Saturday, February 27, 2010

Aku, kamu dan Sepenggal Sabda Diantara Kita

...waktu itu sinarnya membuat arahku berdiri ke Barat...
...waktu itu aku termenung...terdiam...menunggu...
...seperti kata Kahlil Gibran...si pujangga itu...pesonanya hadir dan menyentuhku dengan jari-jemarinya yang manis...

...hanya sepenggal jarak antara kita...
...ketika terurai untaian gambar dari digital...
...dan aku berucap sabda...

Aku...
Kamu...
dan Sepenggal
Sabda...
diantara kita...

...Seperti pula kata sang pujangga...
...Sayap kan merangkulmu...
...Pisau tajam siap melukaimu...



Dedicated to someone that I cannot mention her name...with love

Friday, February 26, 2010

Budayakan Pertamax!

“Pertamax gan!” Sering denger ga lw frase singkat itu? Pertamax disini bukan jenis bahan bakar kendaraan bermotor lho! Gw yakin buat lw yang hobi berselancar di dunia maya, pasti tahu dan akrab benar dengan frase itu.

Bukan pertamax bahan bakar kendaraan bermotor lho

Biasanya frase itu muncul ketika ada seseorang yang mengupload atau mem-postkan sesuatu di ruang public, dan orang pun berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama, dengan mengucapkan “pertamax gan!”. Pertamax berasal dari kata ‘pertama’ yang diberi tambah huruf x biar gaul gitu lho! Hehe. yang memiliki makna : saya yang pertama. Lalu kata ‘gan’ disinyalir dari kata ‘juragan’ yang digunakan untuk menghormati dan memberi tahu orang lain yang juga berada di “ruang public” dunia maya itu, juga sekaligus untuk menghormati dan memberi tahu orang yang memposting tersebut bahwa sayalah yang pertama tahu. Frase itu diucapkan dalam rangka membanggakan diri sendiri, bahwa dia adalah orang pertama diantara lainnya yang memperoleh informasi tersebut. Frase ini seringkali muncul di ruang public dunia maya seperti : situs kaskus, facebook, dan berbagai forum yang menuntut respon dan komentar.

Terus terang aja, gw ga tau siapa yang membuat frase itu, tapi yang jelas doi telah memperkaya kosa kata di perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Frase itu tumbuh dengan sendirinya karena banyaknya para pengguna online yang berselancar di dunia maya, dan mereka ternyata suka “berlomba” untuk menjadi si pertamax. Ada rasa bangga dan kehormatan tersendiri apabila mereka berhasil menjadi yang pertama. Sungguh membanggakan ya, para onliners berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama.


Foto editan para onliners ketika gagal pertamax


Yang menjadi pertanyaan adalah : bisakah semangat ‘pertamax gan’ itu menular di kehidupan nyata? Menjadi yang pertama dalam segala bidang? (yang postif tentunya)

Menjadi yang pertama dalam penemuan mobil terbang misalanya, atau menjadi yang pertama dalam menemukan obat untuk AIDS, menjadi yang pertama yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor, dan sebagainya. Tak hanya itu, menjadi negara pertama yang unggul segala-galanya, dipandang, dihormati bahkan disegani negara lain.

Mengapa Amerika maju dan menjadi negara superpower? Karena Amerika merupakan negara maju pertamax! Mereka sudah jauh2 hari membina SDM-nya , jadi ketika negara lain masih sibuk dengan masalah, Amerika keluar sebagai negara maju pertamax. Banyak orang-orang “pertamax” dari Amerika sebut saja Thomas Alva Edison si penemu lampu, Wright Brothers si penemu pesawat, dan tokoh ternama lainnya.

