Rupanya itu hanyalah hasil goresan kuas pelukis modern awal pribumi pertama, Raden Saleh, dalam mahakaryanya yang berjudul Penangkapan Diponegero. Lukisan yang dibuat tahun 1857, itu membuat namanya melalang buana seantero Eropa dan Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia kala itu). Selain karena detail lukisan, atmosfer, serta cerita yang terlukis hanya dari melihat, yang membuat lukisan itu istimewa adalah karena dia tak berada di lokasi penangkapan saat itu. Dia tengah berada di Eropa untuk memperdalam ilmu goresan kuasnya, sementara setting lukisan itu terjadi suatu tempat di Jawa. Semua adalah buah imajinasi pikirannya.
Lukisan Raden Saleh yang paling terkenal, Penangkapan Diponegoro |
Setelah menghabiskan waktu dengan berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, akhirnya, oleh Goethe-Institut Indonesia bekerja sama dengan Galeri Nasional dan Kedutaan Besar Jerman, lukisan-lukisan Raden Saleh ini kembali pulang untuk menyapa publik di tanah air. Tidak hanya satu, tapi puluhan yang telah berusia hampir dua abad ini, dapat dinikmati di pameran bertajuk "Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia", ini dibuka untuk umum mulai dari tanggal 3-17 Juni 2012, di Galeri Nasional, Menteng, Jakarta Pusat.
Pameran terbagi menjadi beberapa bagian, di dasarkan atas teknik dan penekanan lukisan. Di ruang pameran awal pameran, dipamerkan karya-karya Raden Saleh dengan objek naturalis. Seperti pada karyanya yang berjudul Pemandangan Musim Dingin Belanda dan Pemandangan Ideal Belanda dengan Rumah di Tepi Kolam, lukisan-lukisan tersebut adalah cerminan pemandangan alam. Di bagian berikutnya ada bagian pameran yang menekankan teknik figur, dimana ia menggambar orang-orang (layaknya potret) sebagaimana aslinya, seperti pada karyanya yang berjudul Saint Jerome, Gubernur Jenderal van den Bosch.
Pemandangan Musim Dingin Belanda |
Gubernur Jenderal van den Bosch |
Raden Saleh juga terkenal dengan lukisan singanya. "Ia sangat gemar dengan detail dan realisme, maka menggambar singa adalah suatu kegemaran dan tantangan buatnya," ujar Gege salah seorang pemandu pameran. Nampak ada beberapa karya Raden Saleh yang menggabungkan binatang, natur dan figur, seperti pada karyanya yang berjudul Berburu Singa, Pemburu Diserang Harimau.
Berburu Singa |
Meski nampak sempurna meniru realita yang ia gambarkan, serta mampu memancarkan pendar pesona (aliran romantisme) dari lukisannya, rupanya Raden Saleh juga memiliki beberapa kelemahan dalam melukis. Nampak pada lukisan Portrait of Adolphe Jean Philippe Hubert Desire Bosch, proporsi tangan kanan Bosch lebih kecil dari tangan kirinya, sehingga Raden Saleh "mengakalinya" dengan membuat tangan kanannya masuk di saku jaket seragamnya.
Portrait of Adolphe Jean Philippe Hubert Desire Bosch |
Namun nampaknya, hal seakan kabur di mata pengunjung. Nama besar dan ketenaran Raden Saleh mampu mengundang sekitar 3.000 pengunjung per harinya, baik seniman, pejabat publik, karyawan, sampai mahasiswa dan pelajar. "Rame banget sampai-sampai pameran yang biasanya cuma sampai jam enam sore jadi extend sampai jam sembilan malam khusus weekend," ujar Gege.
"Gue dateng kesini karena lukisan Raden Saleh bagus-bagus. Detail banget, bagus banget," ujar Vivi salah seorang pengunjung. Vivi mengaku puas bisa melihat sendiri lukisan Raden Saleh, karena selama ini ia hanya bisa mendengar soal legenda lukisan Raden Saleh.
Sekilas Tentang Raden Saleh
Raden Saleh lahir di Semarang tahun 1870. Ia mulai menyukai gambar ketika masih duduk di bangku Sekolah Rakyat. Terlahir dari keluarga pejabat, ia memiliki akses yang dekat dengan seniman-seniman asal Eropa yang sedang "menggambar" Hindia Belanda. Ia pun berkenalan dengan A. Payen seorang pelukis asal Belgia. Bisa dikatakan dia adalah guru lukis pertama Raden Saleh. Terkesan dengan bakat sang murid, ia kemudian mengusulkan Raden Saleh agar berkelana memperdalam ilmu di Eropa.
Selama berkelana di Eropa, kemampuan melukisnya berkembang pesat. Saat itu Eropa sedang menggelora dengan kebangkitan seni dan budayanya, atau yang lebih dikenal dengan masa Renaissance, membuat dia dengan mudah bertemu dan bergaul dengan senima-seniman kenamaan lainnya. Maka tak heran saat ia mengadakan pameran, dengan cepat namanya menggelora di dunia lukis. Apalagi usai lukisan Penangkapan Diponegoro itu tampil di sebuah pameran di Eropa. Dengan cepat namanya menjadi buah bibir dan decak kagum seantero Eropa dan Hindia Belanda.
Setelah namanya terkenal ia dipanggil untuk melukis di berbagai tempat di Eropa. Bahkan ratu Belanda pun pernah memintanya menjadi pelukis kerajaan. Lelah berkelana di Eropa ia putuskan untuk kembali ke Hindia Belanda sebelum akhirnya dia meninggal 23 April 1880 di Buitenzorg (sekarang Bogor) karena sakit.
Raden Saleh |
No comments:
Post a Comment