Monday, November 22, 2010

Kontemplasi Kompetisi

Seorang peserta sebuah kompetisi hanya mempunyai dua pilihan sebagai hasil akhir yaitu : KALAH atau MENANG. Silakan pilih. Kalo gw memilih menang. Siapa sih yang ga suka menang? Ya iyalah kalo pserta itu masih punya logika yang sehat, pasti dia milih MENANG. Masalahnya semua peserta itu punya logika yang sehat, jadi semua ingin menang. Disitulah letak esensial dari sebuah kompetisi. Dari compete yang artinya saling menyisihkan, untuk menjadi yang terbaik, karena yang terbaiklah yang menang. Untuk menang itu tidak gampang. Peserta harus mengalahkan yang lain, menjadi yang terbaik untuk JUARA.

Lalu masalah berikutnya adalah, gimana kalo peserta itu KALAH?

Tadi siang dilakukan penghitungan suara pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ Ilkom kampus gw. As you know, seperti yang uda gw paparkan di post gw sebelumnya, I’m one of those candidates.

Ketika surat suara terakhir selesai dibacakan. Vicky Sidharta – Ciseh Putera 177, Lydia Natasha – Benediktus Krisna 169. Lightning has struck me! Man! Kalah delapan suara!

Well after that, ya gw mengucapkan selamat buat Vicky Ciseh, secara nanti kita akan bekerja sama gitu, no hard feelings, gw iklas kok menerima kemenangan mereka. Seperti yang uda gw paparkan diatas, pilihan berkompetisi itu Cuma dua : MENANG atau KALAH!

Gw terima kekalahan gw. Gw iklas mereka maju jadi pemimpin. Ga akan gw jegal atau gw kudeta. Gw akan bekerja sama dan berkoordinasi dengan mereka nantinya dalam sebuah kerja sama tim. Tapi deep down in my heart, gw tetep ngerasa bĂȘte.

Menjadi menyebalkan karena logika sehat gw sebagai peserta kompetisi memilih untuk MENANG! Tapi kenyataannya menyebutkan KALAH. Ada disinkronisasi abstraksi idealisme (keinginan) dan konkritiasasi realitas.

Tapi mau gimana lagi, semua uda kejadian. Gw mau ngeluh dan bĂȘte segimana pun juga, tetep aja ga akan mengubah keadaan.

Sekarang gw mau berkontemplasi dulu, kenapa sih kok gw bisa sampe kalah?

Gw kalah karena kurang 8 suara. Mengapa Vicky Ciseh bisa dapet 8 suara lebih banyak dari gw dan Tasha?

Apakah kita kurang niat berkampanye? Apakah cara kampanye kita yang kurang efektif?

Dari segi personal. Dulu waktu awal2 dipilih Tasha, gw sempet ragu, Bisa ga ya gw? Apa itu yang menyebabkan kegagalan ini? Tapi hanya awal2 aja kok, selebihnya gw sangat bersemangat berkampanye. Gw rasa itu hanyalah bagian awal dari dinamika emosi, dimana gw cukup terkejut menerima ajakan itu. Ya gimana sih, gada persiapan (karena sebelumnya gw ga mengincar kursi itu dan ga nyangka akan mendpatkan ksemptan untuk menjabatnya). Tapi hati kecil gw waktu itu berkata, “justru ini Kris, kesempatan untuk memperbesar kapasitas dan kualitasmu sebagai manusia”. Keyakinan itu makin membumbul setelah berdiskusi dengan Tasha bahwa dia orang yang tepat untuk di ajak bekerja sama, serta menilik situasi dan kondisi, tiada lagi rasa ragu gw untuk maju.

Gw melakukan apapun untuk memenangkan ini. Gw ini itu, diskusi kritis, bikin visi misi, photo session, bikin poster, latian nyanyi buat konser kampanye, ngajak BO sama Fani bkin galang dana pas kampanye, ijin pasang poster, ijin sound system, bawa gitar dan amplifier, ikut orasi, ajakin 2010, bikin tim sukses. Ternyata masih kurang 8 suara!

