Tuesday, December 21, 2010

Virus bangke!!! Kehilangan Hit counter dan chat widget blog

Huaa...Bangke banget dah! Maksud hati mau ubah template blog malah jadi ancur begini! Jadi gini ceritanya, gw lagi buka2 situs yg ngasi free download template, dan ketika gw buka salah satunya, eh malah terkena virus, sehingga pas masuk dasbor, ga ada pilihan design, malah template, sehingga tidak memungkinkan gw untuk mengubah tampilan dan memaksa gw hanya memakai template klasik yang disediakan. HAAAHHH!!!! Anjing babi negepet setan alas, kutukupret!!!

Gw sumpahin tuh orang yang bikin virus blognya dibajak makhluk luar angkasa dari planet GAGAGIGIGUGUGUGEGO!!! *mulai ngaco ngomongnya akibat stress!

Padahal hit counter gue uda nyampe 2386 gw inget banget! tadi sore gw buka masih normal soalnya. Dan chat gw ud berlangsung panjang. Bangke!!!

Huah ironis, maksud hati mau ngubah template buat ngasih hadiah ulang tahun ke blog gue, eh malah jd runyam begini semua.

Haah...*menghela nafas panjang. Ya sudahlah, yg namanya musibah gada yang tau. Masih untung postingan gw ga ilang, kalo itu yang ilang...Nangis 40 hari 40 malem kalee... Mari kita bangkit dan hadapi bersama

Happy Birthday bene (is.me)

Bulan Desember selalu spesial dan selalu gue nanti-nanti. Karena ada sebuah hari istimewa disana. Gw ga ngerti kenapa, dan bagaimanapun juga setiap tahun gw selalu menantikan tanggal 25 Desember. Padahal tiap taun ya gitu2 aja, sama2 aja. Malam ke gereja, begadang balesin greetings anak2 via sms, fb, twitter, dll. Sambil nonton film natal yang dari dulu itu2 terus seperti Jinggle all the way, home alone series, dsbnya. Sambil beres dan nyiap2in hidangan dan kursi soalnya besok pagi sodara pada mau dateng, dan begitulah seterusnya. Selalu begitu, tapi entah kenapa gw selalu seneng aja dgn natal. Ada suatu keyakinan di hati gw bahwa natal itu indah, selalu memorable. Bulan Desember juga selalu indah karena pada tanggal 31-nya gw rutin menutup tahun *yaiyalah semua orang juga begitu!!!

Eniwei yang bikin Desember lebih spesial adalah banyaknya orang-orang spesial di sekitar gw yang merayakan ulang tahunnya. Mulai dari tanggal 3 si nona #basa-basi. Lalu tanggal 13 ada the most memorable girl in my highschool live, Ndoro Putri Karina, which is kmrin sabtu 18 Desember, kita makan2 di rumahnya, it was a great time, gw ngumpul bareng ank2, kita ketawa-tawa becanda2, kehangatan yang nyaman. Membuat gw terlepas sejena dari kepenatan masalah hidup gw sehari-hari. Disusul keesokan harinya giliran kakak kandung gw, AP, walaupun lw suka ngeselin tapi lw loup you full dah masbro! hahaha :D

Tahun ini gw kehadiran sosok baru yang berulang tahun, yaitu bene (is.me). Yup resmi sudah blog gw ini berumur satu tahun! si bene (is.me) ini selalu menjadi sahabat gw yang selalu setia menampung unek2 gw, menjadi saksi bisu segala peristiwa dan dinamika hidup gw. Mulai dari cerita kehidupan gw, karya-karya sastra dan pikiran gw, sampe catatan perjalanan traveling gw. It's always nice to have you here! :D

Well actually, gw uda telat banget ngucapin ini, secara ulang tahun resminya nih blog tanggal 17 kmaren, tapi karena kesibukan gw yang hectic sangat *caelah sok sibukk!!! gw baru bisa ngeblog sekarang. hahaha :D

Sebagai hadiah, gw punya kado spesial buat lw, yaitu template layout yang baru!! hahaha, semoga lw suka! Happy birthday!!! Cheerzzz!!!!

Tuesday, December 7, 2010

Keharmonisan dan Ketaatan yang Luhur
Catatan Perjalanan ke Baduy

Yup! 2 hal itulah yang paling berkesan dari perjalanan gw ke Baduy kemarin. Suasana yang hening, berbaurnya masyarakat dengan alam, membuat kental aroma keharmonisan disana. Ditambah orang-orangnya yang sangat taat pada keluhuran adat, membuat Baduy tempat yang akan selalu gw catat dan gw kenang dalam memori ini.

Sabtu pagi, 4 Desember 2010, jam 9, bersama kelompok matakuliah Sistem Sosial Budaya gw cabut ke Baduy, dalam rangka observasi kebudayaan. Rombongan kelompok gw yaitu Oca, dan Zharfan lalu kedatangan dua orang untuk meramaikan, yaitu Raff dan Sheridan. Ibaratnya sekalian berenang sambil minum air, sekalian studi sambil jalan-jalan traveling.

Kita bergerak ke arah Barat Daya dari Gading Serpong menuju perbukitan Lebak, tempat di mana suku Baduy tinggal. Jalur perjalanan di mulai dari jalan raya Legok, terus bergerak ke Selatan, sampai ke Parung Panjang. Disini kami menjemput Tour Guide kami yang sudah berpengalaman dengan Baduy selama 20 tahun, Pak Eman. Lalu kami bergerak ke Barat Daya, menuju arah Jasinga, lalu Cipanas, Pasar Ganjrug, lalu sampailah di terminal Cibolegeur.

Medan yang dilalui berat banget, lubang dan retak menghambur di setiap sudut jalan yang kami lalui. Untungnya hal itu tertutupi oleh suguhan indah yang dipamerkan alam berupa barisan bukit yang teratur beserta bentaran hijau hutan dan sawah di sepanjang jalan. Ditambah canda dan gurauan dari teman-teman cukup membuat gw melupakan kekecewaan kepada Pemda Jawa Barat yang terkesan tidak peduli pada jalur transportasi pariwisatanya yang termahsyur ini.

Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam dengan sebuah mobil yang sengaja kami sewa, akhirnya kami sampai juga di Cibolegeur, terminal sebelum masuk ke Baduy. Sial bagi kami, sesampainya disana hujan mengguyur deras, sehingga kami dengan "terpaksa" membawa tangan ini mengambil sejumput uang dari saku untuk membeli jas hujan. Bila tidak, habislah dalam basah tas dan barang perlengkapan di dalamnya. Sambil menunggu hujan reda, sekalian untuk membungkam keroncongan yang telah lama berbunyi di perut, kami putuskan untuk berteduh di sebuah warteg sambil menyantap hidangan di dalamnya. Setelah menyelesaikan makan siang ala warteg di tambah seporsi Indomie rebus, kami putuskan untuk tetap jalan walau hujan, karena naga-naganya sih, nih hujan bakal sampai malam.

Kita mulai berjalan menuju kampung Baduy. Berpakaian lengkap dengan jas hujan, kita melalui jalan setapak di tengah hutan belantara, jalanan penuh alang-alang, jalan terjal batu berlumpur, licin dibasahi air hujan. Dipandu dengan setia oleh Pak Eman, akhirnya kami berhasil menyelesaikan perjalanan sejauh 2 kilometer, dalam waktu satu jam. Kami cukup lega karena sudah sampai di tujuan dengan selamat. Namun dengan segera kelegaan itu berganti dengan takjub, setelah mendengar bahwa biasanya orang Baduy menempuh jalur itu hanya dalam waktu 15-20 menit. What the??? Nampak sekali mereka punya banyak waktu buat berlatih berjalan di jalur seperti itu *ya iyalah! the spent all of their live in that place gitu!!!

Sedikit rasa sesal dari gw pribadi karena ternyata gw hanya akan singgah di sebuah desa terluar Baduy Luar which is terdekat dengan luar Baduy. Rasanya nanggung banget, pengen banget gw langsung sikat tambahan perjalanan 7 kilometer lagi untuk masuk ke Cibeo, salah satu desa terbesar di Baduy Dalam. Sedikitnya waktu menginap kami, tidak memungkinkan kami melanjutkan perjalanan ke Cibeo. Namun dengan segera, Marengo, nama desa tempat gw singgah, langsung menawarkan obat rasa kekecawaan gw, yaitu keindahan alamnya. Terletak di pinggir sungai dan di bawah kaki bukit, ditambah keserasian kehidupan penduduk dengan alamnya, sudah lebih dari cukup keindahan yang ditawarkan.


Suasana Desa Marengo


Bersama petualang sejati Bank Raff Beding


Kang Sangsang adalah orang Baduy Dalam yang sengaja dipanggil Pak Eman *buset jago juga nih orang bisa manggil orang Dalam. haha* dengan setia menemani dan menjawab segala pertanyaan kami dalam rangka observasi kebudayaan Baduy. Duduk di pelataran rumah Pak Ndut, nama pemilik rumah yang kami singgahi, ditemani secangkir kopi hangat, kami berbincang dengan Kang Sangsang sambil menikmati syahdu senja kala hujan mulai mereda. Satu hal yang gw catat baik-baik, orang Baduy sangat setia dan taat dalam menjaga kemurnian adatnya. Memang benar ada satu dua orang yang telah mulai tergoda modernisasi, tapi terlepas dari itu, patut diberikan acungan jempol bahwa masih ada penduduk kampung yang masih dengan setia menjalankan adat dengan luhur. Luar biasa!

