Sunday, December 23, 2012

Natal, Dulu dan Sekarang

"We wish you a merry christmas! we wish you a merry christmas! We wish you a merry christmas! and happy new year! Selamat hari natal! selamat hari natal! selamat hari natal! dan tahun baru!"

Kalau jaman dulu, seminggu atau sepuluh hari sebelum natal gue uda pasti libur. Merasakan indahnya bangun agak siang. Lalu bermain seharian di depan PS. Menjelang siang, gue pergi ke sekolah mau latihan paduan suara untuk misa natal, melanjutkan setelah sekitar dua minggu sebelumnya intensif latihan paduan suara di penghujung jam sekolah. 

Makanan kecil, cemilan, snack, dan kue kiriminan yang datang dalam bentuk parsel dari rekanan nyokap atau bokap sewaktu mereka masih kerja rutin datang dan tuntas tunaikan tugas mereka untuk menjaga ransum saat itu. Ada softdrink, chiki, taro, permen, kue blackforest bertumpuk-tumpuk sampai lemari dan kulkas penuh.

Acara-acara di TV pun dahulu sama dari tahun ke tahun. Kalo ga film Home Alone series (1,2,3,4) ya film Jingle All The Way-nya Arnold S yang cari mainan buat anaknya. Terus film actionnya juga itu-itu terus Die Hard 1,2,3. Filmya selalu itu aja, tapi gue tetep nonton dan gue suka dan itu memorable banget. Seakan itu turut menyemarakkan natal.

Di pojok ruangan rumah, kita selalu membuat pohon natal. Gue selalu semangat untuk menghiasnya. Ada hiasan sinterklas, ada gantungan berkilap, dan lampu warna-warni beserta musik natal siap menghiasi pohon natal kami. Biasanya kami berempat, gue, kakak, nyokap dan bokap. Dulu waktu gue masih kecil, gue ga nyampe untuk memasang hiasannya, jadi mesti naik ke kursi untuk ikut membantu memasang hiasan. Karena ribet bokap selalu kebagian ngerangkai lampu natal.

Kemudian saat hari natal, gue datang pagi untuk berpartisipasi menjadi paduan suara anak-anak di misa natal. Saat kelas 5 SD, adalah salah satu kesempatan menjadi anggota paduan suara yang paling menyenangkan, gw jadi anggota drumband sekolah di misa natal gereja gue. Lagunya pun gue masih ingat betul yaitu "Come they told me pum para pum pum..." lalu ada "Rejoice" terus ada "Adeste Fideles" lalu ada-ada "Joyfull-joyfull". Senang sekali rasanya berpartisipasi dalam perayaan menyambut kelahiran Yesus Kristus.

Siangnya, habis gue jadi paduan suara di gereja, saudara-saudara gue yang muslim datang dan silahturahmi dengan keluarga gue. Ramai di rumah penuh tawa dan canda. Dulu rutin gue dikasih angpao sama pakde, bude, om dan tante yang datang. Lumayan duitnya bisa buat es krim atau set tamiya. Dan yang lebih spesial, siang itu mama masak banyak makanan istimewa. Ada mie, bakso, somay, macharoni schutel, sofley, cake, dan tentu saja hidangan pamungkas lidah sapi. Yang membuat spesial adalah masakan itu hanya khusus untuk natal, jadi saya harus menunggu satu tahun untuk makan itu. That's really special.

Dan yang paling penting, jaman dulu, rutin selalu diadakan ngaku dosa di sekolah. Mungkin karena gue selalu berada di sekolah Katolik ya dari SD sampai SMA, yang selalu dikelilingi romo dan suster yang selalu siap membina siswanya yang seiman. 3 tahun belakangan (atau semenjak kuliah) gue uda ga pernah ngaku dosa. Dulu waktu sekolah, pasti selalu di aturkan jadwal ngaku dosa saat natal dan paskah. Sekarang, walaupun gw kuliah di tempat yang punya orang Katolik, tapi kampus gue ini universal. Urusan agama ya urus sendiri.  Sebandel-bandelnya gue, dengan ngaku dosa paling ga, hati gue jadi lebih siap menyambut kelahiran Yesus.

Itulah semua kenangan indah tentang natal yang gue rasain dari SD sampai kurang lebih SMP kelas 3 atau SMA deh paling nggak. Kalau sekarang?

