Ketika suatu sirkumstansi tak lagi jernih, ambivalensi menyeruak dan menyerebak ke seluruh jajaran pengetahuan, maka adalah suatu kebutuhan yang urgensi untuk membuat suatu definisi. Definitio, sebuah kata serapan dari bahasa Latin yang artinya batas. Suatu pagar untuk melingkupi ide agar tidak melenceng. Uniknya, kata ini menjulang ke permukaan bukan melulu untuk menunaikan tugasnya membuat suatu pengertian, tapi juga merupakan penegasan atas suatu ketidaktahuan atas suatu situasi. Tentu saja hal ini merupakan jawaban atas urgensitas sirkumstansi ini. Namun yang dirasa ada di balik definisi itu, sudah tidak perlu diragukan lagi. Dirasa pula kedua individu telah mengangguk setuju walau tanpa yuridis definisi itu. Kebutuhan urgensi atas definisi itu diperlukan untuk menunaikan ketidakpastian yang pasti dirasa jalinan antar individu tersebut. Tinggal tugas individu tersebut melontarkan sabda, maka definisi akan sirkumstansi itu akan tercipta.
Reportase Jurnalistik, The Story Behind The News, Opini dan Idealisme, Karya Sastra, Catatan Perjalanan dan Kehidupan.
Thursday, August 4, 2011
Monday, July 11, 2011
answer?
"....kita tuh keluarga. Lw taulah ga mungkin selamanya adem ayem" andy - catatan si boy
"...satrio itu berani keluar dr comfort zone, berani memulai dan mnyelesaikannya.." boy - catatan harian si boy
"...satrio itu berani keluar dr comfort zone, berani memulai dan mnyelesaikannya.." boy - catatan harian si boy
Sunday, July 3, 2011
quo vadis status quo?
Katakanlah ada dua individu dimana proksemik keduanya tidak bisa lagi dikatakan jarak sosial / umum. Hapstik kadangkala mewarnai kebersamaan mereka. Dialog mereka pun tidak bisa lagi dikatakan "biasa saja". Tahapan ini hanya perlu melepas sabda saja, maka semua terikat. Kelihatannya demikian.
Namun ada arbitrasi yg belum dan sangat sulit bahkan kalau boleh dibilang jauh dari kemungkinan akan terpenuhi. Arbitrasi yg tidak bisa diganggu gugat karena diluar kuasa individu tersebut untuk memilih. Yah dari individu tersebut memang ada sedikit pengaruh arbitrasi itu, namun kelihatannya individu yang satunya lagi sudah sedikit banyak berhasil "menegosiasikan" dengan sejumlah tindakan yang bisa dibilang, "class of action". Sedangkan apabila arbitrasi yg satu itu dilanggar, akan muncul konflik yg bisa menyakiti banyak pihak. Arbitrasi yg kolot sebenarnya, namun memang demikian, karena pengaruh sosiologis kebudayaan di Indonesia.
Arbitrasi yg juga sejak dulu dijadikan acuan individu itu, namun sudah berhasil dilunakkan oleh individu lainnya. Namun ada individu lain yg mengecam dengan tidak merestui, karena arbitrasi ini. Bayangkan potensi konflik ini.
Namun ada arbitrasi yg belum dan sangat sulit bahkan kalau boleh dibilang jauh dari kemungkinan akan terpenuhi. Arbitrasi yg tidak bisa diganggu gugat karena diluar kuasa individu tersebut untuk memilih. Yah dari individu tersebut memang ada sedikit pengaruh arbitrasi itu, namun kelihatannya individu yang satunya lagi sudah sedikit banyak berhasil "menegosiasikan" dengan sejumlah tindakan yang bisa dibilang, "class of action". Sedangkan apabila arbitrasi yg satu itu dilanggar, akan muncul konflik yg bisa menyakiti banyak pihak. Arbitrasi yg kolot sebenarnya, namun memang demikian, karena pengaruh sosiologis kebudayaan di Indonesia.
Arbitrasi yg juga sejak dulu dijadikan acuan individu itu, namun sudah berhasil dilunakkan oleh individu lainnya. Namun ada individu lain yg mengecam dengan tidak merestui, karena arbitrasi ini. Bayangkan potensi konflik ini.
Friday, June 10, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)