Sunday, December 23, 2012

Natal, Dulu dan Sekarang

"We wish you a merry christmas! we wish you a merry christmas! We wish you a merry christmas! and happy new year! Selamat hari natal! selamat hari natal! selamat hari natal! dan tahun baru!"

Kalau jaman dulu, seminggu atau sepuluh hari sebelum natal gue uda pasti libur. Merasakan indahnya bangun agak siang. Lalu bermain seharian di depan PS. Menjelang siang, gue pergi ke sekolah mau latihan paduan suara untuk misa natal, melanjutkan setelah sekitar dua minggu sebelumnya intensif latihan paduan suara di penghujung jam sekolah. 

Makanan kecil, cemilan, snack, dan kue kiriminan yang datang dalam bentuk parsel dari rekanan nyokap atau bokap sewaktu mereka masih kerja rutin datang dan tuntas tunaikan tugas mereka untuk menjaga ransum saat itu. Ada softdrink, chiki, taro, permen, kue blackforest bertumpuk-tumpuk sampai lemari dan kulkas penuh.

Acara-acara di TV pun dahulu sama dari tahun ke tahun. Kalo ga film Home Alone series (1,2,3,4) ya film Jingle All The Way-nya Arnold S yang cari mainan buat anaknya. Terus film actionnya juga itu-itu terus Die Hard 1,2,3. Filmya selalu itu aja, tapi gue tetep nonton dan gue suka dan itu memorable banget. Seakan itu turut menyemarakkan natal.

Di pojok ruangan rumah, kita selalu membuat pohon natal. Gue selalu semangat untuk menghiasnya. Ada hiasan sinterklas, ada gantungan berkilap, dan lampu warna-warni beserta musik natal siap menghiasi pohon natal kami. Biasanya kami berempat, gue, kakak, nyokap dan bokap. Dulu waktu gue masih kecil, gue ga nyampe untuk memasang hiasannya, jadi mesti naik ke kursi untuk ikut membantu memasang hiasan. Karena ribet bokap selalu kebagian ngerangkai lampu natal.

Kemudian saat hari natal, gue datang pagi untuk berpartisipasi menjadi paduan suara anak-anak di misa natal. Saat kelas 5 SD, adalah salah satu kesempatan menjadi anggota paduan suara yang paling menyenangkan, gw jadi anggota drumband sekolah di misa natal gereja gue. Lagunya pun gue masih ingat betul yaitu "Come they told me pum para pum pum..." lalu ada "Rejoice" terus ada "Adeste Fideles" lalu ada-ada "Joyfull-joyfull". Senang sekali rasanya berpartisipasi dalam perayaan menyambut kelahiran Yesus Kristus.

Siangnya, habis gue jadi paduan suara di gereja, saudara-saudara gue yang muslim datang dan silahturahmi dengan keluarga gue. Ramai di rumah penuh tawa dan canda. Dulu rutin gue dikasih angpao sama pakde, bude, om dan tante yang datang. Lumayan duitnya bisa buat es krim atau set tamiya. Dan yang lebih spesial, siang itu mama masak banyak makanan istimewa. Ada mie, bakso, somay, macharoni schutel, sofley, cake, dan tentu saja hidangan pamungkas lidah sapi. Yang membuat spesial adalah masakan itu hanya khusus untuk natal, jadi saya harus menunggu satu tahun untuk makan itu. That's really special.

Dan yang paling penting, jaman dulu, rutin selalu diadakan ngaku dosa di sekolah. Mungkin karena gue selalu berada di sekolah Katolik ya dari SD sampai SMA, yang selalu dikelilingi romo dan suster yang selalu siap membina siswanya yang seiman. 3 tahun belakangan (atau semenjak kuliah) gue uda ga pernah ngaku dosa. Dulu waktu sekolah, pasti selalu di aturkan jadwal ngaku dosa saat natal dan paskah. Sekarang, walaupun gw kuliah di tempat yang punya orang Katolik, tapi kampus gue ini universal. Urusan agama ya urus sendiri.  Sebandel-bandelnya gue, dengan ngaku dosa paling ga, hati gue jadi lebih siap menyambut kelahiran Yesus.

Itulah semua kenangan indah tentang natal yang gue rasain dari SD sampai kurang lebih SMP kelas 3 atau SMA deh paling nggak. Kalau sekarang?