Tidak terasa sudah mau natal lagi. Mungkin lebih tepatnya, tidak terasa "emang" uda mau natal lagi? Ga kerasa? Iya itu bedanya, sekarang gw pribadi merasa, "ga ngerasa" kalau uda mau natal ntar lagi. Ya, gw tahu dan paham benar tanggalan sudah mencapai kepala dua dengan buntut tiga di belakangnya, atau dua hari lagi menjelang natal, bahkan satu hari lagi menjelang misa natal. Gimana nggak hapal tanggal, orang gue tiap hari selalu melihat tanggalan untuk menghitung mundur deadline yang semakin mepet untuk nyelesaiin skripsi. Tapi gue pribadi merasa, gimana ya? I'm sorry God, Excited-excited nggak.

Gue tahu ini ga baik, gue harusnya excited, bersemangat, menyiapkan hati dan pikiran gue untuk menyambut hari kelahiran Yesus Kristus. Tapi rasanya damn I miss thoose good old christmas day.

4 hari menjelang natal, gue masih ke kampus untuk bimbingan ngerjain skripsi. Sebulan full mengejar tenggat untuk menyelesaikan skripsi agar tepat waktu. Bahkan gw yang uda berencana untuk ngaku dosa aja, berakhir dengan retorika aja. Bodoh sekali saya. Tahun lalu lebih gawat, tanggal 23 gue masih ngampus, padahal gada kuliah, tapi ngurus percetakkan buat Ultimagz. Bukannya ga niat atau ga iklas ngurus Ultimagz, atau skripsi, nggak, gw senang bekerja keras untuk kepentingan gue sendiri. Gue cuma ngerasa sedih aja, karena urusan duniawi ini terasa begitu mengepung, sehingga gue ga bisa mengantisipasi natal dengan lebih khidmat.

Seiring dengan itu hal-hal indah tentang natal yang gue dapatkan saat kecil satu per satu menghilang. Pohon natal karena termakan usia menjadi rusak, hiasannya pun sudah usang karena termakan debu. Memang bisa beli lagi, tapi tempatnya uda jadi meja PC. Bingkisan parcel, kirimin kue dari rekanan kerja bonyok uda gada lagi seiring dengan pensiunnya mereka. Soal paduan suara, uda sejak SMP pas suara gw mulai pecah, membuat gue uda ga masuk lagi. Acara TV, boro-boro, gaswat bos! uda nihil semua sama film natal. Dan yang terpenting soal ngaku dosa, absen gue tiga tahun.

Well, sebenarnya ini hanya masalah menghadapi kenyataan dan mempersiapkan hati. Kenyataan bahwa semakin dewasa, ada hal-hal dan nilai-nilai yang tidak bisa lagi ditakar dengan acuan saat kita masih kanak2. Justru disitulah letak kebahagian yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan segala kekurangan, adalah bagaimana persiapan kita menjelang natal. Gue rasa Tuhan ingin menunjukkan arti natal yang sebenarnya, yaitu bagaimana di tengah keterbatasan, adalah persoalan bagaimana kita bisa mengantisipasi kedatangan bayi Yesus ke dunia. Seperti halnya, kisah kelahiran Yesus yang di tengah segala keterbatasan. Kelahirannya di tengah kesibukan duniawi orang-orang karena sensus yang dilakukan kaisar Agustus. Yepp, i guess refleksi ituloh yang menjadi tema natal gue tahun ini. Bukan kue, bukan paduan suara, bukan acara TV, tapi refleksi dan rasa bersyukur atas segala yang Tuhan kasih. Lagipula hidup gue juga masih sangat menyenangkan bersama seluruh teman, keluarga, Vivi. Nilai kuliah yang memuaskan, skripsi yang hampir kelar, Uktimagz yang uda mulai stabil yang gw bangun, beasiswa Kompas Gramedia, dan lain-lain. Mungkin ini hanya karena gw yang tengah mengalami masa transisi menjadi orang dewasa. Dimana kebahagian masa kecil itu hanya semata menjadi impian utopis semata. Menjadi indah, karena itu terperangkap di masa lalu, dan tak bisa diulangi. Maka itulah disebut kenangan yang indah.



