"Bang Ali sih yang paling oke," jawab saya cepat tanpa ragu dan berpikir panjang.
Siapa itu Bang Ali? Apa Saja yang Sudah ia Lakukan untuk Jakarta?
Ali Sadikin, atau biasa dipanggil Bang Ali, seringkali disebut sebagai gubernur terbaik yang pernah dimiliki Jakarta karena ketegasannya, visi dan misinya, serta sejumlah peninggalan dari masanya yang masih berfungsi hingga sekarang. Gubernur yang menjabat tahun 1966-1977 ini menggagas pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya Ancol, Pekan Raya Jakarta, Gelanggang Mahasiswa, Gelanggang Remaja, Pusat Perfilman Usmar Ismail. Minatnya untuk melestarikan budaya dan sejarah ia tunjukan dengan mendirikan sejumlah museum antara lain Museum Fatahillah, Museum Tekstil, Museum Keramik, Museum Wayang serta mengembalikan fungsi gedung-gedung bersejarah, seperti Gedung Juang 1945 dan Gedung Sumpah Pemuda.
Ia punya visi dan misi yang besar untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyat Jakarta. Namun saat itu, dana APBD Jakarta tidak sebesar mimpinya. Alih-alih terjepit keadaan, malah ia membuat sebuah terobosan yang pintar namun juga mengundang pertentangan di sisi lain. Ia melegalkan perjudian, membuka tempat hiburan dan melegalisasi pelacuran. Sontak hal itu membuat berang alim ulama yang menentang pembangunan dengan uang haram. Beliau bergeming. Nyatanya, uang itu benar-benar digunakan untuk pengaspalan jalan, membangun sekolah dan rumah sakit. Ia kemudian berkata, “Coba tengok jalan-jalan di dekat rumah Pak Haji sekalian, kalau tak setuju nggak usah lewat jalan haram itu! Biar saya yang tanggung dosanya!”
Siapa Pemimpin Empat Puluh Tahun Kemudian?
Empat puluh tahun berselang, Jakarta sedang menjalankan Pilkada. Jujur, saya merindukan sosok seperti Bang Ali untuk menukangi Ibukota yang sudah sesak dengan masalah ini. Rupanya saya tidak sendirian merindukannya. Menurut survey yang dilakukan LSI (Lingkaran Survei Indonesia) diambil kesimpulan bahwa mayoritas warga merindukan sosok Bang Ali (sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/27/228406468/Warga-Jakarta-Masih-Rindu-Sosok-Ali-Sadikin)
Seperti yang diberitakan http://pilkada.tempo.co/konten-berita/pilkada_dki/2012/07/20/418207/Calon-Gubernur-Jakarta-Putaran-II-Ditetapkan, penghitungan oleh KPU menempatkan Jokowi-Ahok melawan Foke-Nara di putaran kedua pilgub DKI.
Saya akui masing-masing, cagub baik Jokowi maupun Foke, punya kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Bang Ali pun bukan malaikat. Semasa dia menjabat pun ada sejumlah masalah yang belum terselesaikan hingga kini, banjir misalnya. Namun yang perlu dicatat, adakah dari dua cagub kita ini yang punya visi misi serta keberanian seperti Bang Ali?
Menurut Politicawave, sebuah lembaga yang yang memantau "aktivitas" kampanye dan opini masyarakat di dunia maya, Foke-Nara punya indeks persepsi yang kurang bagus di mata masyarakat, dibandingkan dengan Jokowi-Ahok.
Grafik Persepsi dan Citra Cagub di dunia Maya. (Sumber : www.politicawave.com) |
Dengan adanya politicawave, segala vox populi dunia maya jadi bisa terpantau. Siapa yang paling disukai dan yang tidak. Namun memilih gubernur bukan soal citra positif. Pilih yang paling mampu menahkodai Jakarta keluar dari segala problematika dan membawa Jakarta menjadi kota yang aman dan nyaman.
No comments:
Post a Comment