Tak lama kemudian datang sejumlah pedagang menjajalkan dagangannya. Wah ajaib banget! Gw bener-bener laper mata saat itu, barang2 yang dijajalkan semuanya asyik banget! Rasanya pengen gw beli semua! Mulai dari tas, gelang, gantungan kunci, kaos, semuanya unik-unik! Iman sih kuat tapi Imin? Beuh...Akhirnya setelah bertarung dengan sengit, Iman berhasil mengalahkan Imin dalam pertarungan napsu belanja. Alhasil gw "hanya" membeli sejumlah gelang untuk oleh2, sepotong kaos, dan gantungan kunci *itu mah bukan "hanya" tapi borong! hahaha. Raf juga membeli sepotong kain tenun Baduy berwarna biru yang indah nian motif dan coraknya itu. Ah andai gw bawa sedikit lebih banyak uang, gw sabet juga dah tuh kain. hahaha #curhatcolongan

Matahari pun tenggelam, gelap mulai menghambur di angkasa. Gelap! Benar-benar gelap! Baduy adalah kampung tanpa listrik. Malam hari ini, hanya senter yang kami bawa dan lilin, yang menerangi kami.

Malam yang sejuk ditemani dengan makan malam yang jujur, menurut gw pribadi, sangat mewah, yaitu nasi plus mie goreng ditambah taburan abon sapi yang gw bawa, dilengkapi dengan ikan asin. Beuh! Nampol enak banget! Gw aja sampe nambah dua kali! Lalu pencernaan makanan dibantu hanyutkan oleh segelas air segar dari sumur kampung Marengo.


Candle Light Dinner di Baduy

Kembali kami larut dalam percakapan tentang apa saja dan bagaimana kebudayaan Baduy, bersama Kang Sangsang dan Pak Eman. Kembali gw dihadapkan pada rasa kagum saya terhadap kesetiaan mereka dalam menjaga adat mereka di tengah derasnya godaan kenikmatan, kemudahan, yang ditawarkan dunia modern. Kembali gw ucapkan: Luar biasa! Suasana malam yang hening menawarkan sejuta pesona ketenangan buat gw, termasuk kemudahan gw untuk beristirahat *dibaca: tidur! hahaha

Di tengah malam, entah pukul berapa, gw terbangun oleh panggilan alam untuk ke belakang. Sedang letak toilet cukup jauh berada di belakang, di pinggir sungai. Malam gelap gulita, tak ada lagi sebatang lilinpun yang menyala. Namun justru itulah tantangannya. Gw bangkit berdiri mengambil senter, memakai sandal dan berangkat ke WC. Saat itu gelap! gelapnya luar biasa! Awalnya keperkasaan gelap yang mengelilingi gw ini cukup membuat gentar, tapi dengan segera berubah menjadi kagum, karena sejenak gw menutup mata, bukan seram lagi yang gw rasa, tapi pesona yang dipamerkan keharmonisan alam yang gw rasakan. Gw bisa mendengar paduan nyanyian belalang dan serangga lainnya. Gw merasakan lembabnya kabut habis hujan yang menyentuh pori-pori kulit gw. Takjub! itulah rasanya. Gw pun mulai berjalan perlahan, memperhatikan langkah menuju WC. What a night!

Pagi hari, masih dengan dipenuhi rasa takjub gw, kami bersiap dan kemudian berangkat menuju Gajebo (nama sebuah tempat) begitulah mereka menyebutnya. Kembali kami menerjang hutan, namun kali ini ditambah menyusuri pinggir kali. Lalu kami melewati sebuah jembatan bambu yang telah berdiri ratusan tahun disitu. Lalu kami naik ke atas bukit untuk melihat pemandangan kampung dari atas bukit.


Mendaki bukit terjal


Menerjang alang-alang di atas bukit

Hujan yang kembali turun, memaksa kami untuk kembali ke Marengo. Namun di tengah jalan, kami berteduh dulu di Gajebo, karena hujan sudah agak lebat. Terlena dengan sejuknya udara, dan atmosfer yang bersahaja, gw pun terlelap dalam tidur singkat saat sedang ngelekar di sebuah beranda. Hal senada juga gw lakukan setelah kembali sampai di rumah Pak Ndut, sungguh nikmatnya tidur di Baduy! hahaha.

Namun sebelum itu kami kembali disajikan sebuah pemandangan yang menarik, kali ini dari kegiatan antar penduduk. Mereka bahu membahu, gotong royong, saat salah seorang warga sedang ingin membangun rumah.

Waktu memaksa kita untuk undur dari. Setelah selesai berkemas, kami kembali pulang ke Cibolegeur. Perjalanan pulang memakan waktu lebih lama, mungkin karena beberapa teman sudah kelelahan dan sudah tidak sesemangat saat berangkat. Lagipula medannya cukup licin dihajar hujan.


Menerjang sungai

Setelah mengucapkan kata perpisahan dengan Kang Sangsang dan selesai mnghabiskan makan siang, kami akhirnya berlalu pulang ke Jakarta. Di dalam hati gw berjanji, suatu ketika gw akan kembali lagi kesini, dan gw akan masuk ke Cibeo (Baduy Dalam) kalau perlu sampai ke Cikeusik, desa terdalam yang konon medannya sangat terjal dan banyak binatangnya, yang bahkan Pak Eman pun belum pernah mengunjunginya. Fiuhh...Godbless Me Please! :D

Di perjalanan pulang tak kalah menarik, kami sibuk bercerita tentang baru saja apa yang kami lalui kemarin. Ditambah dengan lempar melempar candaan, membuat suasana segar terjaga. Sampai di Gading Serpong pukul 6 sore, namun gw sendiri harus kembali melanjutkan perjalanan sejauh 20 kilo lagi untuk mencapai my home sweet home Pamulang. Ditemani sobat baik gw, Raff, kita hajar 2 kali angkot dan akhirnya sampai juga di rumah! hahaha

Banyak hal yang gw dapat disana. Yang pertama adalah hidup harmonis, baik itu dengan alam ataupun antar sesama penduduk kampung. Mereka membuat rumah dengan materi yang diberikan alam, bahkan mereka sukses memodifikasi fungsi daun pisang menjadi payung saat hujan. Mereka telah menyatu dengan alam. Nafas mereka merupakan hembusan alam. Denyut mereka merupakan getaran alam. Lebih lanjut gw mengaggumi ketaatan yang mereka yang luar biasa terhadap adat. Jaman seperti sekarang ini, jarang sekali ada masyarakat yang masih dengan setia menjaga adatnya. Jaman dimana kemudahan dan kenikmatan hidup menggoda dimana-mana, mereka masih dengan setia dengan luhur menghayati seluruh adat mereka. Nice gan!

Akhir kata, Baduy, kampung penuh keharmonisan dan ketaatan yang luhur

Thursday, December 2, 2010

Untuk Mu si nona #basabasi

6 November - 9 November

Siang itu cerah, matahari senantiasa menghempaskan geloranya kepenjuru dunia, ditambah angin berhembus semeliwir, menggoda siapa saja untuk tergiur menikmati aroma kasur, lembutnya belaian bantal dan pelukan hangat guling,serta hangatnya bergumul di balik selimut.

Ku sedikit bosan. Ku pun beranjak ke situs jejaring sosialnya, berharap ada sesuatu yang menarik. Tanpa dinyana dan diduga Ku, Mu mengirim wall d situs jejaring Ku. "Hai, Ku apa kabar? *iseng"

Ku menjawab, "Bae... lw apa kabar juga? Tumben? kangen ya? haha"

Mu menjawab, "Namanya juga iseng . Tau ga kmaren gw mimpiin lo lho"

"Wah, serius lw? mimpiin gimana?"

"Iya lo lagi pake baju Jawa gitu , terus lagi naik sepeda"


9 November


Sebuah pesan pendek terdampar di Nokia C3 yang didapat empunya dari sang ayah karena memenangkan sejumlah poin dari kartu kredit "Tut..tut... Hei Ku, ini Mu"

Setelah itu, ponsel itu sibuk meladeni kotak masuk dan kotak keluarnya.

Berbagai gurauan pun terlempar satu sama lain, dimulai dari Mu

"Ciee anak band"

"Ciee yang model iklan shampoo kepala pusing"

Saat itu Ku sedang sangat super sibuk penuh dalam tekanan. Selain karena dirongrong deadline setumpuk tugas, Ku sedang mengkomunikasi massa-kan dirinya, karena sedang mengikuti suatu vote-gathering untuk memperoleh kursi organisasi kemahasiswaan di kampusnya.

Setelah beberapa jam SMS-an, dari seberang sana "Ku ga berubah ya dari dulu ya"

Lantas si pemilik Nokia C3 ini menjawab, "Salah tambah ganteng tau, buktinya kemarin 5 nenek pada ngantri pengen kenalan".

:D

12 November

Ku sedang mengantarkan Ayahnya bertemu teman lamanya yang kebetulan oh kebetulan berada di dekat daerah tempat tinggal Mu. Waktu itu, kaki-kaki jarum jam rasanya enggan beranjak dari satu detik ke detik lainnya. Hanya ditemani segelas kopi hangat dan sepotong biskuit, Ku mendengarkan temu kangen kedua pria setengah baya ini. Terlintas ide untuk beranjak dari stagnansi emosi ini, pergi saja ke rumah Mu, kan hanya berjarak sepelemparan batu ini

"Mu lagi di rmh ga? :D"

"Ga, gw lagi d pim . kenapa?"

"Oh lg di Pim toh, gw kan... *bla...bla...nerangin alasan Ku sms nanya Mu di rumah apa ga"

"haha maaf ya gw d pim nh sm anak2 gw td abs pd lmba ."

"Ya gpp kali. Anak2 siapa? HAH! Lw uda melahirkan!? *lebay dan jayus. Hehe"

13 November

"Cause you give me some action, i give you reaction", itulah bunyi status Ku tempo itu.

"Kapan-kapan main ke sini !"

"Pulangnya beliin martabak ya?"

