Cepat-cepat I put myself back together as fast as i can.
Gue ga mau terlalu larut dalam kesalahan bodoh gue sendiri. Segera langsung gue susun strategi matang dan rencana cadangan kalau rencana awal tidak berhasil. Jadi besok, gue akan minta secara langsung ke Jokowi untuk masuk dan interview di dalam mobilnya. Agak nekat memang, tapi agaknya tidak ada alternatif lain selain tindakan "gila" seperti itu. Hehehe. Back-up plan, gue akan mencharter tukang ojek depan rumah gue untuk mengantarkan gue ke balkot, meskipun makan sedikit biaya tambahan tapo in case kalo gue ketinggalan Jokowi gue bisa nyusul dia kemana pun dia pergi. Kalau semua rencana tadi gagal, gue akan datangi rumah dinas Jakarta Jokowi di Jl. Taman Suropati No.7, Menteng, Jakarta Pusat. Dan gue berencana ga akan pulang kalau belum dapat wawancara dengan dia. Semua harus berakhir hari besok.
Pagi-pagi gue langsung ke depan untuk mengajak tukang ojek cum satpam yang lagi bebas shift untuk mengantarkan gue. Mas Budi namanya, dia pun setuju, maka langsung berangkatlah gue. Dengan motor, perjalanan dua kali lebih cepat ditempuh. Jika biasanya gue sampai di balkot jam setengah 10 atau jam 10an, atau makan waktu 2,5-3 jam, tapi dengan ojek gue sampai di balkot setengah 9 atau satu setengah jam perjalanan saja. Seperti biasa, mulailah gue menunggu di sana. Tak lama kemudian datang rombongan orang-orang, mungkin Jepang atau Cina atau Korea, datang ke Balkot. Entah untuk apa mereka datang, gue ngantuk sekali jadi gue agak malas mencari tahu siapa mereka dan untuk apa mereka datang ke balkot. Toh fokus gue hari itu adalah wawancara Jokowi.
Sambil menunggu, rupanya kantuk menghinggapi, gue pun tertidur. Baru kemudian terbangun ketika melihat rombongan wartawan bangkit berdiri dari tempat duduk mereka untuk doorstop. "Ini dia Jokowi datang!" Pikir gue saat itu. Langsung gue beranjak mendekati mobilnya, bersiap-siap untuk meminta wawancara di lakukan di dalam mobil. Sambil menyiapkan backup paln kalau gue gagal masuk mobilnya Jokowi, gue SMS Mas Budi supaya standby supaya gue bisa langsung jalan untuk mengejar.
Setelah menunggu, akhirnya keluar juga sosok dari dalam kantor balaikota, dan ternyata.... rombongan orang asing itu. False alarm. Namun gue harus tetap siaga, siapa tahu ga lama kemudian Jokowi keluar, atau Jokowi kabur langsung ke mobilnya. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, mengingat Jokowi orangnya sangat fleksibel. Di selasar balkot, wartawan masih doorstop orang-orang asing itu, sementara gue masih nongkrong di samping mobil dinas Jokowi.
Rupanya sampai orang-orang asing itu pulang, Jokowi tak juga keluar. Kembalilah gue menunggu dia. Masih di sebelah mobilnya. Sekitar pukul setengah 11an, para wartawan kembali bersiap doorstop. Mungkinkah kali ini Jokowi keluar? seharusnya iya.
Benarlah demikian, Jokowi keluar dari balaikota. Seperti biasa, gerombolan wartawan mengerubungi dia dengan wartawan, sementara gue masih stay dekat mobilnya, bahkan ketika mobilnya bergerak maju ke halaman depan balaikota. Dari doorstop itu gue tahu kalo bahwa kedatangan orang asing itu (entah sebagai kontraktor atau sekedar konsultan atau donatur, entahlah) secara tidak langsung berperan dalam rencana Jokowi membangung kampung-kampung di Jakarta. Sambil menjawab pertanyaan wartawan, Jokowi juga menjelaskan soal rencana itu. Diberondongi pertanyaan, Jokowi sampai duduk di bangku anak tangga sambil menunjukkan gambar rancangan pembangunan kampung itu yang sudah jadi si sebuah kertas karton besar. Rencananya
Jokowi ingin membangun dan merenovasi kampung di Jakarta. Nantinya akan
muncul kampung backpacker, kampung bisnis, kampung mahasiswa, kampung
resapan air dan lain-lain. Gue masih standby dekat mobil.