Jujur sempet ada rasa khawatir, dengan semua hetic seperti ini, apakah gw mampu menghasilkan prestasi kuliah yang maksimal? Tapi diri gw sendiri yang menjawab, Justru karena itu, uda aktif berorganisasi, IP gede lagi, siapa yang mau nolak? *perusahaan dan cewek tentunya. Hahaha. Gw akan punya catatan hidup (CV) yang baik. Gw akan mudah menjalani hidup. Kayak kata Tung Desem Waringin, Hidup akan keras kepada anda jika anda tidak keras terhadap hidup, begitu juga sebaliknya. Gw terpacu dengan semangat unggul. Gw akan menjadi seorang unggulan, bukan pecundang. Gw dan citra diri postif tentang gw.

Ada pula rasa khawatir, bahwa gw hanya akan jadi “bulan2an” dari system. Well to be honest, birokrasi kampus gw tuh agak ribet, anak2 maunya kemana, rektor maunya kemana. Terkadang pejabat elitnya pun kurang mendengar aspirasi mahasiswa. Menggunakan intervensi dan agitasi untuk melegitimasi kekuasaan dan kepentingannya termasuk kelulusan sivitas academica di mata kuliah tertentu, yang dianggap “mbeling”. Awalnya gw takut, tapii gw ga menyerah. Gimana caranya supaya gw bisa lolos dari semua itu? Jawaban dan caranya pun sudah gw pikirkan. Jawabannya adalah gw ga pernah ada maksud mbeling, gw adalah pro kebenaran. Apa yang salah ya mbok dluruskan. Vocal! Tapi gw ga pernah ada niat untuk bermusuhan dengan gedung 9 lantai itu. Gw bukan oposisi yang suka cari koreng, yang akan selalu mengkritik apa saja tentang kampus, walaupun itu benar. Tapi gw adalah penyambung lidah mahasiswa dan kampus, gw mau kampus gw lebih baik. Yang gw lakukan bukan rebellion, tapi for the sake of goods! Setelah bermodalkan itu semua di hati, Gw pun ga takut lagi isyu2 itu. Gw maju terus!

Apa gw kurang focus?

Sesaat setelah hari kampanye berakhir, rasanya badan gw capeeekkk…..banget…. mungkin karena ga cuma badan yang terus bekerja kesana kemari, tapi juga pikiran yang terus berputar, dan tekanan yang menyergap mental. Akibatnya sesaat setelah selesai kampanye, gw mau off dlu. FB dan twitter berkurang kapasitas persuasinya. Tanpa mengecilkan rasa hormat gw sama Fakriy dan Catherine, gw tau saingan berat gw Vicky Ciseh, gw ngerasa, gw akan menang walaupun tipis. Akibatnya uda dari beberapa hari belakangan ini gw lebih terfokus kepada hari setelah penghitungan suara (which is dalam imajinasi gw uda menang tentunya) gw uda nyiapin sederet agenda kegiatan yang akan gw da tasha lakukan. Mulai dari menghampiri Bu Sandra untuk meniliki hasil psikotes ank2 supaya gw ga salah dalam menempatkan anggota2 pada posnya. Gw uda rancang visi misi, ad/art, program kerja jngka pendek dan jangka panjang, agenda rapat, rencana gw di rapat akbar, konsep forum terbuka. Banyak deh. Gw uda sangat siap kerja. Tapi gw ga focus, emang lw uda menang? Kok uda mikir jauh banget? Menang dulu aja kali! Ga focus terhadap hal2 yang lebih dekat dulu

