juga kan gw lagi nganggur nungguin kabar beasiswa, magang dan
sidang proposal skripsi gw. At least gw bisa lakukan atau berjuang untuk
sesuatu yang berguna.
Gw
mau cerita dikit nih, jadi yang mengadakan lomba ini adalah Politicawave
bekerja sama dengan Tempo.co. Politicawave adalah (bisa disebut) sebagai LSM
yang tugasnya mengawasi arus lalu lintas percakapan soal pilkada DKI di dunia
maya. Dan lomba ini diadakan untuk menyambut, memeriahkan pilkada DKI sambil
memperkenalkan keberadaan Politicawave.
Singkat
cerita, gw langsung memutar otak, gw mau nulis apa ya? Pokoknya yang harus out
of the box, yang beda, yang kreatif, yang berkualitas, sehingga gw tampil beda,
unik, menarik, dan menyisihkan yang lain dalam lomba. Seluruh berita pilkada gw
serap, gw dalami. Stasiun TV, media cetak, sampai online, semua soal pilkada
DKI gw pantengin, supaya gw bisa dapat inspirasi untuk menulis.
Tiba-tiba
saja gw teringat akan lagu tentang Jakarta yang dinyanyikan oleh seniman legendaris
kelahiran tanah Betawi, lagu Kompor Meledug oleh Benyamin Sueb. Lagu itu
berpesan soal kritik soal atas kesemerawutan masalah di Jakarta, kebanjiranlah
segala macem. Nah, lagu itu dinyanyikan ulang oleh sejumlah grup band indie
jaman sekarang. Lagu Benyamin itu digarap tahun 1972 (thanks to vivi yang uda
menanyakan ini ke Mas Denie Sakrie sehingga data gw valid. Hehe) dan pada jaman
sekarang dinyanyikan ulang oleh anak muda jaman sekarang, dan ternyata masalah
kritik sosial yang ada pada lagu itu masih relevan dengan kondisi Jakarta saat
ini. 40 tahun men! Jakarta “tidak” berubah! Gw langsung ngerasa ini ide bagus
nih, langsung aja gw garap. Dan jadilah judulnya, “Dari Benyamin Sampai
Sekarang.”
Melihat
banyaknya tulisan yang masuk, dan banyak juga yang mengirim berulang-ulang,
mendorong gw untuk mengirim karya gw lagi. Kali ini berjudul “Mencari Bang Ali
Jilid Dua”. Ide dasarnya adalah karena usai membaca sub tema penilan yang
berkata soal keadaan Jakarta dan gubernur yang diinginkan.
Gw
sempat rada nyantai tuh, karena ngerasa uda ngerilis dua tulisan yang menurut
gw kompetitif-lah, sampai akhirnya temen gue, penerus gue, Gloria Fransisca
a.k.a Tita ikutan lomba ini karena naksir hadiah lomba yang ditawarkan,
mengingat laptop lamanya hancur karena terserang musibah banjir dan kerubuhan
atap kosannya. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap peserta lain, gw merasa
tulisannya Tita itu boleh juga, maka terdoronglah gw membuat satu tulisan lagi
judulnya, “Jakarta Kota Sejuta Asa”. Di tulisan ini gw lebih mengeksplor diksi
dan konsonan, sambil mengedepankan isi soal Jakarta yang lebih baik.
Ngerasa
kayaknya uda gada lagi ide cihuy yang bisa ditulis, gw pun harap-harap cemas
nyantai-nyantai menunggu hasil lomba. Tanggal yang ditentukan pun telah tiba,
nah ternyata tiba-tiba lomba diperpanjang hingga September. Gw sempet bête tuh,
wah curang, enak banget yang pada baru kumpulin karya, bisa nyontek yang uda
ngumpulin sebelumnya, jadi mereka bisa nyolong ide dan bikin yang lebih baik.
Gw sempet….. Ya udahlah, kalo emang tulisan gw bagus mah, mau tambah berapa
puluh tulisan lagi ga akan ngaruh, gw akan tetap menang. Gitu pikir gw dalam
hati.
Lalu
kemarin Jumat tanggal 14 September, seperti biasa, rutinitas gw tiap kali
online, buka fb, twitter, email lalu blog. Gw terperangah kegirangan dapat
email yg mengatakan gw menang lomba “Jakarta di Mata Blogger”. Gw kaget, ga
nyangka, dan seneng banget, karena gw lupa tanggal pengumuman yang baru, jadi gw buka email ya sekedar buka
aja gitu, ngecek ada apa. Eh taunya ada kabar gembira kek gitu. Email
berikutnya, gw diberitahukan bahwa gw menang dapat BB Davis Curve. AMIN! Gw akhirnya
mendapatkan itu. Banyak teman-teman yg menyarankan gw untuk menggunakan BB
karena nanti akan banyak berguna buat informasi dan kontak dengan teman-teman
jurnalis di dunia kerja. Tapi gw ga mau merepotkan dan manja minta dibelikan
orang tua, gw uda bertekad, entah gimana caranya pokoknya gw punya BB dari
hasil jerih payah gw sendiri. Nah tertebuslah sudah, mungkin Tuhan mendengarkan
dan alam raya semesta bekerja sama membantu gw, nah sampailah BB ini ke tangan
gw.
Untuk
bisa mendapatkanya, gw harus ikut seremoninya sambil ada acara yang
diselenggarakan oleh CLUB SPEAK (Suara Pemuda Anti Korupsi) di bawah binaan TII
(Transparency International Indonesia) di FX Plaza. Hari itu emang istimewa,
karena setelah gw dapat BB itu gw langsung pergi ke kawinan kakaknya Vivi.
Komplit sudah hari itu. Senang juga karena menjadi salah satu denyut laju
konstelasi politik ibukota. Semoga ke depannya gw akan mencapai target2 dan
misi2 gw, terdekat skripsi dan magang. Amin. Siip!
Foto bersama pemenang yang lain |
Nyokap Bokap sampe bela-belain dateng ngeliat serah terima hadiah gue |
Oh iya, tulisan gw yang berhasil menang judulnya, "Dari Benyamin Sampai Sekarang". Kalau mau baca tinggal klik aja langsung di tulisan. Selamat membaca! Tiada maksud sombong atau pamer, malah semoga tulisan dan kisah gw bisa menginspirasi pembaca sekalian untuk berprestasi. Salam deadline! :D
No comments:
Post a Comment