Usai menjawab semua pertanyaan, Jokowi masuk ke dalam mobil. Ini kesempatan gue. Kebetulan jendela kaca belakangannya terbuka, sambil membawa surat wawancara yang telah gue print lagi semalam, langsung aja gue ngomong.
"Pak ini saya yang kemarin, yang kasih surat ke bapak soal wawancara. Saya boleh masuk ke dalam mobil ga pak untuk wawancara? Kemarin saja ada wartawan yang bapak ajak masuk ke dalam mobil, masa saya nggak boleh?"
Meski di rasa agak tidak sopan dan bernada sedikit memaksa, tapi apa mau dikata, semua jalur formal uda gue coba dan ga berhasil. So why not cara ini?
Harap-harap cemas gue menunggu jawaban dari Jokowi.
"Iya, masuk saja," jawab Jokowi
and it was like.... WOW man! Jokowi mengijinkan gue masuk mobilnya!
30 Menit Istimewa dalam Hidup Gue
Bergegas gue masuk ke mobilnya, dan duduk di kursi paling belakang mobil Innova itu. Gue berhasil masuk mobil itu. Gue ga tahu, Jokowi ini akan pergi kemana, entahlah gue pasrah saja, itu urusan belakangan, yang penting sekarang adalah wawancara. Saat gue masuk beliau, masih ngobrol dengan ajudan dan staffnya yang ada di dalam mobil itu.
Gue ga akan bohong, saat itu gue akui nervous. Ga gue sangka banget, gue bakal dapat kesempatan ini. I'll put myself together dan mulai fokus dengan apa yang harus gue lakukan. Gue mengeluarkan kertas daftar pertanyaan wawancara dan mengeluarkan HP gue untuk merekam percakapan kita.
Segera setelah dia usai berbincang dengan staffnya, gue pun memulai pembicaraan. Langsung gue kembali memperkenalkan diri, nama, asal media, serta topik dan tujuan wawancara. Tak lupa gue meminta maaf bila wawancara ini dilakukan dengan cara yang tak lazim dan bisa dikatakan sedikit memaksa dengan menceritakan bahwa segala upaya melalui jalur formal sudah dikerahkan namun tak kunjung berhasil.
"Iya," jawab Jokowi sambil mengangguk mendengarkan seluruh penjelasan gue.
Lalu gue menjelaskan bahwa ada dua topik utama dalam wawancara ini yaitu soal Tata Kelola Kota dan Ruang Terbuka Hijau Jakarta, lalu topik kedua adalah soal wirasusaha kehutanan. Usai menyelesaikan penjelasan, kemudian gue bertanya, "Bagaimana Pak sudah siap untuk di wawancara?"
"Iya," jawab Jokowi kembali sambil menangguk.
Dan mulailah gue melontarkan satu per satu pertanyaan gue. Semua di jawab Jokowi dengan jelas dan padat. Meski ada beberapa pertanyaan yang sudah sering di lontarkan media lain, seperti soal banjir dan rencana tata kelola kota dan ruang terbuka hijau Jakarta, beliau sangat sabar dan telaten menjawab satu per satu pertanyaan gue.
Berada di kursi paling belakang mobil dinas gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk melakukan wawancara eksklusif dengan dia. |
"Kalau
itu untuk hijauan, ya untuk hijauan. Kalau untuk tangkapan air, ya
tangkapan air. Jangan hijauan dijadikan mal,
tangkapan air jadi apartemen, itu yang ga
boleh," ujar Jokowi ketika menjawab salah stau pertanyaan gue soal banjir.