Monday, December 10, 2012

Wisuda kedua UMN


Untuk univ yang msh baru kek kampus gw, wisuda itu hari yang besar. Nah tahun ini gue akan "kehilangan" sejumlah senior kece yg gw kenal secara pribadi dengan dia. Merekalah rekan kerja, senasib sepanggungan kita kita masih jadi aktivis organisasi kemahasiswaan kampus. Selain itu juga ada senior2 kece di jurnalistik maupun di fakultas lain yang memberikan pengaruh baik bagi anak-anak di bawahnya. Makasih kakak2 kece, sukses selalu untuk kariermu!

Suasana wisuda

Suasana gue dan teman-teman pers kampus mengabadikan gambar si JK (Jusuf Kalla) yang jadi keynote speaker sambutan wisuda gue, lagi turun dari helicopternya. Thanks to Icang Al-Kahfi for the good photo here! :D

Bintang tamu wisuda kedua UMN, Wakil Presiden 2004-2009 Jusuf Kala, lagi kasih sambutan kepada para wisudawan/wati

Salah satu senior angkatan 2008 yang paling gue sayang. Gimana nggak, uda bentuknya bulet menggemaskan gitu, tapi doi otaknya encer bro, kritis tiada akhir. Tasha namanya. Dialah yang "menjerumuskan" gue dalam dunia aktivis organisasi kemahasiswaan di Kampus. Kawan diskusi dan bertukuran pikiran yang mantap! Lydia Natasha! Sukses tas di dunia kerja! Cepet2 dapeet ehem...ehemm.... galau mulu lu! hahaha :p

Biar kata dulu banyak yang bilang dia sombong dan nyolot, dan mukanya fix banget kayak mafia Hongkong, tapi entah mengapa dia adalah "atasan" yang paling gue enjoy untuk di ajak kerja sama. Ketua KBM UMN yang pertama Evan Januli. Tanpa merendahkan rasa hormat gue untuk Vicky (ketua HMJ Ilkom gue dulu) atau Jody (Ketua Umum Ultimagz) - kalian berdua tetap pemimpin yang baik, yah setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing - Tapi gue paling sreg kerja sama Evan. Mungkin karena kita orangnya sama-sama ngomong blak-blakan. Kalau ga seneng ya bilang ga seneng, jangan munafik. Kalau uda punya prinsip ya pegang. Mungkin juga karena waktu itu gw seperti tangan kanannya Evan ya, dia selalu mempercayai gue, jadi gue sangatenjoy dengan keadaan seperti itu. Anyway, sukses bro! :D

Pengen cepet-cepet wisuda bu? hehehe :p








Always Nice to Come Back There!

Bahkan dalam hitungan bulan dan tahun tak bertemu, kita masih tak bisa lepas dari tawa. Mungkin karena kita sama-sama terperangkap di masa lalu yang sama, atau juga ingin lari dari kegetiran masa sekarang. Perjumpaan dengan kalian itu sungguh menyegarkan, karena kita seperti tak pernah beranjak dari romantika masa lalu saat kita berjumpa. Tak pernah lepas dari derai canda, tak perlu kita berkeluh kesahkan masa sekarang, Karena kita sedang REUNI. Love you all Gonz 20! :D

Terima kasih untuk 3 tahun yang hebat dalam hidupku teman-teman!






Terima kasih atas satu tahun penuh canda, tawa, tangis, persahabatan di kelas yang tak pernah kulupakan 2Sos3

PS: Basi banget ya gue baru ngepost reuniannya sekarang? orang uda hampir sebulan yang lalu! -____- hahahaa :p



Monday, December 3, 2012

Mengejar Jokowi (Bagian IV: 30 Menit Istimewa dalam Hidup Gue!)

Hari Penghabisan


Cepat-cepat  I put myself back together as fast as i can. Gue ga mau terlalu larut dalam kesalahan bodoh gue sendiri. Segera langsung gue susun strategi matang dan rencana cadangan kalau rencana awal tidak berhasil. Jadi besok, gue akan minta secara langsung ke Jokowi untuk masuk dan interview di dalam mobilnya. Agak nekat memang, tapi agaknya tidak ada alternatif lain selain tindakan "gila" seperti itu. Hehehe. Back-up plan, gue akan mencharter tukang ojek depan rumah gue untuk mengantarkan gue ke balkot, meskipun makan sedikit biaya tambahan tapo in case kalo gue ketinggalan Jokowi gue bisa nyusul dia kemana pun dia pergi. Kalau semua rencana tadi gagal, gue akan datangi rumah dinas Jakarta Jokowi di Jl. Taman Suropati No.7, Menteng, Jakarta Pusat.  Dan gue berencana ga akan pulang kalau belum dapat wawancara dengan dia. Semua harus berakhir hari besok.

