Saturday, May 17, 2014

Menyajikan Kualitas Demi Kepentingan Publik (Resensi Buku Ignatius Haryanto)

Menyajikan media yang berkualitas yang telah penuhi unsur-unsur jurnalistik yang ideal. Sajikan informasi yang berkualitas tersebut untuk  kepentingan publik. Saya kira dua hal itulah yang menjadi ide pokok utama yang ingin digagas dalam buku "Jurnalisme Era Digital" karya Ignatius Haryanto.


 
Sekitar seminggu yang lalu, waktu menunjukkan bahwa satu setengah jam lagi, hari akan berganti. Saya taruh tas dan berselonjoran di kasur, melepas lelah dan penat setelah seharian penuhi tugas sebagai pewarta berita. Sambil selonjoran, saya rogoh telepon genggam dari kantung celana. Saya tengok recent updates kontak Blackberry Messanger. Wah ada yang menarik nih!

Di antara celotehan dan curhatan, ada yang menarik di recent updates status BBM daftar kontak saya. Hal itu datang dari kontak BBM dari sang dosen-ku saat kuliah, Ignatius Haryanto. Dia mengganti profile picture-nya dengan gambar sebuah cover buku berjudul "Jurnalisme Era Digital". Adapun status BBM-nya kira-kira begini bunyinya, "Telah keluar buku terbaru saya, di toko buku terdekat." Bagai tersengat, mata saya yang tadi setengah mengantuk, mendadak langsung segar.

"Menarik!" batin saya. Mengapa saya katakan menarik? Pertama karena saya tahu betul kualitas dan dedikasi Pak Har, biasa saya memanggil beliau demikian, sebagai seorang peniliti cum pengamat media. Tentu tulisan buah karya beliau tidak sembarangan kualitasnya. Yang kedua adalah, saya pribadi, sebagai wartawan kemarin sore, merasakan betul bagaimana menjadi pewarta berita di era digital ini. Saya ingin tahu 'diagnosis' Pak Har tentang fenomena yang terjadi di dunia jurnalistik saat ini. Singkat cerita, tak perlu alasan lain lagi, buku ini telah bertengger rapi di lemari buku kamar saya melengkapi buku-buku karangan beliau yang lain seperti The New York Times dan Indonesia Raya.

Buku ini adalah  kumpulan tulisan beliau yang berserakkan di media-media. Tak lupa kredit saya sampaikan kepada teman saya Mariska Vergina - seangkatan alumni Universitas Multimedia Nusantara - yang kini bekerja sebagai editor di penerbitan Kompas, yang atas inisiatifnya menerbitkan buku ini. Sebelumnya saya sudah mendengar kabar soal usulan Mariska soal buku ini. Then, Voila! Makasih ya Mariska!

Seperti Dokter

Melalui buku ini, saya merasa Pak Har semakin mematenkan posisinya sebagai salah satu peneliti media di Indonesia. Pasalnya Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) ini, mampu mendiagnosis fenomena-fenomena dan dinamika dunia media saat ini, lalu mampu menawarkan gagasan ideal soal bagaimana jurnalistik dan dunia media ini dijalankan.

Menurut saya, seorang pengamat itu sama seperti seorang dokter. Seorang dokter mampu memeriksa gejala-gejala penyakit si pasien, mendiagnosis penyebabnya, lalu menawarkan solusi pengobatan dari penyakit tersebut. Sama seperti seorang pengamat. Seorang pengamat harus mampu mendiagnosis fenomena yang terjadi lapangan, lalu menawarkan solusi permasalahan. Adapun Pak Har menurut kacamata saya sudah betul-betul penuhi kriteria tersebut.

Saya kira media, pekerja media dan publik saat ini tengah berjalan berdampingan dalam rimba 'kebaruan' karena perkembangan media dan teknologi. Rupanya ketiga pihak tersebut, seperti bingung, bagaimana idealnya media itu? Pasalnya perkembangan teknologi mempengaruhi cara kerja pelaku media, juga bagaimana publik mengkonsumsi media itu sendiri. Melalui buku ini, Pak Har menampilkan secara lugas, kritis dalam menulis duduk persoalan fenomena yang terjadi di dunia jurnalistik saat ini. Namun tentu yang paling saya suka dari beliau adalah bagaimana beliau bisa meramu tulisannya dengan jernih, runut, mudah dipahami dan ga perlu mengernyitkan dahi untuk menelan tulisan beliau.

Saya sebagai wartawan kemarin sore yang belum genap setahun terjun di dunia jurnalistik, saya merasakan betul dinamika dan dunia jurnalistik. Bagaimana kecepatan dan kuantitas berkoalisi melawan kualitas berita, banjir informasi memenuhi saya, konglomerasi media, konvergensi media, itu betul-betul nyata dalam hidup saya. Dengan membaca buku ini, saya seperti pasien yang berkunjung ke dokter, dan Pak Har adalah dokter yang mendiagnosis saya dan memberikan gagasan ideal solusinya.