Untuk menjadi pertamax diperlukan ide liar, ide yang tak terpikirkan oleh orang lain. Ide yang masih baru, cemerlang, fresh, dan belum bahkan tidak pernah terpikirkan orang lain. Ide itu bersifat radikal, terkadang susah dicerna akal sehat, dan berlawanan dengan arus besar. Sebut saja Wright Brothers yang punya mimpi pengin terbang. dihujat dan diejek sana-sini oleh orang Gimana bisa? Manusia bukan burung gitu? Tapi mereka cuek aja gitu, urusan teknis bisa dipikirkan belakangan. Tapi orisinil banget kan idenya, dan sangat out of the box. Akhirnya mereka berhasil membuat pesawat. Begitu juga Thomas Edison, yang tidak ingin disebut GAGAL 2000 kali tapi berhasil 2000 kali dalam percobaan sehingga muncullah lampu saudara! hahaha

Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda pertamax? Ga usah muluk-muluk bermimpi menjadi pioneer atau penemu, mulailah dari hal-hal kecil namun penting dalam hidup anda. Jadilah pertamax dalam ngumpulin tugas kuliah atau dari bos, atau jadilah pertamax dalam hadir di acara atau pertemuan jangan telat, dan lain sebagainya. Apabila sudah terbiasa, maka kebudayaan untuk selalu menjadi pertama akan membawa kita menjadi negara yang unggul, start dahulu sebelum yang lainnya.

Ad Maiorem Dei Gloriam

Bene Krisna

Sunday, February 14, 2010

Valentine : Fenomena Akulturasi Kapitalisme dan Westernisasi

Wah senangnya dah lama ga nge-blog langsung ngeluarin tulisan yang berbobot. Hahaha. Enjoy!

Seminggu ini orang sibuk membicarakan valentine, cokelat dan cinta. Seakan-akan kalo ga ikut bicarain ini, bakal basi dan ketinggalan jaman. Padahal gw yakin mayoritas orang yang “merayakan” hari ini, ga ngerti maksud dan asal muasal hari yang disebut hari kasih sayang ini. Yang mereka peduli adalah: kok keliatannya keren ya, romantis ya hari valentine itu. Ngasih cokelat ke pasangan, mengekspresikan cinta dan sebagainya. Fenomena itu akan gw bahas nanti, pertama gw akan membahas dulu tentang sebenarnya valentine itu apa sih? Kok bisa ya “harus” dirayakan?

Ada berbagai versi tentang asal muasal perayaan Valentine’s Day. Ada versi yang mengatakan bahwa pada zaman Kerajaan Romawi, tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari untuk menghormati Ratu Juno, ratunya para dewa Romawi. Pada hari berikutnya, 15 February, dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia’. Pada masa itu, para gadis dilarang bertemu dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu ketas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival tersebut.

Versi lain mengatakan pada pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi sedang akan berperang. Para pria diperintahkan untuk maju berperang. Tetapi banyak pria menolak ikut karena tak mau meninggalkan keluarga mereka. Maka kaisar Romawi memerintahkan untuk membatalkan semua pertunangan dan dan pernikahan di Romawi pada masa itu, agar para pria tetap membujang dan mau untuk ikut perang. Saint (santo) Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini. Dia bersama Saint Marius, sahabat dekatnya yang juga pendeta secara sembunyi-sembunyi menikahkan pasangan yang sedang jatuh cinta. Namun aksi mereka diketahui oleh Kaisar yang segera memerintahkan pasukan untuk memenggal kedua pendeta itu. Pada hari saat dia akan dihukum, 14 Februari, Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk seorang gadis yang selama dia dipenjarakan selalu medukung aksi pendeta tersebut. Pada akhir pesannya dia menulis : “Dengan Cinta dari Valentine-mu”. Kini orang dari berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang, untuk mengenang Santo Valentine sebagai martir cinta (yoi keren abis ye, MARTIR CINTA !!! Hahahahah) *sumber dari harian Bisnis Indonesia edisi Minggu 14 Feb 2010*

Yah begitulah asal muasal kenapa setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang. Di Amerika, perayaan Valentine bisa dibilang adalah perayaan termewah atau terbesar kedua setelah perayaan natal dan tahun baru, melebihi perayaan Thanksgiving dan 4th July (hari kemerdekaan mereka, kalo kita 17an lah. hehe) Mereka memperingati Valentine dengan cara memberikan cokelat kepada pasangan atau yang tercinta (the love one) sebagai bentuk ekspresi dan ungkapan cinta dan kasih sayang. Pertokoan dipenuhi dengan cokelat, kartu ucapan, dan hadiah-hadiah Valentine. Hiasan jantung hati dan warna merah muda (pink) menghiasi seluruh etalase dan pernak-pernik dekorasi toko.