Pagi-pagi gue langsung ke depan untuk mengajak tukang ojek cum satpam yang lagi bebas shift untuk mengantarkan gue. Mas Budi namanya, dia pun setuju, maka langsung berangkatlah gue. Dengan motor, perjalanan dua kali lebih cepat ditempuh. Jika biasanya gue sampai di balkot jam setengah 10 atau jam 10an, atau makan waktu 2,5-3 jam, tapi dengan ojek gue sampai di balkot setengah 9 atau satu setengah jam perjalanan saja. Seperti biasa, mulailah gue menunggu di sana. Tak lama kemudian datang rombongan orang-orang, mungkin Jepang atau Cina atau Korea, datang ke Balkot. Entah untuk apa mereka datang, gue ngantuk sekali jadi gue agak malas mencari tahu siapa mereka dan untuk apa mereka datang ke balkot. Toh fokus gue hari itu adalah wawancara Jokowi.

Sambil menunggu, rupanya kantuk menghinggapi, gue pun tertidur. Baru kemudian terbangun ketika melihat rombongan wartawan bangkit berdiri dari tempat duduk mereka untuk doorstop. "Ini dia Jokowi datang!" Pikir gue saat itu. Langsung gue beranjak mendekati mobilnya, bersiap-siap untuk meminta wawancara di lakukan di dalam mobil. Sambil menyiapkan backup paln kalau gue gagal masuk mobilnya Jokowi, gue SMS Mas Budi supaya standby supaya gue bisa langsung jalan untuk mengejar.

Setelah menunggu, akhirnya keluar juga sosok dari dalam kantor balaikota, dan ternyata.... rombongan orang asing itu. False alarm. Namun gue harus tetap siaga, siapa tahu ga lama kemudian Jokowi keluar, atau Jokowi kabur langsung ke mobilnya. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, mengingat Jokowi orangnya sangat fleksibel. Di selasar balkot, wartawan masih doorstop orang-orang asing itu, sementara gue masih nongkrong di samping mobil dinas Jokowi.

Ini dia mobil dinas Gubernur DKI Jakarta 2012-2017 Jokowi, sebuah Innova dengan plat nomor B 1123 RFR. Sederhana, jauh dari mewah, yang penting layak jalan, muat banyak, tinggi (untuk hindari banjir) dan tanpa vorijder. Beware dia bisa saja di belakang anda atau di samping kendaraan anda sewaktu-waktu saat berkendara di Jakarta! :D

Rupanya sampai orang-orang asing itu pulang, Jokowi tak juga keluar. Kembalilah gue menunggu dia. Masih di sebelah mobilnya. Sekitar pukul setengah 11an, para wartawan kembali bersiap doorstop. Mungkinkah kali ini Jokowi keluar? seharusnya iya.

Benarlah demikian, Jokowi keluar dari balaikota. Seperti biasa, gerombolan wartawan mengerubungi dia dengan wartawan, sementara gue masih stay dekat mobilnya, bahkan ketika mobilnya bergerak maju ke halaman depan balaikota. Dari doorstop itu gue tahu kalo bahwa kedatangan orang asing itu (entah sebagai kontraktor atau sekedar konsultan atau donatur, entahlah) secara tidak langsung berperan dalam rencana Jokowi membangung kampung-kampung di Jakarta.  Sambil menjawab pertanyaan wartawan, Jokowi juga menjelaskan soal rencana itu. Diberondongi pertanyaan, Jokowi sampai duduk di bangku anak tangga sambil menunjukkan gambar rancangan pembangunan kampung itu yang sudah jadi si sebuah kertas karton besar. Rencananya Jokowi ingin membangun dan merenovasi kampung di Jakarta. Nantinya akan muncul kampung backpacker, kampung bisnis, kampung mahasiswa, kampung resapan air dan lain-lain. Gue masih standby dekat mobil.

