Monday, December 3, 2012

Mengejar Jokowi (Bagian IV: 30 Menit Istimewa dalam Hidup Gue!)

Hari Penghabisan


Cepat-cepat  I put myself back together as fast as i can. Gue ga mau terlalu larut dalam kesalahan bodoh gue sendiri. Segera langsung gue susun strategi matang dan rencana cadangan kalau rencana awal tidak berhasil. Jadi besok, gue akan minta secara langsung ke Jokowi untuk masuk dan interview di dalam mobilnya. Agak nekat memang, tapi agaknya tidak ada alternatif lain selain tindakan "gila" seperti itu. Hehehe. Back-up plan, gue akan mencharter tukang ojek depan rumah gue untuk mengantarkan gue ke balkot, meskipun makan sedikit biaya tambahan tapo in case kalo gue ketinggalan Jokowi gue bisa nyusul dia kemana pun dia pergi. Kalau semua rencana tadi gagal, gue akan datangi rumah dinas Jakarta Jokowi di Jl. Taman Suropati No.7, Menteng, Jakarta Pusat.  Dan gue berencana ga akan pulang kalau belum dapat wawancara dengan dia. Semua harus berakhir hari besok.

Pagi-pagi gue langsung ke depan untuk mengajak tukang ojek cum satpam yang lagi bebas shift untuk mengantarkan gue. Mas Budi namanya, dia pun setuju, maka langsung berangkatlah gue. Dengan motor, perjalanan dua kali lebih cepat ditempuh. Jika biasanya gue sampai di balkot jam setengah 10 atau jam 10an, atau makan waktu 2,5-3 jam, tapi dengan ojek gue sampai di balkot setengah 9 atau satu setengah jam perjalanan saja. Seperti biasa, mulailah gue menunggu di sana. Tak lama kemudian datang rombongan orang-orang, mungkin Jepang atau Cina atau Korea, datang ke Balkot. Entah untuk apa mereka datang, gue ngantuk sekali jadi gue agak malas mencari tahu siapa mereka dan untuk apa mereka datang ke balkot. Toh fokus gue hari itu adalah wawancara Jokowi.

Sambil menunggu, rupanya kantuk menghinggapi, gue pun tertidur. Baru kemudian terbangun ketika melihat rombongan wartawan bangkit berdiri dari tempat duduk mereka untuk doorstop. "Ini dia Jokowi datang!" Pikir gue saat itu. Langsung gue beranjak mendekati mobilnya, bersiap-siap untuk meminta wawancara di lakukan di dalam mobil. Sambil menyiapkan backup paln kalau gue gagal masuk mobilnya Jokowi, gue SMS Mas Budi supaya standby supaya gue bisa langsung jalan untuk mengejar.

Setelah menunggu, akhirnya keluar juga sosok dari dalam kantor balaikota, dan ternyata.... rombongan orang asing itu. False alarm. Namun gue harus tetap siaga, siapa tahu ga lama kemudian Jokowi keluar, atau Jokowi kabur langsung ke mobilnya. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, mengingat Jokowi orangnya sangat fleksibel. Di selasar balkot, wartawan masih doorstop orang-orang asing itu, sementara gue masih nongkrong di samping mobil dinas Jokowi.

Ini dia mobil dinas Gubernur DKI Jakarta 2012-2017 Jokowi, sebuah Innova dengan plat nomor B 1123 RFR. Sederhana, jauh dari mewah, yang penting layak jalan, muat banyak, tinggi (untuk hindari banjir) dan tanpa vorijder. Beware dia bisa saja di belakang anda atau di samping kendaraan anda sewaktu-waktu saat berkendara di Jakarta! :D

Rupanya sampai orang-orang asing itu pulang, Jokowi tak juga keluar. Kembalilah gue menunggu dia. Masih di sebelah mobilnya. Sekitar pukul setengah 11an, para wartawan kembali bersiap doorstop. Mungkinkah kali ini Jokowi keluar? seharusnya iya.