Gambar Santo Valentinus : Martir Cinta

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Gw masih inget betul waktu gw kecil, usia SD, ga ada yang namanya hari Valentine. Tanggal 14 Feb ya biasa aja, gw sekolah lalu pulang maen PS deh (dulu gw freak banget lho maen PS! Sekarang malah uda bosen total. Hehehe) Baru setelah tahun 98 saat reformasi dan Pak Harto lengser, saat itu reformasi terjadi di selutuh aspek kehidupan negara kita. Termasuk terbukanya keran arus informasi dari luar negeri. Berarti dari tahun jadul jabot dulu sampe jaman awal gw SD, orang Indonesia ga merayakan valentine. Baru (seinget gw) pas gw kelas 5 SD (tahun 2002) mulai dah tuh gw denger yang namanya Valentine. Well itu sejarah singkat Valentine di Indonesia versi Mas Sorjan, yah emang ga akurat karena cuma berdasarkan ingatan dan pengalaman pribadi gw. Hahaha. Tapi percayalah data ini menyerempet dari kenyataan yang ada. Hahaha.

Seiring dengan berjalannya waktu tiap tahunnya, perayaan Valentine menjadi semacam suatu “keharusan” untuk dirayakan. Setiap tanggal 14 Februari, seakan-akan adalah suatu keharusan memberikan cokelat atau hadiah kepada yang tercinta. Pertokoan di Indonesiapun “turut” membangun atmosfer hari Valentine. Dekorasi warna pink, promosi cokelat, pajangan, boneka hari dan sebagainya. Para anak muda, ABG, bahkan anak-anak beramai-ramai mendatangi toko membeli semua yang “dibutuhkan” untuk perayaan ini. Tak hanya itu, media massa juga turut bekerja sama dalam membangun atmosfer perayaan ini. Acara-acara di televise memutarkan film-film cinta romantis, siaran di radio memutarkan lagu-lagu melankolis jatuh cinta, majalahpun ikut seragam. Restoran dan hotel-hotel menggelar promo paket Valentine, agen biro perkawinan memakai tema ini untuk bisnis dan sebagainya. Dan pada saat hari Valentine, mereka langsung memberikan hadiah dan cokelat mereka. Bahkan banyak anak muda yang suka mengeluh kalo lagi jomblo pas hari itu. Terus BT seharian gara-gara ga dapet cokelat. Hadoohh…. Cemen banget sih lw!? It’s just only a day. It couldn’t even worse, when you think that was bad. Mangnya lw kalo ga dapet cokelat mati? Pikirin dong masih banyak orang diluar sana yang kelaperan suash hidupnya (heroic mode : on! hahaha)

Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Mengapa bisa demikian cepat, dahsyat dan hebatnya perayaan Valentine ini? Bayangkan hanya membutuhkan waktu kurang dari satu dekade, perayaan Valentine sudah mulai masuk sebagai “keharusan” budaya. Bagaimana bisa padahal ini adalah suatu kebudayaan baru yang berasal dari luar namun pengaruhnya lebih kuat dari kebudayaan lama yang semakin kabur dan ditinggalkan?

Fenomena yang baru gw paparkan diatas adalah sebuah fenomena akulturasi. Akulturasi adalah terbentuknya kebudayaan baru percampuran dari kebudayaan lama dan kebuadayan lain (rumus singkatnya adalah ( 0+∆=□) Akulturasi yang terjadi adalah masuknya atau munculnya penetrasi kapitalisme dan westernisasi. Kapitalisme berasal dari kata capital yang artinya modal dan isme yang artinya paham, kapitalisme adalah paham yang mengagungkan modal, yaitu pemilik modal adalah penguasa, karena menguasai alat produksi, pemilik strata ekonomi tertinggi, dan sebagainya. Westernisasi, berasal dari kata Western yang artinya kebarat2an, dan isasi yang artinya proses, jadi westernisasi adalah proses membuat kebarat2an.