Tidak terasa sudah mau natal lagi. Mungkin lebih tepatnya, tidak terasa "emang" uda mau natal lagi? Ga kerasa? Iya itu bedanya, sekarang gw pribadi merasa, "ga ngerasa" kalau uda mau natal ntar lagi. Ya, gw tahu dan paham benar tanggalan sudah mencapai kepala dua dengan buntut tiga di belakangnya, atau dua hari lagi menjelang natal, bahkan satu hari lagi menjelang misa natal. Gimana nggak hapal tanggal, orang gue tiap hari selalu melihat tanggalan untuk menghitung mundur deadline yang semakin mepet untuk nyelesaiin skripsi. Tapi gue pribadi merasa, gimana ya? I'm sorry God, Excited-excited nggak.

Gue tahu ini ga baik, gue harusnya excited, bersemangat, menyiapkan hati dan pikiran gue untuk menyambut hari kelahiran Yesus Kristus. Tapi rasanya damn I miss thoose good old christmas day.

4 hari menjelang natal, gue masih ke kampus untuk bimbingan ngerjain skripsi. Sebulan full mengejar tenggat untuk menyelesaikan skripsi agar tepat waktu. Bahkan gw yang uda berencana untuk ngaku dosa aja, berakhir dengan retorika aja. Bodoh sekali saya. Tahun lalu lebih gawat, tanggal 23 gue masih ngampus, padahal gada kuliah, tapi ngurus percetakkan buat Ultimagz. Bukannya ga niat atau ga iklas ngurus Ultimagz, atau skripsi, nggak, gw senang bekerja keras untuk kepentingan gue sendiri. Gue cuma ngerasa sedih aja, karena urusan duniawi ini terasa begitu mengepung, sehingga gue ga bisa mengantisipasi natal dengan lebih khidmat.

Seiring dengan itu hal-hal indah tentang natal yang gue dapatkan saat kecil satu per satu menghilang. Pohon natal karena termakan usia menjadi rusak, hiasannya pun sudah usang karena termakan debu. Memang bisa beli lagi, tapi tempatnya uda jadi meja PC. Bingkisan parcel, kirimin kue dari rekanan kerja bonyok uda gada lagi seiring dengan pensiunnya mereka. Soal paduan suara, uda sejak SMP pas suara gw mulai pecah, membuat gue uda ga masuk lagi. Acara TV, boro-boro, gaswat bos! uda nihil semua sama film natal. Dan yang terpenting soal ngaku dosa, absen gue tiga tahun.

Well, sebenarnya ini hanya masalah menghadapi kenyataan dan mempersiapkan hati. Kenyataan bahwa semakin dewasa, ada hal-hal dan nilai-nilai yang tidak bisa lagi ditakar dengan acuan saat kita masih kanak2. Justru disitulah letak kebahagian yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan segala kekurangan, adalah bagaimana persiapan kita menjelang natal. Gue rasa Tuhan ingin menunjukkan arti natal yang sebenarnya, yaitu bagaimana di tengah keterbatasan, adalah persoalan bagaimana kita bisa mengantisipasi kedatangan bayi Yesus ke dunia. Seperti halnya, kisah kelahiran Yesus yang di tengah segala keterbatasan. Kelahirannya di tengah kesibukan duniawi orang-orang karena sensus yang dilakukan kaisar Agustus. Yepp, i guess refleksi ituloh yang menjadi tema natal gue tahun ini. Bukan kue, bukan paduan suara, bukan acara TV, tapi refleksi dan rasa bersyukur atas segala yang Tuhan kasih. Lagipula hidup gue juga masih sangat menyenangkan bersama seluruh teman, keluarga, Vivi. Nilai kuliah yang memuaskan, skripsi yang hampir kelar, Uktimagz yang uda mulai stabil yang gw bangun, beasiswa Kompas Gramedia, dan lain-lain. Mungkin ini hanya karena gw yang tengah mengalami masa transisi menjadi orang dewasa. Dimana kebahagian masa kecil itu hanya semata menjadi impian utopis semata. Menjadi indah, karena itu terperangkap di masa lalu, dan tak bisa diulangi. Maka itulah disebut kenangan yang indah.



No comments:

Post a Comment