Benarlah demikian, Jokowi keluar dari balaikota. Seperti biasa, gerombolan wartawan mengerubungi dia dengan wartawan, sementara gue masih stay dekat mobilnya, bahkan ketika mobilnya bergerak maju ke halaman depan balaikota. Dari doorstop itu gue tahu kalo bahwa kedatangan orang asing itu (entah sebagai kontraktor atau sekedar konsultan atau donatur, entahlah) secara tidak langsung berperan dalam rencana Jokowi membangung kampung-kampung di Jakarta.  Sambil menjawab pertanyaan wartawan, Jokowi juga menjelaskan soal rencana itu. Diberondongi pertanyaan, Jokowi sampai duduk di bangku anak tangga sambil menunjukkan gambar rancangan pembangunan kampung itu yang sudah jadi si sebuah kertas karton besar. Rencananya Jokowi ingin membangun dan merenovasi kampung di Jakarta. Nantinya akan muncul kampung backpacker, kampung bisnis, kampung mahasiswa, kampung resapan air dan lain-lain. Gue masih standby dekat mobil.

Usai menjawab semua pertanyaan, Jokowi masuk ke dalam mobil. Ini kesempatan gue. Kebetulan jendela kaca belakangannya terbuka, sambil membawa surat wawancara yang telah gue print lagi semalam, langsung aja gue ngomong.

"Pak ini saya yang kemarin, yang kasih surat ke bapak soal wawancara. Saya boleh masuk ke dalam mobil ga pak untuk wawancara? Kemarin saja ada wartawan yang bapak ajak masuk ke dalam mobil, masa saya nggak boleh?" 

Meski di rasa agak tidak sopan dan bernada sedikit memaksa, tapi apa mau dikata, semua jalur formal uda gue coba dan ga berhasil. So why not cara ini?

Harap-harap cemas gue menunggu jawaban dari Jokowi.

"Iya, masuk saja," jawab Jokowi  

and it was like.... WOW man! Jokowi mengijinkan gue masuk mobilnya!

30 Menit Istimewa dalam Hidup Gue

Bergegas gue masuk ke mobilnya, dan duduk di kursi paling belakang mobil Innova itu. Gue berhasil masuk mobil itu. Gue ga tahu, Jokowi ini akan pergi kemana, entahlah gue pasrah saja, itu urusan belakangan, yang penting sekarang adalah wawancara. Saat gue masuk beliau, masih ngobrol dengan ajudan dan staffnya yang ada di dalam mobil itu.

Gue ga akan bohong, saat itu gue akui nervous. Ga gue sangka banget, gue bakal dapat kesempatan ini. I'll put myself together dan mulai fokus dengan apa yang harus gue lakukan. Gue mengeluarkan kertas daftar pertanyaan wawancara dan mengeluarkan HP gue untuk merekam percakapan kita.

 Segera setelah dia usai berbincang dengan staffnya, gue pun memulai pembicaraan. Langsung gue kembali memperkenalkan diri, nama, asal media, serta topik dan tujuan wawancara. Tak lupa gue meminta maaf bila wawancara ini dilakukan dengan cara yang tak lazim dan bisa dikatakan sedikit memaksa dengan menceritakan bahwa segala upaya melalui jalur formal sudah dikerahkan namun tak kunjung berhasil. 

"Iya," jawab Jokowi sambil mengangguk mendengarkan seluruh penjelasan gue.

Lalu gue menjelaskan bahwa ada dua topik utama dalam wawancara ini yaitu soal Tata Kelola Kota dan Ruang Terbuka Hijau Jakarta,  lalu topik kedua adalah soal wirasusaha kehutanan. Usai menyelesaikan penjelasan, kemudian gue bertanya, "Bagaimana Pak sudah siap untuk di wawancara?"

"Iya," jawab Jokowi kembali sambil menangguk.

