Berpikir Out Of The Box
Paginya setelah selesai nyuci baju segala macem, gue
langsung siap2 dan berangkat. Gw pun khusus membawa helm agar bisa bepergian
jarak jauh dengan Alvin naik motor, biar ga ditilang. Hari ini gue mau coba
rute baru yaitu naik TransJakarta Harmoni baru habis itu jalan ke Balaikota.
Hanya sekedar membandingkan, mana yang lebih cepat juga hemat karena jalur ini
menghemat Rp2000 perjalanan gue.
Namun, rupanya memang ada harga yang harus dibayar untuk kecepatan. Jalur menuju Harmoni macet panjang. Mulai dari Lebak Bulus sampai Kebon Jeruk. Setelah itu bus bisa lumayan melaju. Yang menarik adalah saat sampai di halte Grogol, tiba-tiba ada seorang mbak-mbak yang mengaku HP-nya hilang. Entah saat sudah di bus atau saat masih di terminal. Alhasil saat sampai di Harmoni, petugas memeriksa penumpang satu per satu. Entah bagaimana akhirnya, karena usai selesai diperiksa saya tinggal saja. Malas berurusan dengan hal seperti itu. Jam 9 akhirnya gue sampai juga di halte Harmoni, lalu melanjutkan perjalanan sampai ke Balaikota.
Namun, rupanya memang ada harga yang harus dibayar untuk kecepatan. Jalur menuju Harmoni macet panjang. Mulai dari Lebak Bulus sampai Kebon Jeruk. Setelah itu bus bisa lumayan melaju. Yang menarik adalah saat sampai di halte Grogol, tiba-tiba ada seorang mbak-mbak yang mengaku HP-nya hilang. Entah saat sudah di bus atau saat masih di terminal. Alhasil saat sampai di Harmoni, petugas memeriksa penumpang satu per satu. Entah bagaimana akhirnya, karena usai selesai diperiksa saya tinggal saja. Malas berurusan dengan hal seperti itu. Jam 9 akhirnya gue sampai juga di halte Harmoni, lalu melanjutkan perjalanan sampai ke Balaikota.
Sesampainya di balkot, gue melihat sudah ada beberapa
rombongan orang bermotor dan sebuah bus membawa bendera. Agaknya nanti siang
akan ada demonstrasi di depan balaikota.
Gue menghubungi Alvin dan bertemu. Rupanya waktu
kedatangan kami ga jauh beda, entah siapa duluan yang dateng, yang jelas hampir
bareng. Abis itu gue diperkenalkan dengan beberapa koleganya dulu saat magang
dulu di detik.com. Suasana di beranda depan balkot ramai. Kali ini bukan hanya
diisi wartawan tapi juga dengan kehadiran banci-banci. Ya banci atau lebih enak
kalau gue sebut waria. Ngapain waria itu ke balaikota?
Jadi begini, belum lama ini Jokowi baru saja
menunaikan kebijakannya yang pertama yaitu KJS (Kartu Jakarta Sehat), jadi
warga Jakarta cukup memberikan KTP Jakarta saja, akan mendapatkan KJS. Nah KJS
ini bisa digunakan untuk berobat gratis di puskesmas. Masalah muncul ketika
para waria ini tidak punya KTP karena (maaf) ketidakjelasan kolom jenis
kelamin. Jadi mereka tak punya KTP untuk mendapatkan KJS. Rumit ya memang. Ada
pula kabar berhembus kalau mereka ingin membuat acara untuk mengangkat derajat
kaum waria, lalu dengan bintang tamu Jokowi. Entahlah yang mana yang betul
motif mereka.
Di tengah obrolan bersama waria dan beberapa wartawan
balaikota, tiba-tiba mobil Jokowi jalan. Sekejap saja dia sudah hilang, karena
pandangan gue terhalang kerumunan orang disana. Gue pun bertanya sama salah
seorang wartawan detik di situ, "Mobil Jokowi tadi udah keluar ya?"
"Ga kok, mobilnya ada di pintu belakang,"
jawabnya.