"Cuma itu? *nantangin"

"Yoda sekalian aja segrobak bakso sama batagor ya *berasa mau sunatan"

:D

Belasan November

"habis mandi ngeringin rambut, jadi pengen gondrong lagi"

: "kayak gw dong, gondrong . haha RT @Ku habis mandi ngeringin rambut, jadi pengen gondrong lagi

: "Twitter Overcapacity, buset malam mingguan pada twiteran ya *lha gw juga lho!"

: "Emang suka begitu Ku RT @Ku twitter overcapity

: "Semangat ya pak satpam! #terharumelihatpaksatpamyanggiatbekerjamengaturlalulintaswalaupunhujan"

#ikutterharu RT @KU
Semangat ya pak satpam! #terharumelihatpaksatpamyanggiatbekerjamengaturlalulintaswalaupunhujan

: Ku ikuti HP ga?

: Gw ga terlalu seneng HP. Fiuhh...it's gonna be a long week. Doain ya gw besok penghitungan suara"
: Iya gw doain

:D

22 November. The day when we called #basabasi

Siang itu penghitungan suara untuk Ku maju ke organisasi kemhsswaan.

: Kayaknya menang nih tadi?

w: Iya menang...menangis...huhuhu kalah *(sensor) suara"

"Hari ini Sinta ulang tahun kan? Titip salam ya"

"Yee...ucapin sendiri"

"Udah kok. basa-basi aja sama lw. haha btw ud jd nnton HP??"

"Belum, kenapa mau bareng?"

"ga kok, basa-basi aja nanyain ud nonton apa blm. #marikitabasabasi"

"Ngeband yuk Ku, gw maen apa aja deh, pianika kek suling kek"

weh? ngeband? *kaget tak tertahankan...lebay.... serius ato basa basi nih? #marikitabasabasi

uda makan belum? #marikitabasabasi pake hastag juga dong Mu. hehehe

kalo gw sih mendingan ke Ciputat #ikutganyambung gimana kalo ntar kuras bak mandi? #ganyambungtingkatkronis

Avatarnya lo lucu --@Ku

bagusan aslinya kali daripada avatarnya #serius buktinya kmrn ad 5 nenek katarak ngjak knalan #bcandajugaakhirnya ga pny ym

24 November

Di sebuah situs jejaring sosial, "Mana nih abang basa-basi @Ku"

26 November

Ku merasa twit2nya pada hari itu kayaknya telah menyinggung atau tidak mengenakkan Mu. Buktinya selepas hari itu, Mu jarang untuk ber#basabasi lagi dengan Ku.

Lalu sekarang

3 Desember

Sebelumnya Ku ingn meminta maaf kalo kali2 ada salah. n skrg hepi berdei Mu! WYUATB! GBU :D Yah #basabasi aja sih takutnya kita ga bisa lagi ber#basabasi lagi. :P


Tuesday, November 30, 2010

Monday, November 22, 2010

Kontemplasi Kompetisi

Seorang peserta sebuah kompetisi hanya mempunyai dua pilihan sebagai hasil akhir yaitu : KALAH atau MENANG. Silakan pilih. Kalo gw memilih menang. Siapa sih yang ga suka menang? Ya iyalah kalo pserta itu masih punya logika yang sehat, pasti dia milih MENANG. Masalahnya semua peserta itu punya logika yang sehat, jadi semua ingin menang. Disitulah letak esensial dari sebuah kompetisi. Dari compete yang artinya saling menyisihkan, untuk menjadi yang terbaik, karena yang terbaiklah yang menang. Untuk menang itu tidak gampang. Peserta harus mengalahkan yang lain, menjadi yang terbaik untuk JUARA.

Lalu masalah berikutnya adalah, gimana kalo peserta itu KALAH?

Tadi siang dilakukan penghitungan suara pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ Ilkom kampus gw. As you know, seperti yang uda gw paparkan di post gw sebelumnya, I’m one of those candidates.

Ketika surat suara terakhir selesai dibacakan. Vicky Sidharta – Ciseh Putera 177, Lydia Natasha – Benediktus Krisna 169. Lightning has struck me! Man! Kalah delapan suara!

Well after that, ya gw mengucapkan selamat buat Vicky Ciseh, secara nanti kita akan bekerja sama gitu, no hard feelings, gw iklas kok menerima kemenangan mereka. Seperti yang uda gw paparkan diatas, pilihan berkompetisi itu Cuma dua : MENANG atau KALAH!

Gw terima kekalahan gw. Gw iklas mereka maju jadi pemimpin. Ga akan gw jegal atau gw kudeta. Gw akan bekerja sama dan berkoordinasi dengan mereka nantinya dalam sebuah kerja sama tim. Tapi deep down in my heart, gw tetep ngerasa bĂȘte.

Menjadi menyebalkan karena logika sehat gw sebagai peserta kompetisi memilih untuk MENANG! Tapi kenyataannya menyebutkan KALAH. Ada disinkronisasi abstraksi idealisme (keinginan) dan konkritiasasi realitas.

Tapi mau gimana lagi, semua uda kejadian. Gw mau ngeluh dan bĂȘte segimana pun juga, tetep aja ga akan mengubah keadaan.

Sekarang gw mau berkontemplasi dulu, kenapa sih kok gw bisa sampe kalah?

Gw kalah karena kurang 8 suara. Mengapa Vicky Ciseh bisa dapet 8 suara lebih banyak dari gw dan Tasha?

Apakah kita kurang niat berkampanye? Apakah cara kampanye kita yang kurang efektif?

Dari segi personal. Dulu waktu awal2 dipilih Tasha, gw sempet ragu, Bisa ga ya gw? Apa itu yang menyebabkan kegagalan ini? Tapi hanya awal2 aja kok, selebihnya gw sangat bersemangat berkampanye. Gw rasa itu hanyalah bagian awal dari dinamika emosi, dimana gw cukup terkejut menerima ajakan itu. Ya gimana sih, gada persiapan (karena sebelumnya gw ga mengincar kursi itu dan ga nyangka akan mendpatkan ksemptan untuk menjabatnya). Tapi hati kecil gw waktu itu berkata, “justru ini Kris, kesempatan untuk memperbesar kapasitas dan kualitasmu sebagai manusia”. Keyakinan itu makin membumbul setelah berdiskusi dengan Tasha bahwa dia orang yang tepat untuk di ajak bekerja sama, serta menilik situasi dan kondisi, tiada lagi rasa ragu gw untuk maju.

Gw melakukan apapun untuk memenangkan ini. Gw ini itu, diskusi kritis, bikin visi misi, photo session, bikin poster, latian nyanyi buat konser kampanye, ngajak BO sama Fani bkin galang dana pas kampanye, ijin pasang poster, ijin sound system, bawa gitar dan amplifier, ikut orasi, ajakin 2010, bikin tim sukses. Ternyata masih kurang 8 suara!

Jujur sempet ada rasa khawatir, dengan semua hetic seperti ini, apakah gw mampu menghasilkan prestasi kuliah yang maksimal? Tapi diri gw sendiri yang menjawab, Justru karena itu, uda aktif berorganisasi, IP gede lagi, siapa yang mau nolak? *perusahaan dan cewek tentunya. Hahaha. Gw akan punya catatan hidup (CV) yang baik. Gw akan mudah menjalani hidup. Kayak kata Tung Desem Waringin, Hidup akan keras kepada anda jika anda tidak keras terhadap hidup, begitu juga sebaliknya. Gw terpacu dengan semangat unggul. Gw akan menjadi seorang unggulan, bukan pecundang. Gw dan citra diri postif tentang gw.

Ada pula rasa khawatir, bahwa gw hanya akan jadi “bulan2an” dari system. Well to be honest, birokrasi kampus gw tuh agak ribet, anak2 maunya kemana, rektor maunya kemana. Terkadang pejabat elitnya pun kurang mendengar aspirasi mahasiswa. Menggunakan intervensi dan agitasi untuk melegitimasi kekuasaan dan kepentingannya termasuk kelulusan sivitas academica di mata kuliah tertentu, yang dianggap “mbeling”. Awalnya gw takut, tapii gw ga menyerah. Gimana caranya supaya gw bisa lolos dari semua itu? Jawaban dan caranya pun sudah gw pikirkan. Jawabannya adalah gw ga pernah ada maksud mbeling, gw adalah pro kebenaran. Apa yang salah ya mbok dluruskan. Vocal! Tapi gw ga pernah ada niat untuk bermusuhan dengan gedung 9 lantai itu. Gw bukan oposisi yang suka cari koreng, yang akan selalu mengkritik apa saja tentang kampus, walaupun itu benar. Tapi gw adalah penyambung lidah mahasiswa dan kampus, gw mau kampus gw lebih baik. Yang gw lakukan bukan rebellion, tapi for the sake of goods! Setelah bermodalkan itu semua di hati, Gw pun ga takut lagi isyu2 itu. Gw maju terus!

Apa gw kurang focus?