Dan mulailah gue melontarkan satu per satu pertanyaan gue. Semua di jawab Jokowi dengan jelas dan padat. Meski ada beberapa pertanyaan yang sudah sering di lontarkan media lain, seperti soal banjir dan rencana tata kelola kota dan ruang terbuka hijau Jakarta, beliau sangat sabar dan telaten menjawab satu per satu pertanyaan gue. 

Berada di kursi paling belakang mobil dinas gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk melakukan wawancara eksklusif dengan dia.
"Kalau itu untuk hijauan, ya untuk hijauan. Kalau untuk tangkapan air, ya tangkapan air. Jangan hijauan  dijadikan mal, tangkapan air jadi apartemen, itu yang ga boleh," ujar Jokowi ketika menjawab salah stau pertanyaan gue soal banjir.

Lalu seputar kewirausahawan kehutanan dia memberikan kiat-kiat sebagai berikut, "Harus bisa memproduksi, harus bisa memasarkan. Orientasinya harus orientasi pasar, lihat pasar dulu baru berproduksi, baru menanamnya. Jadi dibalik, jangan menanam dulu, berproduksi dulu, baru cari pasar. Nanti bingung cari pasarnya, ga  bisa jual."

Setelah menghabiskan sekitar 13 pertanyaan, berakhirlah wawancara yang berlangsung sekitar kurang lebih 10 menit itu. Kemudian gue meminta beliau untuk mendatangani buku Dies Natalis UGM ke 40 seperti yang gue utarakan di surat. Ketika gue mengatakan permintaan dan memberikan buku itu, dia tidak nampak kaget dan tidak bertanya misalnya, "Apa ini? Maksudnya apa?" seperti yang gue bayangkan sebelumnya. Artinya apa? Mungkin saja dia membaca surat gue yang gue kasih kemarin, sehingga dia tak lagi kaget. Kemudian dia menandatangi buku itu.

Jokowi sedang menandatangani buku Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM ke 40. Buku ini akan gue persembahkan ke Pakde-ku sebagai balas budi karena telah membantuku dengan memberikan bahan-bahan belajar soal lingkungan hidup dan sebagai hadiah karena beliau sudah mengabdi menjadi staff pengajar Kehutanan UGM setelah lebih dari kurang lebih 3 dekade berdedikasi disana.
 
Usai menandatangi buku itu. Kemudian gue bertanya soal tujuan perjalanan ini. Kemudian beliau mengatakan bahwa kita akan pergi ke RS Koja. Setelah sekitar 15 menit di dalam mobil, gue baru tahu kemana kita akan pergi. 

Setelah itu Jokowi lebih banyak berbincang dengan staffnya soal inspeksi mendadak yang akan dia lakukan di RS Koja ini. Ingin rasanya memotong pembicaraan mereka dan kembali menanyakan banyak hal kepada beliau, tapi sungkan rasanya. Sudah dibiarkan masuk untuk wawancara saja sudah bagus, ga enak gue kalau kerja beliau terhambat karena pertanyaan wawanacara ga resmi gue. Jadi di kursi belakang, gue lebih banyak diam dan mendengarkan saja. Belakangan gue agak menyesal karena terlalu cepat menjalankan wawancara, seharusnya gw lebih bisa mengoptimalkan waktu wawancara dengan gali lebih dalam setiap pertanyaan.

Jokowi Menawari Gue Makanan Kecil

Kemudian Jokowi melakukan sesuatu yang membuat gue cukup kaget. Dia menoleh ke kursi belakang sambil menyodorkan kripik Pringles - yang disimpannya di mobilnya - ke arah gue sambil berkata, "Mas mau ga?" Jokowi menawari gue makanan kecil. Kaget setengah mati gue rasanya, tapi asli gue merasa senang sekali. Tapi gue amu menjaga sopan santun, dengan mengatakan, "Wah makasih banyak Pak. Ga usah repot-repot Pak," ujar gue menolak secara halus.