Lalu seputar kewirausahawan kehutanan dia memberikan kiat-kiat sebagai berikut, "Harus bisa memproduksi,
harus bisa memasarkan. Orientasinya harus orientasi pasar, lihat pasar dulu
baru berproduksi, baru menanamnya. Jadi dibalik, jangan menanam dulu,
berproduksi dulu, baru cari pasar. Nanti bingung cari pasarnya, ga bisa jual."
Setelah menghabiskan sekitar 13 pertanyaan, berakhirlah wawancara yang berlangsung sekitar kurang lebih 10 menit itu. Kemudian gue meminta beliau untuk mendatangani buku Dies Natalis UGM ke 40 seperti yang gue utarakan di surat. Ketika gue mengatakan permintaan dan memberikan buku itu, dia tidak nampak kaget dan tidak bertanya misalnya, "Apa ini? Maksudnya apa?" seperti yang gue bayangkan sebelumnya. Artinya apa? Mungkin saja dia membaca surat gue yang gue kasih kemarin, sehingga dia tak lagi kaget. Kemudian dia menandatangi buku itu.
Usai menandatangi buku itu. Kemudian gue bertanya soal tujuan perjalanan ini. Kemudian beliau mengatakan bahwa kita akan pergi ke RS Koja. Setelah sekitar 15 menit di dalam mobil, gue baru tahu kemana kita akan pergi.
Setelah itu Jokowi lebih banyak berbincang dengan staffnya soal inspeksi mendadak yang akan dia lakukan di RS Koja ini. Ingin rasanya memotong pembicaraan mereka dan kembali menanyakan banyak hal kepada beliau, tapi sungkan rasanya. Sudah dibiarkan masuk untuk wawancara saja sudah bagus, ga enak gue kalau kerja beliau terhambat karena pertanyaan wawanacara ga resmi gue. Jadi di kursi belakang, gue lebih banyak diam dan mendengarkan saja. Belakangan gue agak menyesal karena terlalu cepat menjalankan wawancara, seharusnya gw lebih bisa mengoptimalkan waktu wawancara dengan gali lebih dalam setiap pertanyaan.
Jokowi Menawari Gue Makanan Kecil
Kemudian Jokowi melakukan sesuatu yang membuat gue cukup kaget. Dia menoleh ke kursi belakang sambil menyodorkan kripik Pringles - yang disimpannya di mobilnya - ke arah gue sambil berkata, "Mas mau ga?" Jokowi menawari gue makanan kecil. Kaget setengah mati gue rasanya, tapi asli gue merasa senang sekali. Tapi gue amu menjaga sopan santun, dengan mengatakan, "Wah makasih banyak Pak. Ga usah repot-repot Pak," ujar gue menolak secara halus.
Jokowi kemudian mengambil tisu dan menumpangkan beberapa potong kripik kentang ke atas tissu itu.
"Ini Mas, makan saja. Ndak papa," ujarnya menoleh belakang sambil memberikan tissu berisi keripik kentang itu ke tangan gue. Man itu gila rasanya... Wah kalau sampai uda diambilin terus gue nolak, itu namanya gatau diri.
"Oh iya Pak, makasih banyak," jawab gue. Belum berhenti sampai situ beliau membuat gue terkesima. Setelah sukses mengunyah habis sebuah keripik yang di berikan beliau...
"Mas, dibelakang ada minum ga?" Tanya Jokowi. Gue pun bertanya-tanya, mau buat apa? Dia mau minum kali ya? Gue pun mulai melongok ke kiri dan kanan mencari.
"Oh iya ada Pak," jawab gue.
"Ambil aja Mas, biar enak itu habis makan keripik," ujar Jokowi.
"Oh iya Pak, terima kasih banyak," jawab gue.
