Waktu itu saya sedang bercakap-cakap dengan teman soal
Jakarta. Usai asyik membahas soal pilgub, dia menyuruh saya melakukan sesuatu, “Coba deskripsikan Jakarta dengan satu kalimat!”
Lalu saya menjawab, “Jakarta, kota sejuta asa.”
Bayangkan kurang lebih sepuluh juta manusia bergulat di
dalamnya. Bahkan sebelum matahari genap mengudara di angkasa, mereka bangun
pagi sekali setiap harinya, bukan karena tidak bisa tidur atau hobi begadang,
namun karena harus segera bersiap membanting tulang untuk menabur asa menyemai
rezeki. Kota yang tidak pernah tidur bahkan saat malam berganti hari. Semua
demi asa tentang kehidupan yang lebih baik.
Mulai dari pedagang gedongan sampai asongan, karyawan sampai
buruh pabrik, sopir pribadi sampai sopir angkot, anak jalanan sampai anak
sekolahan, musisi ibukota sampai musisi bus kota, pegawai bank sampai penagih
hutang, perantau sampai pribumi, aparat keamanan sampai preman, juragan sampai majikan. Semua
bersama-sama bergumul mencari penghidupan di Jakarta. Semua demi sebuah asa
tentang kehidupan yang lebih baik.
Namun sayangnya kota ini begitu kejam. Kota ini bukan tempat
yang ramah untuk menyemai asa sepuluh juta manusia Jakarta itu. Macet, banjir,
kriminalitas tinggi, akses pendidikan dan kesehatan yang sulit terjangkau semua
silih berganti berusaha mematikan asa di hati. Dengan segala penuh sesak
masalahnya, Jakarta sukses menempati peringkat ketujuh dari sepuluh kota paling
dibenci di dunia menurut survey yang dilakukan media di Amerika, CNN. (sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/06/12/199410144/10-Kota-Paling-Dibenci-Jakarta-Nomor-Tujuh)
Menurut CNN, Jakarta sama halnya dengan buah durian, berbau menyengat dan butuh
''perjuangan'' untuk menikmatinya.
.
.
Pemimpin yang Bisa
Wujudkan Asa jadi Nyata
Menurut hasil
penghitungan KPU atas pilgub putaran pertama, 11 Juli lalu, terpilih dua
kandidat dengan perolehan suara terbanyak yaitu Jokowi-Ahok dan Foke-Nara untuk
kembali bertarung di pilgub putaran kedua
(Sumber : http://pilkada.tempo.co/konten-berita/pilkada_dki/2012/07/20/418207/Calon-Gubernur-Jakarta-Putaran-II-Ditetapkan)
Ini saatnya perubahan. Mari memilih calon pemimpin yang bisa
mengenyahkan masalah dan mampu
menggiring asa masyarakat menjadi nyata.
Punya visi misi, tegas, jujur, berintegritas, cinta dan mengerti pada rakyat. Pemimpin yang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani . Sebuah ciri pemimpin yang sudah lama
hilang di Indonesia. Adakah salah satu dari mereka yang memenuhi kriteria itu? Bagaimana pendapat masyarakat Jakarta?
Menurut Politicawave, sebuah lembaga yang meriset opini
masyarakat di dunia maya soal pilkada, Foke-Nara punya indeks persepsi yang
kurang bagus di mata masyarakat, dibandingkan dengan Jokowi-Ahok.
Namun memilih gubernur bukan soal citra positif. Pilih yang paling mampu menahkodai Jakarta keluar dari segala problematikanya.
Perubahan di Jakarta bukan tidak mungkin, menilik Jakarta sudah mengantongi salah satu syarat yang diperlukan: asa untuk jadi lebih baik. Semua itu tinggal digenapi dengan hadirnya pemimpin yang mampu bekerja secara nyata mewujudkannya. Menjadikan Jakarta tak lagi durian, tapi permata Asia Tenggara dan dunia.
No comments:
Post a Comment