Usai menjawab semua pertanyaan, Jokowi masuk ke dalam mobil. Ini kesempatan gue. Kebetulan jendela kaca belakangannya terbuka, sambil membawa surat wawancara yang telah gue print lagi semalam, langsung aja gue ngomong.

"Pak ini saya yang kemarin, yang kasih surat ke bapak soal wawancara. Saya boleh masuk ke dalam mobil ga pak untuk wawancara? Kemarin saja ada wartawan yang bapak ajak masuk ke dalam mobil, masa saya nggak boleh?" 

Meski di rasa agak tidak sopan dan bernada sedikit memaksa, tapi apa mau dikata, semua jalur formal uda gue coba dan ga berhasil. So why not cara ini?

Harap-harap cemas gue menunggu jawaban dari Jokowi.

"Iya, masuk saja," jawab Jokowi  

and it was like.... WOW man! Jokowi mengijinkan gue masuk mobilnya!

30 Menit Istimewa dalam Hidup Gue

Bergegas gue masuk ke mobilnya, dan duduk di kursi paling belakang mobil Innova itu. Gue berhasil masuk mobil itu. Gue ga tahu, Jokowi ini akan pergi kemana, entahlah gue pasrah saja, itu urusan belakangan, yang penting sekarang adalah wawancara. Saat gue masuk beliau, masih ngobrol dengan ajudan dan staffnya yang ada di dalam mobil itu.

Gue ga akan bohong, saat itu gue akui nervous. Ga gue sangka banget, gue bakal dapat kesempatan ini. I'll put myself together dan mulai fokus dengan apa yang harus gue lakukan. Gue mengeluarkan kertas daftar pertanyaan wawancara dan mengeluarkan HP gue untuk merekam percakapan kita.

 Segera setelah dia usai berbincang dengan staffnya, gue pun memulai pembicaraan. Langsung gue kembali memperkenalkan diri, nama, asal media, serta topik dan tujuan wawancara. Tak lupa gue meminta maaf bila wawancara ini dilakukan dengan cara yang tak lazim dan bisa dikatakan sedikit memaksa dengan menceritakan bahwa segala upaya melalui jalur formal sudah dikerahkan namun tak kunjung berhasil. 

"Iya," jawab Jokowi sambil mengangguk mendengarkan seluruh penjelasan gue.

Lalu gue menjelaskan bahwa ada dua topik utama dalam wawancara ini yaitu soal Tata Kelola Kota dan Ruang Terbuka Hijau Jakarta,  lalu topik kedua adalah soal wirasusaha kehutanan. Usai menyelesaikan penjelasan, kemudian gue bertanya, "Bagaimana Pak sudah siap untuk di wawancara?"

"Iya," jawab Jokowi kembali sambil menangguk.

Dan mulailah gue melontarkan satu per satu pertanyaan gue. Semua di jawab Jokowi dengan jelas dan padat. Meski ada beberapa pertanyaan yang sudah sering di lontarkan media lain, seperti soal banjir dan rencana tata kelola kota dan ruang terbuka hijau Jakarta, beliau sangat sabar dan telaten menjawab satu per satu pertanyaan gue. 

Berada di kursi paling belakang mobil dinas gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk melakukan wawancara eksklusif dengan dia.
"Kalau itu untuk hijauan, ya untuk hijauan. Kalau untuk tangkapan air, ya tangkapan air. Jangan hijauan  dijadikan mal, tangkapan air jadi apartemen, itu yang ga boleh," ujar Jokowi ketika menjawab salah stau pertanyaan gue soal banjir.

Lalu seputar kewirausahawan kehutanan dia memberikan kiat-kiat sebagai berikut, "Harus bisa memproduksi, harus bisa memasarkan. Orientasinya harus orientasi pasar, lihat pasar dulu baru berproduksi, baru menanamnya. Jadi dibalik, jangan menanam dulu, berproduksi dulu, baru cari pasar. Nanti bingung cari pasarnya, ga  bisa jual."

Setelah menghabiskan sekitar 13 pertanyaan, berakhirlah wawancara yang berlangsung sekitar kurang lebih 10 menit itu. Kemudian gue meminta beliau untuk mendatangani buku Dies Natalis UGM ke 40 seperti yang gue utarakan di surat. Ketika gue mengatakan permintaan dan memberikan buku itu, dia tidak nampak kaget dan tidak bertanya misalnya, "Apa ini? Maksudnya apa?" seperti yang gue bayangkan sebelumnya. Artinya apa? Mungkin saja dia membaca surat gue yang gue kasih kemarin, sehingga dia tak lagi kaget. Kemudian dia menandatangi buku itu.