Simpel sih, tapi sangat berkesan sekali. Beliau orangnya sangat bersajahaja, sederhana, humble, dan egaliter. Nyatanya gue yang buka siapa-siapa, bukan wartawan terkenal, hanya seorang freelance dari media LSM, diberinya tumpangan khusus untuk wawancara, bahkan di berikan kudapan dan air minum. Dan
kalau dilihat dari nilai nominalnya dan situasi kondisinya, rasanya itu
juga bukan usaha beliau untuk "menyogok" saya agar menulis baik.
Lagipula, sejak awal penjelasan saya mengatakan bahwa bentuknya akan
seperti transkrip, jadi jika ia ingin ditulis baik, maka faktor
penentunya, ya omongan baik dari dia sendiri. Dia sendiri yang
mengontrol, gue hanya tinggal mentranskripkan saja.
Jokowi Memutar Musik Rock di Mobilnya
Jokowi Tidak Menggunakan Vorijder
Dalam perjalanan, kami juga merasakan macet. Ikut mengantri lampu merah. Juga mengantri bayar tol, sama seperti pengendara lainnya. Jokowi tidak menggunakan vorijder di depan untuk "membersihkan" jalan yang akan dilewatinya. Vorijder tetap mengawal, namun di belakang mobilnya. Entah maksudnya untuk menjaga agar tidak terjadi serempetan kendaraan, keamanan, atau entahlah.
Pekerjaan Sukses
Akhirnya sampai juga kita di RS Koja. Begitu Jokowi turun, dia disambut bak artis. Gerombolan orang mengerubunginya mulai dari Ibu-ibu yang bahkan sedang menggendong bayinya, bapak-bapak yang tadinya cuma baca koran, sampai anak kecil yang hanya sedang bermain-main di lapangan parkir rumah sakit, semua berlari mengerubungi dia. Hanya sekedar untuk bersalaman, melihatnya, meminta foto atau berkeluh kesah soal hidup mereka.
Orang-orang berbondong-bondong ingin menghampiri Jokowi di RS Koja (Jokowi ga kelihatan di gambar ini) |
Oh iya, tak lupa, gw berbagi kebahagiaan dengan menghubungi Mas Budi yang tadi "lupa" gw infokan lagi keberadaan gue. Jadi tadi kan, gue uda suruh di standby untuk siaga-siaga kalau gue gagal semobil sama Jokowi, dia pun uda standby. Eh rupanya dewi fortuna menghinggapi gue dan ternyata gue bisa semobil sama dia. Nah saking excited-nya, gue sampe lupa ngabari Mas Budi kalau gue uda berhasil naik mobilnya. Dan dia memberitahu Jokowi sudah jalan, dan menanyakan gue dimana dan jadi ga nyusul dia. Huahahahaa. Yoda sesampainya di RS Koja, gue hubungin Mas Budi dan menyuruhnya menunggu di Balaikota aja. Technically gue agak rugi secara finansial karena "fungsi" Mas Budi jadi tidak terpakai, namun itulah rencana cadangan, tak perlu digunakan ketika rencana utama berhasil. Buta arah pulang, gue naik ojek pergi ke balaikota. Sampai di balaiikota, gw menemui Mas Budi dan kita kembali pulang.
Sampai di rumah, gue istirahat sebentar, makan malam, pindahin data, bikin transkrip dan kirim email. Selesai sudah pekerjaan gue! :D
Banyak hal yang bisa gue petik sebagai pelajaran, namun satu hal yang paling utama dari segi teknis pelaksanaan adalah : Ketika cara formal untuk mendapatkan wawancara tidak bisa, maka tempuhlah cara non-formal. Namun pastikan bahwa sebelumnya langkah-langkah formal tersebut sudah ditempuh dan memang sudah mampet. Intinya breaking the habit, inovasi, kreatif,berani nekat namun dengan perencanaan dan perhitungan itu perlu dalam peliputan tugas di lapangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah secara langsung atau tidak langsung membantu turut suksesnya tugas ini. Tanpa kalian mungkin, hasilnya bisa berbeda. :D
No comments:
Post a Comment