Sadar atau tidak sadar suka atau tidak suka, fenomena Valentine ini terjadi karena mental inferioritas (rendah diri) masyarakat Indonesia. Maklum bangsa terjajah 350 tahun selalu ga pede dengan dirinya dan melihat segala suatu yanga ada di dalam negeri adalah bobrok, dan memandang ke luar khususnya ke Barat (Western) adalah suatu keindahan dan keunggulan. Selalu ingin meniru apa yang dilakukan orang Barat. Apalagi setelah runtuhnya tembok orde baru, berbagai arus informasi masuk dan terbendung. Namun masyarakat Indonesia belum mampu mengevaluasi informasi yang masuk, semuanya mereka telan aja gitu mentah2. Termasuk penetrasi Valentine tadi. Bangsa Indonesia sangat “lemah”. Sudah penduduknya banyak mana mayoritas (maaf ya) kurang berpendidikan, apalagi bermental inferioritas, maka sangat gampang dipengaruhi. Dan munculah kepentingan oknum untuk “menguasai” Indonesia. Lalu kemudian masuklah Kapitalisme dengan kendaraan yang bernama “perayaan Valentine”. Valentine adalah tema yang dipakai, oleh kapitalisme itu sendiri. Media massa juga turut membangun atmosfer perayaan itu. Siaran televisi, radio, koran, majalah, baliho, spanduk, dll. Masuklah Kapitalisme dalam wacana Valentine tadi, membuat bangsa Indonesai menjadi konsumerisme dan hedonisme, intinya membuat masyarakat Indonesia mengeluarkan uang. Sebab apa? Uang adalah target utama Kapitalisme. Oknum itu ingin menguasai market Indonesia, supaya masyarakat Indo menjadi malas dan menjadi bangsa konsumen. Mengapa mereka berbuat demikian? Karena sebenarnya Indonesia adalah sebuah raksasa yang tertidur. Para oknum Kapitalisme dan Westernisasi tadi sebenarnya takut dengan potensi besar Indonesia maka sebelum bangun harus dimatikan terlebih dahulu.

Fiuh berat ya? Oke tarik nafas dalam2……..lepas…..tarik….lepas….

Sebetulnya ga ada yang salah dari perayaan itu sendiri, yang menjadi masalah adalah tanggapannya. Kaum kapitalis melihat ini adalah sebuah peluang bisnis dengan menjual cokelat dan hadiah lainnya. Kaum konformitas (kelompok yang bisanya iya-iya dan manggut2 doang, pokoknya conform) melihat ini adalah kebiasaan baru yang menarik. Adapula kaum rasional yang memandang tanggal 14 feb itu biasa aja, karena mengungkap cinta itu bisa kapan aja. Ada juga kaum radikal oposisi yang pokoknya ga suka V day, biasanya kaum konservatif gitu deh.

Gw bukanlah orang dari kelompok radikat anti Valentine, nggak. Gw pribadi adalah seorang yang mencoba melihat suatu peristiwa dengan jernih. Gw harus membuat pemikiran berimbang dari aspek positif dan negatifnya. Dari situ gw ambil sisi positifnya seperti gw melihat “perayaan Valentine” adalah sebuah peluang bisnis, gw bisa jual cokelat ke temen2 gw. Emang sih bisa dibilang gw memanfaatkan “serangan” kapitalisme tadi, tapi gw cuek aja soalnya percuma juga menentang Valentine, tetep aja penduduk Indonesia udah terlanjur seneng.
Cokelat box berisi 3 cokelat @ Rp. 5000

Gambar cokelat hati gede @ Rp.5000

Lagipula Valentine bukanlah suatu perayaan yang buruk. Setiap orang bisa mengungkapkan ekspresi cintanya. Love is all around. Baguskan daripada “perayaan hari perang sedunia”? Dimana setiap orang diwajibkan perang, kan serem tuh? Hahaha. Mengekspresikan cinta selalu merupakan hal yang menyenangkan.

Kalo uda kayak gini, gw jadi inget lagunya Louis Amstrong yang judulnya La Vie en Rouge (sori kalo salah salah spelling, bahasa Perancis agak ribet. hahaha) yang artinya “living in the world of pink (love)”

Happy Valentine Day 2010 !!!
Ad Maiorem Dei Gloriam
Bene Krisna