Jokowi kemudian mengambil tisu dan menumpangkan beberapa potong kripik kentang ke atas tissu itu. 

"Ini Mas, makan saja. Ndak papa," ujarnya menoleh belakang sambil memberikan tissu berisi keripik kentang itu ke tangan gue. Man itu gila rasanya... Wah kalau sampai uda diambilin terus gue nolak, itu namanya gatau diri.

"Oh iya Pak, makasih banyak," jawab gue. Belum berhenti sampai situ beliau membuat gue terkesima. Setelah sukses mengunyah habis sebuah keripik yang di berikan beliau...
"Mas, dibelakang ada minum ga?" Tanya Jokowi. Gue pun bertanya-tanya, mau buat apa? Dia mau minum kali ya? Gue pun mulai melongok ke kiri dan kanan mencari.
"Oh iya ada Pak," jawab gue.
"Ambil aja Mas, biar enak itu habis makan keripik," ujar Jokowi.
"Oh iya Pak, terima kasih banyak," jawab gue.

Simpel sih, tapi sangat berkesan sekali. Beliau orangnya sangat bersajahaja, sederhana, humble, dan egaliter. Nyatanya gue yang buka siapa-siapa, bukan wartawan terkenal, hanya seorang freelance dari media LSM, diberinya tumpangan khusus untuk wawancara, bahkan di berikan kudapan dan air minum. Dan kalau dilihat dari nilai nominalnya dan situasi kondisinya, rasanya itu juga bukan usaha beliau untuk "menyogok" saya agar menulis baik. Lagipula, sejak awal penjelasan saya mengatakan bahwa bentuknya akan seperti transkrip, jadi jika ia ingin ditulis baik, maka faktor penentunya, ya omongan baik dari dia sendiri. Dia sendiri yang mengontrol, gue hanya tinggal mentranskripkan saja.

Jokowi Memutar Musik Rock di Mobilnya

Di perjalanan, sambil mendengarkan percakapan dengan staffnya, terdengar sayup-sayup pula dari audio mobil Jokowi, lagu-lagu dari band-band rock dari zaman 70-90an. Sejak gue masuk mbil, wawancara, dan sampai tujuannya, gue mendengar lagu-lagu seperti Smoke on The Water dari grup band Deep Purple, lalu ada Stairway to Heaven dari Led Zepplin, Wild World dari Mr.Big, dll. Rasanya seperti sedang berada di kafe atau restoran gaul anak muda saja. Rupanya beliau memang benar-benar menyukai musik-musik tersebut (atau pencitraan / sengaja diputar karena kebetulan ada gue yang masuk di dalam mobil itu. Entahlah) yang jelas saat gue ada di dalam mobil itu, musik-musik itulah yang diputar.

Jokowi Tidak Menggunakan Vorijder

Dalam perjalanan, kami juga merasakan macet. Ikut mengantri lampu merah. Juga mengantri bayar tol, sama seperti pengendara lainnya. Jokowi tidak menggunakan vorijder di depan untuk "membersihkan" jalan yang akan dilewatinya. Vorijder tetap mengawal, namun di belakang mobilnya. Entah maksudnya untuk menjaga agar tidak terjadi serempetan kendaraan, keamanan, atau entahlah.

Pekerjaan Sukses

Akhirnya sampai juga kita di RS Koja. Begitu Jokowi turun, dia disambut bak artis. Gerombolan orang mengerubunginya mulai dari Ibu-ibu yang bahkan sedang menggendong bayinya, bapak-bapak yang tadinya cuma baca koran, sampai anak kecil yang hanya sedang bermain-main di lapangan parkir rumah sakit, semua berlari mengerubungi dia. Hanya sekedar untuk bersalaman, melihatnya, meminta foto atau berkeluh kesah soal hidup mereka.