Sesaat setelah hari kampanye berakhir, rasanya badan gw capeeekkk…..banget…. mungkin karena ga cuma badan yang terus bekerja kesana kemari, tapi juga pikiran yang terus berputar, dan tekanan yang menyergap mental. Akibatnya sesaat setelah selesai kampanye, gw mau off dlu. FB dan twitter berkurang kapasitas persuasinya. Tanpa mengecilkan rasa hormat gw sama Fakriy dan Catherine, gw tau saingan berat gw Vicky Ciseh, gw ngerasa, gw akan menang walaupun tipis. Akibatnya uda dari beberapa hari belakangan ini gw lebih terfokus kepada hari setelah penghitungan suara (which is dalam imajinasi gw uda menang tentunya) gw uda nyiapin sederet agenda kegiatan yang akan gw da tasha lakukan. Mulai dari menghampiri Bu Sandra untuk meniliki hasil psikotes ank2 supaya gw ga salah dalam menempatkan anggota2 pada posnya. Gw uda rancang visi misi, ad/art, program kerja jngka pendek dan jangka panjang, agenda rapat, rencana gw di rapat akbar, konsep forum terbuka. Banyak deh. Gw uda sangat siap kerja. Tapi gw ga focus, emang lw uda menang? Kok uda mikir jauh banget? Menang dulu aja kali! Ga focus terhadap hal2 yang lebih dekat dulu

Apa gw kurang focus? Versi pribadi

Gw cinta kampus gw. Gw pengen kampus gw lebih baik. No bullshit! Kalo kampus gw makin bagus, gw sendiri yang untung. Kampus gw akan mempunyai kredibilitas tinggi. Saat gw lulus dari sini, hal itu akan memudahkan karier gw. Itulah salah satu alasan gw ikut HMJ selain karena impian dan keinginan gw membangkitkan kembali UKM jurnalistik. Itulah motivasi utama yang menggerakkan gw masuk HMJ. Juga karena amanah dari Bu bertha, kaprodi ilkom, yang mendorong gw untuk mengaktifkan kembali UKM itu yang sempat mati suri. Oke I’m in! Lalu kemudian Tasha ngajak gw jadi wakil, why not? Menangin aja sekalian. Disela-sela kampanye itulah, gw dan pikiran liar gw sering melanglang buana. Gw akan memperoleh posisi terhormat. Gw akan eksis. Semua anak ilkom akan mengenal gw. Dosen-dosen akan mengenal gw sbagai si aktif dengan presatasi menonjol. Gw akan masuk dalam jajaran bersama temen2 Gonz gw yang lain yang uda memangku jabatan penting angkatan di fakultas dan kampus mereka masing2. Gw akan menjadi pemimpin, which is pengalaman berorganisasi ini akan sangat penting untuk gw nantinya. CV gw akan tertulis tinta emas : WAKIL KETUA HMJ ILKOM. Gw punya posisi tawar yang tinggi saat PDKT dengan cwe ataupun ketika berurusan dengan orangtua gw. Gw akan memperoleh sweet revenge buat si nona yang pernah mencoreng harga diri gw, akan gw buat dya nyesel menolak manusia berkualitas ini. Tapi semua itu hanya akan gw dapet, kalo menang!

Tapi ya sudahlah, memang beginilah jalannya.

Pasti ada yang ingin Tuhan sampaikan dari rangkaian peristiwa ini.

Ini yang paling penting. When you get down, just grab something. Selama perjalanan pulang nyetir sendiri dari kampus sampe rumah, gw merefleksikan diri dan berkontemplasi. And here it goes the result:

1. 1.Kampanye pake tanda tangan di kaos, tripleks

2. 2.Lebih nyatalah dalam berkampanye

3. 3.Lebih jaga sikap saat berkampanye. Bukan tidak menjadi diri sendiri, tapi tidak menonjolkan kekonyolan dan kebiasaan buruk di tempat umum. Lebih serius dikitlah. Tau waktu kapan lw harus “tanpa topeng”, kapan harus berusaha sedemikian rupa untuk menampilkan citra dan sikap yang tepat

4. 4.Karena gw uda bukan wakil ketua dengan segudang kegiatan yang menyita waktu, gada alasan buat gw ga mencapai IPK diatas 3,5 semester ini. Mungkin Tuhan ingin nilai akademis gw lebih bersinar di 2 semester ini, jadi dia membelokkan gw menjadi hanya menjabat anggota.

5. 5.Gw bisa punya sedikit lebih banyak waktu ketimbang apabila gw terpilih jadi wakil HMJ. Gw bisa nulis blog, novel, jalanini bisnis lagi, cuwawa-cuwiwi dengan sobat2ku, and of course waktu untuk si nona (wish me luck supaya in a relationship ya! Hahaha)

6. 6.gw uda punya pengalaman bagaimana merumuskan dasar2 organisasi, berkampanye, berkomunikasi massa, dll.

7. 7.Gw jadi eksis mendadak. Poster dan gambar gw terpampang di madding kampus. Tak pelak banyak anak2 2010 khususnya cewe yang ngajak kenalan. HAHAHAHA. Gw juga masuk ke dalam lingkaran pergaulan baru. Teman2 baru dimana sebelumnya gw ga pernah ngimpi bisa kenal gw juga seperti Ka Shirley, Ka Engge, misalnya. Teman2 2008nya Tasha. Juga Tasha sendiri! Hahaha

8..

8. The most important thing is, gw harus tulus dalam menjalankan tugas dan amanah. Meskipun gw niat dan bukan isapan jempol belaka akan kerja keras buat ilkom, tapi gw masih tidak bersih dari niat transaksional dalam bekerja. which is seperti tawaran menggiurkan eksistensi misalnya, atau manisnya sweet revenge. Ga itu salah! gw harus rendah hati! berzikir (klo kata org Islam). Gw harus bekerja dengan tulus dan hati yang bersih, maka hal2 itu akan datang dengan sendirinya. :D

Well I guest itu semua yang harus gw katakan. Sincerely I congrating Vicky and Ciseh become president and vice president of I’M KOM. Semoga kita bisa bekerja sama membangun Ilkom dan kampus menjadi lebih baik. Wish u all the best. Godbless! :D Well like I said before, “I still have to fight!”

Ad Maiorem Dei Gloriam

Wednesday, November 17, 2010

I'M Kom (HMJ ILKOM UMN) : First politics and campaign experience

Pertama kalinya gw terjun dalam dunia "politik". Gw ngatur strategi, gw ngeliat lawan gw ngapain, gw kampanye. Hahaha.

Haah...sungguh 2 minggu yang melelahkan

Tetap semangat buat ilkom! :D







Besok pengambilan suara. wish us luck!

Sunday, November 14, 2010

Sabilah!

Sabilah! (baca: bisalah!)

Gw berulangkali menguatkan dan meyakinkan diri, gw pasti BISA!

Gw sedang berkampanye memperebutkan posisi wakil ketua HMJ di kampus.

Sibuk menyiapkan. Ada banyak tekanan disana-sini. Kekhawatiran bahwa gw ga bisa memenuhi mereka pun menyeruak. khawatir bahwa gw akan menjadi just another bullshit in this system

Gw tahu apa yang harus gw lakukan. Gw ngerti banget apa yang terjadi. Selalu gw pikirkan selama seminggu ini. Gw pun uda ketemu solusinya. Gw punya partner yang sangat luar biasa, teman2 lain yang siap mendukung. Intinya gw siap banget untuk kerja.

Tapi gw cuma manusia biasa, yang punya rasa takut.

Fiuhh...untung banyak pihak yg mndukung. I really appriciate that!

Satu hal lagi, si nona, ngewall gw dluan, kita pun sms-an lagi setelah 3 tahunan vakum. eh dket lg dh sama gw. hahahaha. Oasis di padang gurun

Gw serahkan semuanya pada Tuhan, dia tahu yang terbaik untuk gw. hehehe :D

So Here I am

Flashback ke 8-12 tahun yang lalu. Waktu gw cuma seorang anak SD yang sangat freak maen game. Pulang sekolah dari jam 1 maen sampe jam 6, 7 hari dalam seminggu, 12 bulan dalam setahun. Seorang maniak game! Nilai raport berantakkan dan selalu calon veteran (khususnya kelas 5 SD gw inget banget!) Tukang dipanggil guru karena bermasalah kalo rapotan. Selalu jadi biang keributan di kelas. Ekstrem!

SMP setali tiga uang, tapi ada kemajuan dikit. Gw ud bukan cavet, nilai gw pun membaik, gw pun sempet mengenyam jabatan ketua kelas selama satu semester *bangga! Gw mulai bersosialisasi dengan banyak teman, melalui alat ekskalasi sosial bernama "BAND". Tapi gw tetep bermimpi melihat temen2 gw yang ranking dan berprestasi. Kapan ya gw kayak mereka? Ga usah jauh2 deh, gw liat kakak gw aja, nilainya ga pernah mengkhawatirkan.

SMA, titik balik hidup gw. SMA Gonzaga! disanalah gw mengalami revolusi diri! Membuat gw menjadi seorang yang berkarakter. Ada isinya. Gw ga tahu deh apa jadinya gw kalo ga sekolah disitu. Ga pernah berhenti gw mengagumi almamater gw ini, karena merekalah gw jadi seperti ini. Banyak hal yang terjadi disana.

Kurikulum disana bukan pengajaran tapi pendidikan. Bedanya? Pengajaran adalah siswa yang penting tahu, kalo pendidikan itu siswa dibentuk menjadi sebuah pribadi. Pendidikan yang diterapkan disana berbeda dari yang biasa, tentu saja hasilnya diluar biasanya (baca: luar biasa) Kita dibolehkan gondrong, . Kita diberi kebebasan namun tetap bertanggung jawab.

Pertemuan gw dengan guru sosiologi gw, AGUS DEWA IRIANTO, mengubah banyak hidup gw. Dya itu ngajarin anaknya cara pake otak, bener gw ga berlebihan, sebelum bertemu dya gw ngerasa otak gw ini lelet banget, kopong, garing. Habis ketemu dia gw ngerasa ngerti cara make otak, dan gw ngerasa "selama ini otak gw ngapain aj?" hahaha. Berpikir tuh harus logis, sistematis, runut. Dia ngajarin kita cara variabel bebas dan terikat, cara brainstorming, dan berbagai bekal berharga untuk hidup.