Ga pake mikir panjang, gue langsung pergi ke pintu
belakang. Jadi balaikota itu punya dua pintu masuk, pintu depan dan pintu
belakang. Ketika mendengar bahwa mobilnya ke belakang, gue punya feeling bahwa
dia akan keluar lewat pintu belakang dan langsung pergi dengan mobilnya. Karena
apa? Di depan sana ada gerombolan waria dan pintu gerbang ada rombongan pendemo
yang tengah bersiap, gue yakin Jokowi akan menolak menemui wartawan untuk
memberikan keterangan,karena pasti wartawan akan menanyakan soal demo dan waria
itu. Menurut gue Jokowi itu bukan orang yang suka bikin bola panas,
dengan omong-omongan yang kontroversial. Gue rasa dia adalah tipe orang yang ga
akan berbuat sesuatu jika ia belum yakin betul (contoh pembangunan MRT yang
masih tarik ulur, karena dia merasa belum yakin akan proyek tersebut). Maka gue
yakin dia ga akan lewat pintu depan, lagipula ga masuk akal juga kalau Jokowi
harus keluar dari pintu depan terus pergi sampai ke belakang, bayangkan ada
berapa pertanyaan wartawan yang harus ia jawab? Gamblingnya adalah dia tidak
pergi saat itu dengan mengkandangan mobilnya di belakang. Tapi ada juga isu
yang mengatakan bahwa ia akan ke Setu Babakan. Hampir pastilah dia keluar.
Tidak salahnya mengikuti naluri dan mencoba menunggu di dekat mobilnya.
Gue pun duduk di dekat pintu masuk belakang. Gue
membuka tas gue dan mengeluarkan amplop surat permohonan versi gue itu. Baru
beberapa saat duduk, lalu tiba-tiba saja Jokowi keluar dari pintu belakang.
Dengan segera gue bangkit dan mengejarnya.
Menyerahkan Surat
"Pak Jokowi, ini Pak saya mau mengajukan
wawancara eksklusif dengan Bapak. Saya sudah mengajukan secara formal dengan
Humas Bapak, tapi tak mendapat jawaban. Deadline saya Desember Pak, jadi saya
harus segera wawancara Bapak," ujar gue sambil mengikuti kecepatan
langkahnya
"Ya, Ya, Ya," jawabnya singkat sambil
mengangguk.
"Ini Pak, saya bawa surat permohonannya, saya
sudah tulis semua disitu. Lalu di belakangnya ada lampiran surat permohonan,
dan surat tugas dari kantor sebagai bukti identitas saya." Lalu gue
memberikan surat itu.
Jokowi pun menerima surat gue. Langkahnya terhenti
entah karena telah mencapai mobilnya atau hanya untuk melongok sebentar surat
saya.
"Jadi kapan Pak saya bisa wawancara Bapak?"
"Nanti di aturkan jadwalnya sama Devid,"
ujarnya sambil menunjuk orang di belakang gue, yang ternyata bernama Devid.
Jokowi pun berlalu masuk mobilnya. Sejurus kemudian
melesat mobil itu ke arah pintu gerbang balaikota. Di saat bersamaan dari arah
depan, datang sambil berlari gerombolan wartawan dan waria yang hendak menemui
Jokowi, namun semua dilewatinya. Jokowi berlalu langsut melesat pergi.
"Dapet Kris?" tanya Alvin yang juga datang
bersama gerombolan wartawan, namun dia agak cepat datang, karena dia berhasil
mendapatkan foto gue sedang berbicara dengan Jokowi tadi.
"Dapet dong Vin. Hoki banget gue, pas doi lagi
sepi, ya udah gue samperin aja," ujar gue sambil sumringah bahagia.
"Surat Lw uda di dia?" tanya Alvin
"Yoi dong, sukses banget."
Seperti biasa, sejurus kemudian balkot mendadak sepi.
Para wartawan lainnya sudah melesat mengejar Jokowi.
"Vin anak-anak uda pada cabut ya?"
"Iya Kris."
"Kejar yuk Vin!"
"Ah gue lagi males Kris. Jauh ke Setu Babakan.
Kalau mau nyetir motor gue gapapa deh."
"Ayo Vin gue bawa!" Jawab gue sekenanya.
Nekat! Tapi Alvin tetap menolak. Ya uda deh gapapa, gw nothing to loose juga,
toh gue uda berhasil memberinya surat gue langsung ke tangannya. Mungkin dia
akan menghubungi gue atau gimana pun entahlah. Itu saja kemungkinananya, pikir
gue saat itu.