Orang-orang berbondong-bondong ingin menghampiri Jokowi di RS Koja (Jokowi ga kelihatan di gambar ini)


  Selesai sudah tugas gue. Segera gue hubungi Pak Bintang, dan sangat gembira mendengar kesuksesan saya berhasil mewawancarai Jokowi. Lalu kebahagiaan ini segera gue sebarkan bokap, nyokap dan tentu saja Vivi. Masing-masing dari mereka mengatakan turut berbahagia atas keberhasilan gue.Terima kasih ya semua! :D 

Oh iya, tak lupa, gw berbagi kebahagiaan dengan menghubungi Mas Budi yang tadi "lupa" gw infokan lagi keberadaan gue. Jadi tadi kan, gue uda suruh di standby untuk siaga-siaga kalau gue gagal semobil sama Jokowi, dia pun uda standby. Eh rupanya dewi fortuna menghinggapi gue dan ternyata gue bisa semobil sama dia. Nah saking excited-nya, gue sampe lupa ngabari Mas Budi kalau gue uda berhasil naik mobilnya. Dan dia memberitahu Jokowi sudah jalan, dan menanyakan gue dimana dan jadi ga nyusul dia. Huahahahaa. Yoda sesampainya di RS Koja, gue hubungin Mas Budi dan menyuruhnya menunggu di Balaikota aja.  Technically gue agak rugi secara finansial karena "fungsi" Mas Budi jadi tidak terpakai, namun itulah rencana cadangan, tak perlu digunakan ketika rencana utama berhasil. Buta arah pulang, gue naik ojek pergi ke balaikota. Sampai di balaiikota, gw menemui Mas Budi dan kita kembali pulang.

Sampai di rumah, gue istirahat sebentar, makan malam, pindahin data, bikin transkrip dan kirim email. Selesai sudah pekerjaan gue! :D

Banyak hal yang bisa gue petik sebagai pelajaran, namun satu hal yang paling utama dari segi teknis pelaksanaan adalah : Ketika cara formal untuk mendapatkan wawancara tidak bisa, maka tempuhlah cara non-formal. Namun pastikan bahwa sebelumnya langkah-langkah formal tersebut sudah ditempuh dan memang sudah mampet. Intinya breaking the habit, inovasi, kreatif,berani nekat namun dengan perencanaan dan perhitungan itu perlu dalam peliputan tugas di lapangan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah secara langsung atau tidak langsung membantu turut suksesnya tugas ini. Tanpa kalian mungkin, hasilnya bisa berbeda. :D




Friday, November 30, 2012

Mengejar Jokowi (Bab III: Makanya Fokus!)


Berpikir Out Of The Box

Paginya setelah selesai nyuci baju segala macem, gue langsung siap2 dan berangkat. Gw pun khusus membawa helm agar bisa bepergian jarak jauh dengan Alvin naik motor, biar ga ditilang. Hari ini gue mau coba rute baru yaitu naik TransJakarta Harmoni baru habis itu jalan ke Balaikota. Hanya sekedar membandingkan, mana yang lebih cepat juga hemat karena jalur ini menghemat Rp2000 perjalanan gue.
Namun, rupanya memang ada harga yang harus dibayar untuk kecepatan. Jalur menuju Harmoni macet panjang. Mulai dari Lebak Bulus sampai Kebon Jeruk. Setelah itu bus bisa lumayan melaju. Yang menarik adalah saat sampai di halte Grogol, tiba-tiba ada seorang mbak-mbak yang mengaku HP-nya hilang. Entah saat sudah di bus atau saat masih di terminal. Alhasil saat sampai di Harmoni, petugas memeriksa penumpang satu per satu. Entah bagaimana akhirnya, karena usai selesai diperiksa saya tinggal saja. Malas berurusan dengan hal seperti itu. Jam 9 akhirnya gue sampai juga di halte Harmoni, lalu melanjutkan perjalanan sampai ke Balaikota.

Sesampainya di balkot, gue melihat sudah ada beberapa rombongan orang bermotor dan sebuah bus membawa bendera. Agaknya nanti siang akan ada demonstrasi di depan balaikota.