Menyajikan Informasi yang Berkualitas

Sebagai contoh, saya tersentil betul di artikel yang berjudul "Jurnalisme Blackberry". Di artikel ini beliau memaparkan bagaimana perangkat Blackberry bisa merubah cara kerja jurnalis di lapangan. Dengan BB, segala kerja jurnalistik menjadi lebih mudah. Mencari background informasi dari berita sebelumnya tinggal googling, saat doorstop rekam, catat dengan cepat, kirim berita hanya dalam hitungan detik. Tapi hasilnya? akurasinya? Apakah berita sudah menerapkan prinsip ideal jurnalistik?

Artikel lain yang tak kalah menggelitik adalah "Jurnalisme dan Media Sosial". Senada dengan artikel "Jurnalisme Blackberry", Pak Har ingin menyampaikan bahwa rupanya perubahan teknologi rupanya juga mempengaruhi kinerja wartawan dan bagaimana masyarakat mengkonsumsi media. Dalam artikel ini, beliau menyoroti bahwa media mainstream mengutip status media sosial (facebook, twitter, linked-in, dan rupa-rupa sosmed lainnya) dari orang ternama, untuk dijadikan berita. Pertanyaan sama pun terlontar, apakah berita itu sudah menerapkan prinsip ideal jurnalistik?

Pak Har juga menjawab salah satu kegelisahan saya, soal keberlangsungan media cetak di tengah terpaan banjir informasi media online dan media alternatif lainnya. Dalam artikel berjudul "Revitalisasi Media Cetak di Indonesia" beliau memberikan solusi nyata untuk pertahankan keberlangsungan media cetak di Indonesia. Berikut saya kutip kalimat beliau:

".... media cetak sebenarnya tetap bisa bertahan kokoh, asal mau menjalankan sejumlah syarat ini: sumber daya manusia dari media cetak terus dikembangkan, produk informasi yang dihasilkan dikemas lebih mendalam, dan menghasilkan laporan-laporan investigatif yang ekslusif."

Dari kalimat itu, gampangnya saya terjemahkan, kalau koran anda mau bertahan, ya tawarkan informasi yang berkualitas. Orang mau beli koran anda karena percaya pada kualitas dan kebenaran berita di dalamnya.

Demi Kepentingan Publik

Selain menyoroti fenomena jurnalistik di era digital, Pak Har juga membahas soal bagaimana tantangan dan dinamika dunia kejurnalistikkan Indonesia. Adapun masalah-masalah yang dibahas adalah seperti konglomerasi media, pemilik media cum politisi, kuasa iklan terhadap newroom yang potensi mengancam akses publik atas informasi yang berkualitas.

Tengok artikel "Manuver Industri Media" yang membahas soal konglomerasi media. Dalam artikel ini Pak Har mempertanyakan, apakah dengan adanya pemilik yang sama dari berbagai media multiplatform di Indonesia ini bagus untuk publik? Apakah bisa meningkatkan kualitas informasi yang diperoleh untuk publik? Ataukah para pemilik media itu hanya mengejar faktor ekonomis semata tanpa indahkan kualitas informasi ke publik? Bagaimana dampaknya ke pekerja media, apakah dengan adanya konglomerasi media juga serta-merta meningkatkan kesejahteraan pekerja media? atau...? silakan jawab sendiri.

Mendorong agar publik betul-betul memperoleh informasi yang berkualitas, nampak sekali dalam artikel berjudul "Siapa Peduli Dewan Pengawas TVRI?". Dalam artikel ini beliau menyoroti soal hilangnya peran TVRI sebagai siaran televisi publik yang bisa mengimbangi televisi swasta nasional yang kontennya didorong oleh motiv ekonomi, kepentingan pemilik, dan favoritisme terhadap golongan partai politik tertentu.

Selain itu, Pak Har juga mengangkat berbagai isu soal jurnalistik seperti fungsi serikat pekerja yang ideal, konsep jurnalisme damai yang tepat, dinamika pers daerah, bagaimana wartawan berlaku bila beritanya keliru, dan masih banyak isu yang diangkat di buku ini. Buku ini komplit mengkaji fenomena jurnalistik, mendiagnosisnya, lalu menawarkan gagasan ideal bagaimana seharusnya jurnalistik itu di jalankan.

Menyajikan media yang berkualitas yang telah penuhi unsur-unsur jurnalistik yang ideal. Sajikan informasi yang berkualitas tersebut untuk  kepentingan publik. Saya kira dua hal itulah yang menjadi ide pokok utama yang ingin digagas dalam buku "Jurnalisme Era Digital" karya Ignatius Haryanto.

 - Semoga bisa terus menjaga ide gagasan soal jurnalisme yang berkualitas -