Liputan Intermezo dan Jalan-jalan
Lalu kami memutuskan tidak ada lagi yang bisa
dikerjakan di balkot, lalu kita pergi ke sebelah ke Perpusnas. Setali tiga uang
dengan kunjungan gue sebelumnya, kali ini giliran Alvin yang membuat kartu
anggota perpusnas disana. Setelah selesai berkunjung ke perpusnas, di luar
tengah berkerumun massa pendemo. Rupanya mereka adalah buruh yang berdemo.
Setelah selesai makan siang, gue dan Alvin iseng-iseng mengambil gambar mereka.
Yah lumayan liputan intermezo.
Suasana demonstrasi buruh di depan kantor Balaikota
DKI Jakarta, Rabu (21/11). Demonstrasi kali ini masih dengan agenda yang sama
yaitu untuk mempertegas soal kebijakan outsourcing dan peningkatan UMP
menjadi Rp 2,2 juta/ bulan.
Setelah itu Alvin mengajak gue pergi ke TIM untuk
nonton Europe on Screen di Kineforum. Sebelum sampai di kineforum yang terletak
di belakang, kita main dulu ke pameran tentang Jakarta di ruangan depan
Kineforum.
Rampung melihat pameran, kita ruang belakang
Kineforum, dan surprise! Kita ketemu sama Shirley Tamara. Doi adalah senior gue
di Jurnalistik UMN. Gue emang pernah denger kalo dia sekarang jadi pegiat di
Kineforum, tapi ga nyangka aja bisa ketemuan disini. Kak Shir, lagi jaga
Kineforum dan segera doi menawarkan kami untuk menonton. Namun sayangnya,
karena jamnya kurang cocok,dan ternyata Alvin lupa sudahada janji sama anak
basket temannya, maka kami mengurungkan niat kami untuk menonton. Di saat yang
sama gue dapat kabar dari anak balkot kalo Jokowi ga balik lagi, doi mau
langsung pulang. Maka gue putuskan untuk balik aja. Alvin kemudian mengantarkan
gw ke halte busway Harmoni dan dia pergi ke tempat temannya. Di tengah
perjalanan, resleting tas gue ngeror ga bisa ditutup. Alhasil gue membeli peniti dan harus meiti seluruh bagian reseliting gue agar tas gue ga kebuka-buka. Fiuuuhhh....
Hari itu rasanya cukup menyenangkan karena rasanya gw
beruntung sekali bisa memberikan surat permohonan wawancara secara langsung
kepada Jokowi. Namun rupanya hari yang nampaknya beruntung itu, berakhir dengan
penyesalan dan kesialan.
Sial karena gue lupa membawa turun helm dari angkot
saat pindah angkot. Lalu kesialan berikutnya saat sudah sampai rumah, gue lagi
leyeh-leyeh di kamar sambil baca berita, gue terperangah membaca berita yang
membuat sungguh menyesal mlewatkan kesempatan siang hari tadi. Jadi siang itu
Jokowi mengajak beberapa wartawan untuk satu mobil dengannya. Beliau menawarkan
diri untuk di ajak ngobrol dan di wawancara secara khusus dari perjalan Setu
Babakan menuju Waduk Riario di Jakarta Timur. Apalagi dia sambil mengajak
sekretaris daerah bagian dinas pertamanan yang mengurus RTH (Ruang Terbuka
Hijau) Jakarta. SIAL GUE HARUSNYA IKUT TUH! Huufthh.... sial sekali gue
rasanya. Menyesal sekali. Harusnya gue fokus dan jangan cepat puas dulu dengan
Cuma kasih surat ke Jokowi. Harusnya gue paksa Alvin buat nempel dan kuntit dia
terus.
Frustrating? Yeah of course! It
seems like that loe dikit
lagi berhasil, tapi karena salah loe, karena loe ga fokus, karena loe kurang persistent, you blow up your own chance. Probably the only real chance! And you missed
it!
sangat bermanfaat bermanfaat sekali
ReplyDeleteCiri beserta Tanda Penyebab Penyakit Ginjal Anak
Penyebab Batuk Kronis dan Akut
Perbedaan Jenis Nyamuk Penyebab Dbd Dan Malaria
Cara Mengetahui Penyebab Penyakit Katarak
Cara Mengetahui Jenis Perbedaan Penyakit Gagal Ginjal Akut Dan Jenis Kronik