Jokowi sedang menandatangani buku Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM ke 40. Buku ini akan gue persembahkan ke Pakde-ku sebagai balas budi karena telah membantuku dengan memberikan bahan-bahan belajar soal lingkungan hidup dan sebagai hadiah karena beliau sudah mengabdi menjadi staff pengajar Kehutanan UGM setelah lebih dari kurang lebih 3 dekade berdedikasi disana.
 
Usai menandatangi buku itu. Kemudian gue bertanya soal tujuan perjalanan ini. Kemudian beliau mengatakan bahwa kita akan pergi ke RS Koja. Setelah sekitar 15 menit di dalam mobil, gue baru tahu kemana kita akan pergi. 

Setelah itu Jokowi lebih banyak berbincang dengan staffnya soal inspeksi mendadak yang akan dia lakukan di RS Koja ini. Ingin rasanya memotong pembicaraan mereka dan kembali menanyakan banyak hal kepada beliau, tapi sungkan rasanya. Sudah dibiarkan masuk untuk wawancara saja sudah bagus, ga enak gue kalau kerja beliau terhambat karena pertanyaan wawanacara ga resmi gue. Jadi di kursi belakang, gue lebih banyak diam dan mendengarkan saja. Belakangan gue agak menyesal karena terlalu cepat menjalankan wawancara, seharusnya gw lebih bisa mengoptimalkan waktu wawancara dengan gali lebih dalam setiap pertanyaan.

Jokowi Menawari Gue Makanan Kecil

Kemudian Jokowi melakukan sesuatu yang membuat gue cukup kaget. Dia menoleh ke kursi belakang sambil menyodorkan kripik Pringles - yang disimpannya di mobilnya - ke arah gue sambil berkata, "Mas mau ga?" Jokowi menawari gue makanan kecil. Kaget setengah mati gue rasanya, tapi asli gue merasa senang sekali. Tapi gue amu menjaga sopan santun, dengan mengatakan, "Wah makasih banyak Pak. Ga usah repot-repot Pak," ujar gue menolak secara halus.

Jokowi kemudian mengambil tisu dan menumpangkan beberapa potong kripik kentang ke atas tissu itu. 

"Ini Mas, makan saja. Ndak papa," ujarnya menoleh belakang sambil memberikan tissu berisi keripik kentang itu ke tangan gue. Man itu gila rasanya... Wah kalau sampai uda diambilin terus gue nolak, itu namanya gatau diri.

"Oh iya Pak, makasih banyak," jawab gue. Belum berhenti sampai situ beliau membuat gue terkesima. Setelah sukses mengunyah habis sebuah keripik yang di berikan beliau...
"Mas, dibelakang ada minum ga?" Tanya Jokowi. Gue pun bertanya-tanya, mau buat apa? Dia mau minum kali ya? Gue pun mulai melongok ke kiri dan kanan mencari.
"Oh iya ada Pak," jawab gue.
"Ambil aja Mas, biar enak itu habis makan keripik," ujar Jokowi.
"Oh iya Pak, terima kasih banyak," jawab gue.

Simpel sih, tapi sangat berkesan sekali. Beliau orangnya sangat bersajahaja, sederhana, humble, dan egaliter. Nyatanya gue yang buka siapa-siapa, bukan wartawan terkenal, hanya seorang freelance dari media LSM, diberinya tumpangan khusus untuk wawancara, bahkan di berikan kudapan dan air minum. Dan kalau dilihat dari nilai nominalnya dan situasi kondisinya, rasanya itu juga bukan usaha beliau untuk "menyogok" saya agar menulis baik. Lagipula, sejak awal penjelasan saya mengatakan bahwa bentuknya akan seperti transkrip, jadi jika ia ingin ditulis baik, maka faktor penentunya, ya omongan baik dari dia sendiri. Dia sendiri yang mengontrol, gue hanya tinggal mentranskripkan saja.