Apa gw kurang focus? Versi pribadi

Gw cinta kampus gw. Gw pengen kampus gw lebih baik. No bullshit! Kalo kampus gw makin bagus, gw sendiri yang untung. Kampus gw akan mempunyai kredibilitas tinggi. Saat gw lulus dari sini, hal itu akan memudahkan karier gw. Itulah salah satu alasan gw ikut HMJ selain karena impian dan keinginan gw membangkitkan kembali UKM jurnalistik. Itulah motivasi utama yang menggerakkan gw masuk HMJ. Juga karena amanah dari Bu bertha, kaprodi ilkom, yang mendorong gw untuk mengaktifkan kembali UKM itu yang sempat mati suri. Oke I’m in! Lalu kemudian Tasha ngajak gw jadi wakil, why not? Menangin aja sekalian. Disela-sela kampanye itulah, gw dan pikiran liar gw sering melanglang buana. Gw akan memperoleh posisi terhormat. Gw akan eksis. Semua anak ilkom akan mengenal gw. Dosen-dosen akan mengenal gw sbagai si aktif dengan presatasi menonjol. Gw akan masuk dalam jajaran bersama temen2 Gonz gw yang lain yang uda memangku jabatan penting angkatan di fakultas dan kampus mereka masing2. Gw akan menjadi pemimpin, which is pengalaman berorganisasi ini akan sangat penting untuk gw nantinya. CV gw akan tertulis tinta emas : WAKIL KETUA HMJ ILKOM. Gw punya posisi tawar yang tinggi saat PDKT dengan cwe ataupun ketika berurusan dengan orangtua gw. Gw akan memperoleh sweet revenge buat si nona yang pernah mencoreng harga diri gw, akan gw buat dya nyesel menolak manusia berkualitas ini. Tapi semua itu hanya akan gw dapet, kalo menang!

Tapi ya sudahlah, memang beginilah jalannya.

Pasti ada yang ingin Tuhan sampaikan dari rangkaian peristiwa ini.

Ini yang paling penting. When you get down, just grab something. Selama perjalanan pulang nyetir sendiri dari kampus sampe rumah, gw merefleksikan diri dan berkontemplasi. And here it goes the result:

1. 1.Kampanye pake tanda tangan di kaos, tripleks

2. 2.Lebih nyatalah dalam berkampanye

3. 3.Lebih jaga sikap saat berkampanye. Bukan tidak menjadi diri sendiri, tapi tidak menonjolkan kekonyolan dan kebiasaan buruk di tempat umum. Lebih serius dikitlah. Tau waktu kapan lw harus “tanpa topeng”, kapan harus berusaha sedemikian rupa untuk menampilkan citra dan sikap yang tepat

4. 4.Karena gw uda bukan wakil ketua dengan segudang kegiatan yang menyita waktu, gada alasan buat gw ga mencapai IPK diatas 3,5 semester ini. Mungkin Tuhan ingin nilai akademis gw lebih bersinar di 2 semester ini, jadi dia membelokkan gw menjadi hanya menjabat anggota.

5. 5.Gw bisa punya sedikit lebih banyak waktu ketimbang apabila gw terpilih jadi wakil HMJ. Gw bisa nulis blog, novel, jalanini bisnis lagi, cuwawa-cuwiwi dengan sobat2ku, and of course waktu untuk si nona (wish me luck supaya in a relationship ya! Hahaha)

6. 6.gw uda punya pengalaman bagaimana merumuskan dasar2 organisasi, berkampanye, berkomunikasi massa, dll.

7. 7.Gw jadi eksis mendadak. Poster dan gambar gw terpampang di madding kampus. Tak pelak banyak anak2 2010 khususnya cewe yang ngajak kenalan. HAHAHAHA. Gw juga masuk ke dalam lingkaran pergaulan baru. Teman2 baru dimana sebelumnya gw ga pernah ngimpi bisa kenal gw juga seperti Ka Shirley, Ka Engge, misalnya. Teman2 2008nya Tasha. Juga Tasha sendiri! Hahaha

8..

8. The most important thing is, gw harus tulus dalam menjalankan tugas dan amanah. Meskipun gw niat dan bukan isapan jempol belaka akan kerja keras buat ilkom, tapi gw masih tidak bersih dari niat transaksional dalam bekerja. which is seperti tawaran menggiurkan eksistensi misalnya, atau manisnya sweet revenge. Ga itu salah! gw harus rendah hati! berzikir (klo kata org Islam). Gw harus bekerja dengan tulus dan hati yang bersih, maka hal2 itu akan datang dengan sendirinya. :D

Well I guest itu semua yang harus gw katakan. Sincerely I congrating Vicky and Ciseh become president and vice president of I’M KOM. Semoga kita bisa bekerja sama membangun Ilkom dan kampus menjadi lebih baik. Wish u all the best. Godbless! :D Well like I said before, “I still have to fight!”

Ad Maiorem Dei Gloriam

No comments:

Post a Comment