Pak Dewa itu selalu menantang siswa2nya seperti dengan istilah, "ANAK GONZAGA ITU CEMEN!!! GONDRONG DOANG GADA ISINYA", dia ingin kita itu merasa terhina, saat itulah kita bangkit dan bersemangat dan membuktikan diri bahwa kita itu bisa.
Dia selalu membanding2kan kita dengan sekolah lain. Dia ingin kita memiliki semangat unggul, lebih dari semuanya, kompetitif. Harus pintar, berkarakter, ada isinya. Harus sering liat keluar jangan kayak kacamata kuda

"Mau jadi apa anak SMA ga pernah baca?". Stelah dia ngomong itu, pipi gw rasanya kayak ketampar! Percaya apa ga, gw langsung rajin melahap semua bacaan, padahal mah dulunya gw maless banget baca

"Anak pak dewa itu ga ada yang takut sama PL", dia mengajak kita untuk berani, bukan untuk berkelahi. Melatih mental.

Di SMA jugalah, pertama kalinya dalam hidup, gw mengecap rasanya menjadi juara. Berkali-kali bahkan *pamer karena bangga! hehehe :D Panggung festival band dimana pun kita kuasai. Gw belajar semangat unggul, mental juara, kerjasama tim di band. Gw pun belajar ketegasan dan mengambil sikap disana, yaitu pas gw ngambil keputusan untuk cabut (ada deh alasannya, karena satu dan lain hal. Kapan2 akan gw bahas di post lainnya)

Wah kok jadi ngomong SMA gw ya? itu laen kali aj deh d post

Pas SMA pun gw masih bocah ingusan yang sedang mencoba mengembangkan sayapnya. Saat dimana gw mulai berani bermimpi. Saat dimana gw mulai terbang untuk memeluk mimpi2 itu. Masa-masa pencarian jati diri gw. Dimana galau adalah makanan sehari2 gw. Dimana kritis cenderung naif adalah agenda gw saban waktu. Mempertanyakan ini itu. Idealis mentok! Pengembangan diri adalah cabuk gw tiap hari

Syukurlah semua terlewati dengan baik

Impian akan menjadi JURNALIS...

Kuliah. UMN. 2 smester katam dengan IPK yang sangat membanggakan (menurut gw) Dimana saat SD pun gw ga pernah ngimpi untuk meraih nilai setinggi ini. Bahkan saat SMA pun nilai merah pun masih akrab di lembaran raport gw. Tapi pas kuliah, tidak kubiarkan satu tetes tinta merahpun terjatuh di lembar raport gw. Gw pun melesat mengejar mimpii gw:JURNALIS

Gw lebih aktif menulis, juga membaca. Diskusi dengan dosen, dan sejumlah teman yg kritis. Gw pun ikut sebuah bisnis untuk mencari uang sendiri. Keluar masuk siaran TV. Masih aktif ngeband. Ikut lomba debat mahasiswa di Jak TV.

Gw telah berubah total! bahkan dalam setahun pun, semua teman SMA gw pun kaget.
"Ini si Bene? Rajin banget!"
"Bene si laskar gonz? anjrit! makan apa loe Ben?"
"Asik dah sibuk sekarang, cari duit"
"Gila lw Kris, yakin nih masih lw teman SMP gw yang suka nyoret tembok orang bareng?"

Sumpah demi Tuhan itu ga gw karang2, itu semua kata temen2 gw.

Bahkan bapak gw pun bilang, "Ajaib, dulu kamu setiap rapotan selalu bikin deg2an, sekarang nilai B aja lebih dikt dari A". *bangga banget gw denger ini. Thanks Pah! :D

So here I am, gw kandidat wakil ketua himpunan mahasiswa jurusan. Fiuuhh...ini puncak karier keorganisasian gw. Sebelumnya gw cuma level anggota. Paling mentok jadi ketua laskar gonz yang secara kelembagaan santai dan tidak bisa disebut lembaga formal. Tapi liat gw sekarang! Dulu pas SD, SMP, ditunjuk jadi ketua pun gw selalu mengelak. hahaha. Infantil!

So here I am, still have to fight!

*Maaf kalo postingan ini kental dengan aroma narsis. Coba pahamilah kalau anda berada di posisi saya. Seorang pecundang yang berubah menjadi pemimpin!

Sunday, November 7, 2010

Kebebasan Pers, Sebuah Euforia Era Reformasi


Saat Orde Baru (Orba) berkuasa, kental diingatan banyak orang bahwa berpendapat dan mengkritisi pemerintah merupakan hal yang diharamkan. Banyak aktivis, mahasiswa, tokoh-tokoh yang kritis ditangkap, dijadikan tahanan politik tanpa sidang, diasingkan, dihilangkan, bahkan diambil nyawanya. Sebut saja seperti penulis kawakan Pramoedya Ananta Toer yang ditangkap dan diasingkan karena buku yang ia tulis, tetralogi Bumi Manusia, di anggap oleh pemerintah orba sarat ajaran komunis. Hal senada juga terjadi pada media. SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan dan Percetakkan) dijadikan senjata ampuh negara untuk membungkam media. Media yang kritis dan vocal tidak segan-segan dicabut SIUPP-nya, dibredel, dilarang terbit. Majalah Tempo nampak sudah kenyang oleh pengalaman ini. Juga dikenal organisasi profesi jurnalistik bikinan negara, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), yang fungsinya mengawasi setiap media yang dianggap “mbeling” saat itu. Masa dimana kebebasan berpendapat dibungkam system pers otoritarian.

Sejak rezim “otoriter” orde baru digulingkan, Indonesia memasuki babak baru kehidupan sosial politik yaitu era reformasi. Terdiri dari kata ‘formasi’ yang artinya susunan ditambah imbuhan re- yang artinya mengulang kembali, reformasi merupakan era dimana format-format perangkat kenegaraan, peraturan serta undang-undang diatur kembali dalam rangka menciptakan tatanan hidup bernegara yang lebih ideal.

Reformasi sarat dengan agenda perubahan. Mulai dari perubahan system sosial politik dimana demokrasi digaungkan sebagai azas negara, pelucutan kekuatan militer angkatan darat, meningkatnya toleransi agama dengan disahkannya imlek sebagai hari libur nasional, juga termasuk di dalamnya pengesahan undang-undang kebebasan pers dalam rangka melindungi kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Mengacu pada teori demokrasi Thomas Aquinas, bahwa pers merupakan pilar keempat demokrasi, selain lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif (trias politika). Maka kebebesan pers merupakan syarat mutlak bagi Indonesia untuk menjadi negara demokrasi. Karena pada prinsipnya demokrasi adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Pers berperan sebagai watchdog trias politika, menjaga agar pemerintahan tetap pada jalurnya, yaitu dalam rangka mensejahterakan rakyat.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 didalam ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Ayat kedua bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. Ayat ketiga bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dan ayat keempat bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. bahkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara lain dalam pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Dengan disahkanya Undang-Undang ini, dunia pers jurnalistik menghirup aroma kebebasan setelah “terbelunggu” selama puluhan tahun dalam rezim orba. Tidak seperti dulu yang selalu was-was, Pers bebas memberitakan, berpendapat, bahkan mengkritis pemerintah. Masyarakatpun memiliki hak untuk berekspresi, berpendapat, juga mengkritisi pemerintah.

Lebih lanjut disebutkan dalam pasal 5 UU No.4 tahun 1999 bahwa pers nasional berkewajiban memberitakan berita dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat dan asas praduga tak bersalah.

Pasal kelima UU No.4 tahun 1999 ini, ingin menunjukkan bahwa system pers di Indonesia adalah system pers bebas bertanggung jawab. Sistem pers yang memiliki tanggung jawab sosial (Social Responsibilty Theory). Jadi pers bebas melakukan pemberitaan dan mengkritis pemerintah namun tetap dalam koridor-koridor “kepantasan”, karena pers juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan sosial khalayak masyarakat.

Namun pada kenyataannya pemberitaan di media seringkali kebablasan. Terlalu vulgar dan cenderung mengarah pemberitaan yang merugikan pihak-pihak tertentu seperti pencemaran nama baik, pelanggaran privasi sumber pemberitaan, dan lain sebagainya.

Di media cetak, judul headline-headline dan artikel surat kabar makin kritis bahkan keterlaluan dan cenderung pada pencemaran nama baik. Seperti contohnya yang terjadi pada harian Kompas, Jumat, 5 November 2010, yang mengatakan “Hati DPR Tumpul”. Ada pula cover majalah Tempo, 29 Juni 2010, yang mengatakan “Rekening Gendut Polisi” ditambah dengan ilustrasi gambar seorang polisi sedang membawa celengan berbentuk babi.

Tidak hanya itu,isi artikelnya pun banyak yang dengan terang-terangan mengarahkan kritik kepada yang bersangkutan. Penggunaan kata sindiran lazim digunakan, bahkan sarkastikpun sering menguap di halaman surat kabar.

Masyarakat pun kini makin kebablasan dalam mengemukakan pendapat. Sebut saja ketika demonstrasi yang terjadi 28 Januari 2010, menuntut ketegasan dan kecekatan presiden mengambil keputusan. Para demonstran membawa seekor kerbau di area demonstrasi, mereka mengkritik presiden SBY lambat seperti seekor kerbau. Ada pula kasus yang masih hangat baru-baru ini, yaitu artis kawakan Pong Harjatmo mencoret atap gedung DPR dengan tulisan “Jujur, Adil, Tegas”.

Bisakah pers dan masyarakat secara terang-terangan “menghina” suatu pihak dan instansi pemerintah? Bukankah sudah ada undang-undang pencemaran nama baik? Bukankah mereka bisa terjerat undang-undang tersebut?

Hal tersebut terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Buku kedua-kejahatan, bab XVI, Pasal 310 yang berbunyi:

(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.

Memang benar ada undang-undang pencemaran nama baik, namun kebebasan berpendapat tersebut dilindungi oleh undang-undang kebebasan pers. Kedua undang-undang ini memang saling berbenturan. Adapula rancangan undang-undang rahasia negara yang berpotensi akan menjadi UU tandingan kebebasan pers dalam “mengubek-ubek” rahasia negara.