Jokowi Memutar Musik Rock di Mobilnya

Di perjalanan, sambil mendengarkan percakapan dengan staffnya, terdengar sayup-sayup pula dari audio mobil Jokowi, lagu-lagu dari band-band rock dari zaman 70-90an. Sejak gue masuk mbil, wawancara, dan sampai tujuannya, gue mendengar lagu-lagu seperti Smoke on The Water dari grup band Deep Purple, lalu ada Stairway to Heaven dari Led Zepplin, Wild World dari Mr.Big, dll. Rasanya seperti sedang berada di kafe atau restoran gaul anak muda saja. Rupanya beliau memang benar-benar menyukai musik-musik tersebut (atau pencitraan / sengaja diputar karena kebetulan ada gue yang masuk di dalam mobil itu. Entahlah) yang jelas saat gue ada di dalam mobil itu, musik-musik itulah yang diputar.

Jokowi Tidak Menggunakan Vorijder

Dalam perjalanan, kami juga merasakan macet. Ikut mengantri lampu merah. Juga mengantri bayar tol, sama seperti pengendara lainnya. Jokowi tidak menggunakan vorijder di depan untuk "membersihkan" jalan yang akan dilewatinya. Vorijder tetap mengawal, namun di belakang mobilnya. Entah maksudnya untuk menjaga agar tidak terjadi serempetan kendaraan, keamanan, atau entahlah.

Pekerjaan Sukses

Akhirnya sampai juga kita di RS Koja. Begitu Jokowi turun, dia disambut bak artis. Gerombolan orang mengerubunginya mulai dari Ibu-ibu yang bahkan sedang menggendong bayinya, bapak-bapak yang tadinya cuma baca koran, sampai anak kecil yang hanya sedang bermain-main di lapangan parkir rumah sakit, semua berlari mengerubungi dia. Hanya sekedar untuk bersalaman, melihatnya, meminta foto atau berkeluh kesah soal hidup mereka.

Orang-orang berbondong-bondong ingin menghampiri Jokowi di RS Koja (Jokowi ga kelihatan di gambar ini)


  Selesai sudah tugas gue. Segera gue hubungi Pak Bintang, dan sangat gembira mendengar kesuksesan saya berhasil mewawancarai Jokowi. Lalu kebahagiaan ini segera gue sebarkan bokap, nyokap dan tentu saja Vivi. Masing-masing dari mereka mengatakan turut berbahagia atas keberhasilan gue.Terima kasih ya semua! :D 

Oh iya, tak lupa, gw berbagi kebahagiaan dengan menghubungi Mas Budi yang tadi "lupa" gw infokan lagi keberadaan gue. Jadi tadi kan, gue uda suruh di standby untuk siaga-siaga kalau gue gagal semobil sama Jokowi, dia pun uda standby. Eh rupanya dewi fortuna menghinggapi gue dan ternyata gue bisa semobil sama dia. Nah saking excited-nya, gue sampe lupa ngabari Mas Budi kalau gue uda berhasil naik mobilnya. Dan dia memberitahu Jokowi sudah jalan, dan menanyakan gue dimana dan jadi ga nyusul dia. Huahahahaa. Yoda sesampainya di RS Koja, gue hubungin Mas Budi dan menyuruhnya menunggu di Balaikota aja.  Technically gue agak rugi secara finansial karena "fungsi" Mas Budi jadi tidak terpakai, namun itulah rencana cadangan, tak perlu digunakan ketika rencana utama berhasil. Buta arah pulang, gue naik ojek pergi ke balaikota. Sampai di balaiikota, gw menemui Mas Budi dan kita kembali pulang.

Sampai di rumah, gue istirahat sebentar, makan malam, pindahin data, bikin transkrip dan kirim email. Selesai sudah pekerjaan gue! :D

Banyak hal yang bisa gue petik sebagai pelajaran, namun satu hal yang paling utama dari segi teknis pelaksanaan adalah : Ketika cara formal untuk mendapatkan wawancara tidak bisa, maka tempuhlah cara non-formal. Namun pastikan bahwa sebelumnya langkah-langkah formal tersebut sudah ditempuh dan memang sudah mampet. Intinya breaking the habit, inovasi, kreatif,berani nekat namun dengan perencanaan dan perhitungan itu perlu dalam peliputan tugas di lapangan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah secara langsung atau tidak langsung membantu turut suksesnya tugas ini. Tanpa kalian mungkin, hasilnya bisa berbeda. :D