Berdasarkan UU No.4 tahun 1999, pers memang berhak dan bebas melakukan pemberitaan dan kegiatan jurnalistik. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana dan apa saja batas-batas koridor kepantasan dalam pemberitaan tersebut? Maka dari itu selalu mucul perdebatan mengenai batas-batas kebebesan pers, dimana AJI (Aliansi Jurnalis Independen) organisasi profesi tandingan PWI, selalu memperjuangkan hal ini.

Bila dianalisis secara kritis, hal ini terjadi karena pers Indonesia telah terlalu lama “dibungkam”, sehingga ketika mereka diperbolehkan bersuara, keluarlah teriakan. Era dimana informasi dapat dengan bebas beredar, dimana berpendapat bebas dilakukan. Kebebasan pers, merupakan buah euphoria era reformasi.

Sunday, October 17, 2010

Blues all day long

Oi semua! Haaahh....*menghela nafas. Capek gw tiap kali nulis blog isinya galau mulu. Sekarang marilah kita bergembira dalam postingan ini. huahahahahahahah..... :))))) :DDD

Kemarin sabtu malem gw sama kakak gw cabut ke Istora Senayan buat nonton Jakarta Blues Festival. Beuh, ini acara sadis banget, smpe kenyang blues gw di dalam. Gimana enggak, ada 40 artis berasal dari 7 negara berbeda termasuk Indonesia dimana jari dan jiwa mereka uda gatel mengguncang Jakarta, bermaen dalam 4 Stages sekaligus, komplit maen Blues. Mantaplah itu!


Pintu masuk Jakarta Blues Fest

Sore gw balik kuliah langsung cabut ke Senayan dijemput kakak gw. Nyampe sono jam 3, kita langsung nonton musisi blues muda yang lebih muda dari gw. Spotted Zebra, asik2 keren, gitaris dan maen gitarnya keren, masih muda2 enerjik, masih SMA. I like it

Habis itu gw cabut ke Green Stage di depan lobby istora buat nonton Coaching Clinic, Tjahjo Wisanggeni. Sakit nih orang maen gitarnya, dewa banget. Tangannyan nggratil banget, lincah, lompat kesana kemari. sakit dah pokoknya.

Setelahnya, kita balik lagi ke Black Stage, nonton The cube. Nih band juga asik karena mereka punya keunikan tersendiri di banding lainnya. Band ini bergenre blues tapi ada DJ-nya. mantaplah itu

Abis itu, sekalian ngadem kita masuk ke Blues Stage, karena disitu Indoor Istora dan ACnya, hehe, kita dengerin band yang bener-bener blues, yang sangat kentel dan kerasa bluesnya. SOULMATE


Soulmate lagi manggung

Soulmate bermain baik sekali, gw ngerasain bluesnya enak banget. Dipadu oleh vokal Tripatri "TIPS" yang nyanyi pake hati (nge-soul) banget. Dibalut dalam musik blues yang kental, enak banget rasanya. Gitaris dan vokalisnya merupakan gitaris dan vokalis terbaik Rock 2009 versi majalah apa gitu gw lupa (sori ya ^^ hehe)


Asyik nonton Soulmate

Kelar nonton Soulmate. Gw cabut ke Red Stage, buat kembali nonton Tjahjo Wisanggeni. Cuma kali ini dia tampil lengkap sama bandnya. Lagi-lagi gw terperangah! terkesima sama penampilan band mereka. Gile man, ud kayak dream theater! Walaupun agak ngaco dan melenceng dari blues, kehadiran Tjahjo cukup menyegarkan kesibukkan blues di sana-sini. Selain karena skill gitarnya yang bikin iri, lirik dan not nada lagu ciptaannya cukup unik. Aransemen mereka pun kerap dibalut dengan suara gamelan. Ada rasa etnik plus metal di penampilan mereka. Belum lagi lirik mereka yang puitis namun tidak terkesan cengeng karena dibalut aransemen metal


Tjahjo Wisanggeni

Kelar Tjahjo Wisanggeni, gw ga beranjak kemana2, karena penampil berikutnya adalah The S.I.G.I.T, band favorit gw.


The S.I.G.I.T

Namun gw agak kecewa, karena gw ngerasa mereka maennya kurang pol. Pertama karena soundingnya ga terlalu bagus. Lalu mereka seperti tampil apa adanya, ga all out. Tempo lagu juga sedikit kelambatan jadi energi yang keluar ga maksimal. Lagipula atmosfernya ga kebentuk karena penontonnya kebanyakan cuma diem aja, yah ada si koor, tapi itu cuma segelintir. Gw rasa orang2 itu cuma sok asik nonton, atau cuma mau gaya aja nonton the sigit.


Tapi biar begitu gw tetep seneng banget liat mereka maen. Aksi panggung Rekti yang karismatik membuat darah gw berdesir dan berkata, "Oke gw mau jadi Rockstar! Gw mau gondrong lagi!". Hahaha

Kelar di the sigit, perut keroncongan memanggil gw untuk beli makanan. Gw beli mie goreng, alamak mahalnya 20 ribu satu sterofoam. Apa lacur itu uda makanan berat yang paling murah. Emang sengaja mereka naikin, karena mau ga mau pasti ada yang mau beli. Kimai! :(

Kelar makan, kita kembali ke Blue Stage buat nonton Oppie Andaresta dan BOP, buat ngadem dan ngelurusin kaki yang dari tadi berdiri terus.


Wuih ramenya! haha

Ga ampe kelar nonton Oppie, kita cabut lagi ke Redzone, ngeliat Forticello. Band ini isinya pemusik Cello tapi ga mainin klasik pada umumnya, melainkan METAL!!! Beuh sadis banget, keren pol. Apalagi diakhiri dengan dihancurkan dan dibantingnya alat2 musik mereka. Pol! haha

Lalu ada pemusik dari luar negeri, Kevin Borich. Keren banget sih mereka maen, tapi gw ud capek. Jadi ga terlalu interest dengan permainan mereka.

Baru setelah itu, artis yang gw tunggu-tunggu. GUGUN BLUES SHELTER!!!





Gugun Blues Shelter

Setali tiga uang dengan the sigit, gw kurang puas dengan penampilan mereka. Pertama lagi-lagi karena masalah sounding yang ga maksimal, suara gitar si gugun ga pol, malah suara si basis bule yang terlalu keras. Apa karena ekspektasi gw yang ketinggian atau karena emang gw uda capek aj, secara gw ud dari jam 3 sore, sdangkan waktu gugun maen jam 11 malem. Uda 7 jam-an gw di situ. wkwkwkwka....

Uda gitu mereka lebih banyak mainin lagu blues yang rileks, yang temponya nyantai, jadi untuk gw yang uda rada ngantuk butuh energi penyemangat. hehe. Tapi tetep gw seneng bisa liat mereka live untuk pertama kalinya. nice! Di sisa-sisa tenaga gw pun, gw masih sanggup terperangah ngeliat jari jemarinya menari memainkan not di gitar. Beuh! sakit nih orang


Ramenya pol pas Gugun maen

Ga salah lagi, Gugun Blues Shelter adalah bintang hari ini. Penonton Red Stage rame banget, sampe ke belakang-belakang. Pas GBS kelar, semuanya langsung pada bubar pulang, kontan tempat festival langsung sepi, ada kali separohnya pulang, padahal masih ada penampil terakhir, Ana Popovich. Gw pun cabut karena uda capek banget. Haaah.....

Walaupun capek, pegel dan ngantuk, itu semua tidak menghalangi rasa puas gw setelah nonton JaK Blues Fest 2010 ini. Secara overall baiklah acara ini. Kepada pihak penyelanggara, gw berseru supaya tahun depan harus ada lagi, dengan artis lebih mantep kayak, B.B King atau Eric Clapton. Hahahaha *ngarepnya pol. hehe

Friday, October 15, 2010

here is the truth

Ini adalah penyakit lama kita. Ketidakmampuan ASERTIF
Akhirnya kita saling menerka dan berprasangka satu sama lain.
Padahal mencairnya hubungan kita setelah membeku beberapa bulan terakhir adalah hal yang sangat melegakan dan menyenangkan. Walaupun sekarang kita masih dekat, tapi aku rasa masing-masing dari kita menyimpan prasangka dan berbagai perasaan yang masih tersembunyi rapi dan rapat jauh di lubuk hati masing-masing.
Dan kita menjadi sangat dekat, dekat sekali, lebih dari yang dulu pernah kita lalui
Katamu kamu bingung, tapi entah kenapa, bodohnya aku mengapa aku tidak bertanya. Aku malah menduga-duga

Aku hanyut dalam emosiku sendiri dan memutuskan untuk get-over akibat mispersepsi atas tanda yang kamu berikan. Aku kira kamu sedang memilihku di antara laki-laki lainnya. Aku lelaki bukan tuk dipilih! (iwan fals-aku bukan pilihan) Karena akumulasi semua emosi itulah, aku merasa lelah dan memutuskan untuk get over.

Setelahnya, kamu, menurut persepsiku, panas dan hanyut dalam emosi juga karena mengira aku sudah get over. Lalu kamu kemudian mendeklarasikan hubungan, namun tidak jelas dengan siapa, aku rasa itu hanya main2 belaka. Kamu tidak sedang benar2 pacarankan? Apakah kamu sebelumnya kamu bingung karena sedang menimbang2 kepantasanku menjadi kekasihmu? Lalu apa yang kamu rasakan sekarang?

Kepada para sahabat dekatku. Mungkin kalian sudah malas mendengarkan, karena ketidakkonsistenan perasaanku kepadanya. Mungkin juga kalian jengkel dan merasa usahaku dan buku yang baru kubeli adalah langkah omong kosongku. Atau maaf atas segala prasangkaku kepada kalian, mungkin juga kalian sudah maklum aku kalau sedang galau, ya begini. Sungguh konsespi kebahagiaanku, episentrum euforiaku hingga kini belum tercapai. Masih menganga terbuka. Selalu keluar lapar, mencoba keluar menyeruak mengambil kendali diriku.

Sungguh saat ini aku dan kamu berkomunikasi tentang hal ini

Saturday, October 9, 2010

Anugerah di balik Ilusi

Kehadiranmu kembali hanya sebuah ilusi
Ilusi yang mengaburkan konsentrasi
Ilusi yang mempermainkan konsistensi

Namun di satu sisi,
ilusi yang menyenangkan
ilusi yang menawarkan imaji kebahagian
sebuah oase dari dahaga untuk episentrum euforia-ku

Tersadar saat kabut ilusi itu perlahan menipis menghilang

Kehadiranku tak sekalipun menggetarkanmu
begitupula kehadiranmu tak lagi menyalakan getaran api pesona
Jalinan percakapan kita tak sekalipun serasi
Ketika aku "orgasme" dengan alunan rock n roll, kamu menyukai film dan artis Korea
Ketika aku sibuk mengikuti alur tulisan Paulo Coelho atau getar sastrawan lainnya, kamu malah lebih berminat mengatur jadwal partime-mu
Kita bagai kutub yang berbeda
Kukira awalnya bisa menyenangkan saat aku berkenalan dengan hal-hal baru yang kamu sukai, begitu juga kamu sebaliknya.
Namun saat aku mencoba menyamakan frekuensi, kamu tetap setia di koridormu

Lelah aku dengan semuanya
Untuk apa dipaksakan?

Ketika ku mengadu pada Tuhan,
Worth it?
Aku bergetar...

Seperti kata para bijak, kebijakan yang benar selalu memberi jawaban pada waktu yang tepat
Ya kamu bukanlah Kamu!


Namun hadirmu kusyukuri (memang apapun yang terjadi patut disyukuri)
Selalu kupetik hikmah dan makna dibalik semua pertanda
belajar pada kebijaksanaan yang dibahasakan alam

menjadi tuan atas emosi
tetap sabar dan setia dalam konsistensi decisi

pertahankan dan perjuangkan suara dignitas
kedepankan rasio
tetep berserah pada-Nya

Godbless!
Ad Maiorem Dei Gloriam

Monday, October 4, 2010

Imaji aku dan kamu

alam bawah sadarku memamerkan padaku sebuah imaji
ada aku dan kamu disitu
semoga imaji ini tidak menguap ditelan perih
namun semoga imaji ini segera bersahabat menjadi sebuah reali

tidak ada hal lain saat ini yang lebih kuinginkan daripada kamu
May God bless us!

Sunday, October 3, 2010

:D

Setelah mencapai kata sepakat atas konflik diri, aku merasa lebih tenang
setelah mencapai titik tenang, aku mampu melihat segala sesuatunya dengan jernih
setelah aku merendahkan egoku dan berserah pada-Nya, saat itulah segala sesuatunya terasa mudah

Aku :D

Friday, October 1, 2010

Kesanku tentang kamu

Kamu pernah bertanya padaku, "apakah gue nyebelin?"
Gw jawab, "Ga kok, lw ga nyebelin. Lw cuma ngerepotin"

Aku mengerti kamu tidak jahat, hanya saja kamu masih naif
Aku mengerti kamu bingung
Aku mengerti kamu belum mau berkomitmen

Semakin hari, aku makin mengenalmu.
Mengumpulkan serpihan dan potongan puzzle misterimu

Sayang kemarin aku terlalu cepat
Saat ini nikmati saja

Thursday, September 30, 2010

Minggu

“ACEH!!! LOE GIMANA SIH!!?? INI PIRING MASIH BANYAK KOTORANNYA!!! AYO KERJA YANG BENER!!! GW POTONG JUGA NIH GAJI LOE!!!”, Cik Ahoen marah besar.

“…”, aku terdiam. Aku memandangi piring itu. Nampaknya sudah bersih dan mengkilap.

TAAKK!!! Sebuah tamparan melayang ke pipi kananku

“DASAR LOE GA TAHU DIUNTUNG!!! UDA BAGUS LOE KETERIMA KERJA DISINI. KERJA YANG BENER.”

“Iya Cik”, jawabku melenguh pelan.

“Siang ini loe bersiin semua piring, terus loe buang sampah di belakang, tambah nyapu sama ngepel!”

“Iya Cik”, jawabku sekenanya sambil berusaha menghilangkan nada kesalku.

“Awas ya kalo sampe masih ada yang kotor!!”, katanya sambil berlalu pergi.

Huh dasar! belagu sekali dia! mentang-mentang bos! Orang piringnya sudah bersih juga! main marah-marah saja seenaknya. Fiuuhh….yah tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak ada dia, bagaimana nasibku saat ini. Cuma dia yang mau menerimaku, seorang yang hanya tamatan SMA, untuk bekerja di restorannya sebagai tukang cuci piring di sebuah Chinese Food miliknya ini. Cukuplah dengan hanya bermodal keterampilan seadanya, aku mendapat sedikit upah tambahan untuk membantu memberi makan kepada adik-adikku dan tambahan untuk tabunganku. Harapannya dengan usahaku ini, aku mampu melanjutkan studi di bangku kuliah.

Seringkali aku iri saat melihat anak-anak ABG berseragam sekolah, dengan wajah ceria mereka asyik duduk bergerombol, bercerita tentang kehidupan mereka. Seringkali aku tidak sengaja mendengar tentang keluhan mereka dengan banyaknya PR, cerita cinta mereka di sekolah, mencontek, dan 1001 macam kisah remaja mereka yang sangat menggemaskan. Di usiaku sekarang ini, seharusnya aku sama dengan mereka, sedang duduk nyaman di bangku sekolah mengenyam pendidikan untuk masa depanku nanti. Tapi lihat aku sekarang! Terdampar bersama tumpukan piring kotor dan sepotong sabun cuci. Ini semua tidak terjadi kalau saja tidak ada mereka! Ya merekalah yang merebut semua mimpi-mimpiku! Mereka adalah 7 iblis kecil yang merenggut semua yang semestinya jadi milikku.

#

“Kiri bang”, pintaku pada sopir angkot untuk berhenti. Setelah turun dan menyelesaikan kewajiban pembayaran, aku melangkah gontai lemas, lelah sehabis bekerja. Aku menemukan diriku di depan pintu rumahku. Seperti biasa, terdengar suara gaduh yang luar biasa dari dalam rumahku.

“Fiuh…” aku menghela nafas dan membuka pintu

“Aku pulang” kataku dengan nada sekenanya

“Waa….wooo…wee…” gaduh suara 7 orang adikku sedang asyik bermain. Ya benar anda tidak salah baca, TUJUH orang. Kami adalah DELAPAN bersaudara. Selamat datang di rumahku!

Borneo adikku langsung sedang asyik merokok bersama dua adikku kecilku yang lainnya, Bali dan Celebes. Astajim! Masih kecil sudah berani merokok mereka. Flores dan Andalas, adik keempat dan kelimaku sedang main pistol-pistolan. Andalas sedang menangis karena matanya tertembak, sedangkan Flores tertawa girang, puas sekali seperti saat Maradona mencetak gol dengan tangannya ketika melawan Inggris di piala dunia 86. Jambi adik keenamku atau ketujuh dari delapan bersaudara ini, adalah satu-satunya adikku yang rajin, sedang asyik di depan meja belajar satu-satunya di rumah kami yang selalu jadi rebutan semua anak di rumah ini ketika musim ujian tiba. Terakhir ada adikku yang bungsu, Madura, yang lari bugil keluar dari kamar mandi dibarengi dengan tawanya, diikuti Ibuku yang mengejarnya dari belakang. Nampaknya adik bungsuku ini berbakat jadi artis porno. Masing-masing dari mereka hanya terpaut satu sampai dua tahun. Hanya aku dan Borneo, si anak kedua, yang terpaut 3 tahun.

“Aceh kamu sudah pulang? Yuk bantuin Ibu urus adik kamu”

“…”Aku terdiam. Aku melihat sekeliling, mencari ayahku. Ayahku adalah seorang insinyur sipil. Dia selalu bekerja dan berdinas di luar kota. Yang lucunya adalah setiap pulang dari luar kota, ibuku selalu hamil besar, dan masing-masing anak diberi nama sesuai kota terakhir yang ia kunjungi. Beliau adalah orang yang sangat sibuk. Mungkin hanya seminggu tiap 6 bulan kami dapat bertemu. Tapi yang membuat aku jengkel adalah dia tidak pernah memaksimalkan waktu yang minim itu menjadi berkualitas. Tidak pernah menanyakan kabarku. Selalu cuek, dan asyik dengan dirinya sendiri. Lihat saja seperti setelah mataku menemukannya, dia malah asyik nongkrong baca koran di teras belakang rumah, ketimbang momong 8 orang anaknya. Tapi aku rasa dia selalu memanfaatkan quality time seminggu di rumah ini dengan Ibuku. Buktinya setiap Ayah pulang, sembilan bulan kemudian aku hampir pasti punya adik baru.

Sampai-sampai aku lebih menginginkan dia tidak pulang saja, atau dia tidak ada dia sekalian. Semua tanggung jawab kepala rumah tangga aku yang urus, sedangkan dia lari bersama proyeknya di luar kota. Karena semua masalah ini bersumber dari kepergiannya, Ibu jadi merindu dan setiap bertemu rindu itu langsung saja diekspresikannya di ranjang. Yah, tapi mau bagaimana lagi hanya dengan pekerjaan itu kami dapat hidup. Tapi tidak untuk sekarang, aku juga harus ikut bekerja untuk ikut membantu memberi 7 kurcaci ini makan. Kini uang kerja Ayah masih belum mencukupi untuk isi perut kami semua. Saat ini aku sangat berharap tidak ada lagi adik tambahan untuk tahun-tahun mendatang. Lagipula nampaknya Ibu juga sudah memasuki usia menopause, artinya tidak ada lagi tambahan perut yang harus diisi.

Awalnya semua berjalan baik. Saat Borneo, adik pertamaku lahir, aku sangat senang. Sepertinya akan menyenangkan mempunyai seorang adik. Aku bisa bermain bersama-sama, dan ada teman di rumah. Selalu menyenangkan bermain dan menghabiskan waktu bersamanya. Lagipula aku masih mendapatkan kasih sayang dan perhatian itu. Jatah makan yang berlimpah, mainan yang selalu baru. Perhatian dan cinta kasih cuma terbagi menjadi dua. Tak apalah itupun juga untuk adikku tercinta.

Setahun kemudian aku kembali mempunyai adik baru bernama Bali. Tambah senanglah aku karena merasa ada teman tambahan dalam bermain di rumah. Mainan untukku memang berkurang, tapi sedikitnya aku masih bisa bermain dengan kedua adikku ini. Keadaan masih baik-baik saja.

Keadaan berbeda setahun kemudian ketika adik ketigaku, atau anak keempat, yaitu Celebes lahir. Jatah makanku pun berkurang, aku harus membantu Borneo mengerjakan PR dan tugas sekolahnya, padahal PR dan tugasku sendiri belum selesai. Bali yang sedang belajar jalan dan merangkak selalu menangis ketika usahanya terbentur meja atau tembok. Belum lagi Celebes, yang bisanya cuma nangis kalau lagi lapar dan kebelet ke WC. Tentu saja seperti biasa, Ayah pergi keluar kota tanpa peduli keadaan di rumah. Ingat aku masih berusia SD, saat semua tanggung jawab ayah itu aku yang menanggung. Usia dimana aku seharusnya nongkrong saja di belakang mainan, mendapatkan kasih dan kemanjaan dari orangtuaku.

Tahun demi tahun, Ibu selalu melahirkan. Dimulai dari setahun setelah Celebes, lahirlah Flores diikuti Andalas juga setahun kemudian. Juga menyusul di tahun-tahun berikutnya Jambi dan terakhir Madura. Mimpi buruk seakan terus menggema menjadi nyata, ketika masalah-masalah satu per satu mulai muncul.

Masalah pertama adalah tentu saja tentang jatah makan. Pertama Ibu harus mengeluarkan uang yang sangat banyak hanya agar kedelapan anaknya harus kebagian makan. Terbayanglah ongkos yang sangat besar untuk membeli lauk pauk dan sayur mayur. Porsi makan yang relative seadanya itu membuat kedelapan anaknya ini kerap dihinggapi lapar, sehingga harus seringkali Ibu membeli cemilan untuk memenuhi nafsu makan-makan anak-anaknya. Ketika makanan sedang dihidangkan pun timbul masalah. Karena terbatasnya nasi, lauk pauk dan sayur, kami harus berebut untuk mengambil makan. Tak jarang kami bertengkar hanya untuk mendapatkan porsi yang banyak. Aduh mau menikmati makannya saja kok repot sekali ya?

Masalah berikutnya adalah masalah material seperti kaos dan mainan. Seperti ketika Borneo dibelikan kaos baru, adik-adik yang lainnya pasti akan iri dan tentu saja minta dibelikan lagi. Hal itu juga berlaku pada mainan. Setiap ada anak yang dibelikan mainan baru, maka anak yang lainnya akan iri. Habislah uang hanya untuk urusan iri-iri.

Belum lagi saat malam minggu datang. Jika kebanyakan orang putus karena selingkuh atau long distance, kalau aku putus karena ulah adik-adikku. Pacar mengajak berkencan menonton film di bioskop. Aku pun sudah rapi dengan kemeja flannel bermotif kotak-kotak biru hitam dipadu celana jeans, siap berangkat bersama pacar. Baru akan melangkahkan kaki ke pintu, Madura, si bungsu, menangis keras, sedangkan Ibu sedang mengurusi Andalas dan Celebes yang sejak tadi belum mengerjakan PR. Karena harus meninabobokannya, aku terlambat janji, pacar marah dan tidak mau mengerti keadaan ini, dan berujung pada pemutusan hubungan. Hal ini selalu berulang dari gadis satu ke gadis lainnya. Arrgghh….!!!

Ibu selalu sibuk dengan ketujuh adikku. Aku tidak pernah sedikitpun mendapatkan perhatiannya. Satu-satunya komunikasi yang kami lakukan hanya saat beliau memintaku ini itu untuk membantu adikku, menyuruhku mengganti popok, atau menyuapi mereka makan, membantu mereka mengerjakan PR. Tidak pernah aku mendapatkan perhatian dari kedua orangtuaku, padahal aku juara di sekolah. Bahkan aku yang selalu juara kelas dari SD sampai SMA, tidak dibiayai untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ibu malah lebih mementingkan ketujuh adikku yang prestasinya justru tidak jelas. Ibu malah mengatakan padaku kalau kuliah itu percuma saja, ujung-ujungnya juga kerja, lebih baik langsung saja cari kerja. Kuliah juga dapat gaji paling banter 2 jutaan.

Ah pusing kepalaku, sudah capek-capek kerja seharian, sampai rumah masih ada kerjaan, ngurusin tuyul-tuyul kecil ini. Ini rumah sudah seperti kandang kelinci saja, banyak banget isinya, anak kecil semua lagi. Rasanya sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Bertahun-tahun aku memendam rasa kesal ini. Tidak pernah sekalipun aku mengeluh ataupun membantah, tapi mengapa mereka tidak pernah mengerti aku? Kenapa harus selalu aku? Padahal aku sudah melakasanakan semua kewajibanku, kapankah aku mendapatkan apa yang kuinginkan?

Amarahku tak tertahankan lagi. Aku ingin segera akhiri ini semua. Aku berlari menuju dapur. Langsung kusambar pisau dapur yang digantung di rak piring. Ku genggam pisau tepat di depan dadaku. Keringat dingin bercucuran dari segenap tubuhku, membasahi hatiku. Saat itu rasanya kepalaku berputar-putar. Ingatanku dengan cepat memutar kembali memori dari masa kecil dari sekarang. Dimana seluruh peristiwa terangkum, melebur dan bekerja sama membentuk semua luka batin di hati. Selamat tinggal...

Namun sebuah sinar putih memanggilku… Sinar yang begitu terang…Sinar yang menyilaukan mata dan kalbu…Sinar itu…

#

“Aceh, kamu sudah sadar nak?”

“Nak maafkan Ibu ya. Ibu egois. Ibu tidak pernah memperhatikanmu”

“Ada apa sih Bu? Ini dimana?”, katanya sambil mengumpulkan kesadarannya

“Di rumah sakit. Kamu sudah seminggu tidak sadarkan diri”

“Ohh…”, katanya sambil mengusap dahinya

“Maaf ya Nak, Ibu tidak pernah memperhatikanmu lagi karena ketujuh adikmu”. Aku memeluk tubuhnya yang terkapar di ranjang rumah sakit berbalut infuse dan perban.

“Tidak apa Ibu, aku baik-baik saja.”

“Ibu tadi Tuhan menyapaku. Dia ingin aku menjadi pelayan-Nya”, lanjutnya

“Apa?” aku tersontak kaget

“Tuhan menyapaku. Tuhan menginginkan aku menjadi pelayannya. Dengan begitu aku akan meringankan beban Ayah, Ibu dan adik-adik”

“Tidak Nak! Jangan! Ibu akan lebih memperhatikanmu. Kami akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu. Tak usahlah kamu bekerja, Ibu dan Ayah akan menafkahai.. Ibu janji akan mencarikanmu beasiswa untukmu melanjutkan ke perguruan tinggi. Kamu baru kembali, jangan pergi lagi, Nak. Ibu masih merindukanmu”.

“Tidak perlu Ibu lakukan itu. Tuhan yang memintaku. Keputusanku sudah bulat, Aku akan menjadi pelayan Tuhan”.

“Ibu, tolong jangan sampai adik-adikku merasakan apa yang kurasakan. Perhatikan mereka dengan sungguh. Penuhi semua kebutuhan jasmani dan rohaninya”, lanjutnya berpesan.

Aku mengangguk sambil menangis tersedu.

#

Minggu pagi, aku pergi ke gereja mengucapkan puji dan syukurku kepada Tuhan atas semua karunia dan berkat-Nya yang Dia berikan pada keluargaku sampai hari ini. Aku berlutut mohon pengampunan atas semua keegoisan dan hawa nafsu dagingku yang berbuah petaka. Masih ku tak percaya, Kau renggut putra sulungku. Namun kutahu, Engkau selalu tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya. Khusus kuberdoa kepada putra sulungku Aceh, supaya persembahan dirinya kepada Tuhan dapat menjadi jalan terbaik baginya.

Peristiwa itu menyadarkanku bahwa anak-anak merupakan titipan dari Tuhan, bisa datang dan pergi menurut panggilan-Nya. Selagi masih dititipkan hendaknya dijaga, dirawat, dan dibesarkan sebaik mungkin. Berkat peristiwa kepergiaan anak sulungku, aku lebih memperhatikan anak-anakku. Kujaga dan kucintai mereka sama baiknya. Aku keluar dari pekerjaannya yang lama, dan mencari kerja di dalam kota. Dengan dalih mencari nafkah untuk keluarga, aku melegalkan kesenjangan hubungan antara kami. Kami terus bekerja keras, berusaha dan berdoa. Lalu mukjizat itu tiba. Perlahan-lahan keuangan keluarga kami membaik, keluarga kami tidak pernah kekurangan dan bahagia. Setiap minggu pagi, aku dengan bangga melihat putraku, duduk di mimbar dengan jubah gagahnya sebahagia sebagai pelayan Tuhan di gereja.