Gue menghubungi Alvin dan bertemu. Rupanya waktu kedatangan kami ga jauh beda, entah siapa duluan yang dateng, yang jelas hampir bareng. Abis itu gue diperkenalkan dengan beberapa koleganya dulu saat magang dulu di detik.com. Suasana di beranda depan balkot ramai. Kali ini bukan hanya diisi wartawan tapi juga dengan kehadiran banci-banci. Ya banci atau lebih enak kalau gue sebut waria. Ngapain waria itu ke balaikota?

Jadi begini, belum lama ini Jokowi baru saja menunaikan kebijakannya yang pertama yaitu KJS (Kartu Jakarta Sehat), jadi warga Jakarta cukup memberikan KTP Jakarta saja, akan mendapatkan KJS. Nah KJS ini bisa digunakan untuk berobat gratis di puskesmas. Masalah muncul ketika para waria ini tidak punya KTP karena (maaf) ketidakjelasan kolom jenis kelamin. Jadi mereka tak punya KTP untuk mendapatkan KJS. Rumit ya memang. Ada pula kabar berhembus kalau mereka ingin membuat acara untuk mengangkat derajat kaum waria, lalu dengan bintang tamu Jokowi. Entahlah yang mana yang betul motif mereka.

Di tengah obrolan bersama waria dan beberapa wartawan balaikota, tiba-tiba mobil Jokowi jalan. Sekejap saja dia sudah hilang, karena pandangan gue terhalang kerumunan orang disana. Gue pun bertanya sama salah seorang wartawan detik di situ, "Mobil Jokowi tadi udah keluar ya?"

"Ga kok, mobilnya ada di pintu belakang," jawabnya. 

Ga pake mikir panjang, gue langsung pergi ke pintu belakang. Jadi balaikota itu punya dua pintu masuk, pintu depan dan pintu belakang. Ketika mendengar bahwa mobilnya ke belakang, gue punya feeling bahwa dia akan keluar lewat pintu belakang dan langsung pergi dengan mobilnya. Karena apa? Di depan sana ada gerombolan waria dan pintu gerbang ada rombongan pendemo yang tengah bersiap, gue yakin Jokowi akan menolak menemui wartawan untuk memberikan keterangan,karena pasti wartawan akan menanyakan soal demo dan waria itu. Menurut gue Jokowi itu bukan orang yang suka bikin bola panas, dengan omong-omongan yang kontroversial. Gue rasa dia adalah tipe orang yang ga akan berbuat sesuatu jika ia belum yakin betul (contoh pembangunan MRT yang masih tarik ulur, karena dia merasa belum yakin akan proyek tersebut). Maka gue yakin dia ga akan lewat pintu depan, lagipula ga masuk akal juga kalau Jokowi harus keluar dari pintu depan terus pergi sampai ke belakang, bayangkan ada berapa pertanyaan wartawan yang harus ia jawab? Gamblingnya adalah dia tidak pergi saat itu dengan mengkandangan mobilnya di belakang. Tapi ada juga isu yang mengatakan bahwa ia akan ke Setu Babakan. Hampir pastilah dia keluar. Tidak salahnya mengikuti naluri dan mencoba menunggu di dekat mobilnya.

Gue pun duduk di dekat pintu masuk belakang. Gue membuka tas gue dan mengeluarkan amplop surat permohonan versi gue itu. Baru beberapa saat duduk, lalu tiba-tiba saja Jokowi keluar dari pintu belakang. Dengan segera gue bangkit dan mengejarnya.

Menyerahkan Surat

"Pak Jokowi, ini Pak saya mau mengajukan wawancara eksklusif dengan Bapak. Saya sudah mengajukan secara formal dengan Humas Bapak, tapi tak mendapat jawaban. Deadline saya Desember Pak, jadi saya harus segera wawancara Bapak," ujar gue sambil mengikuti kecepatan langkahnya

"Ya, Ya, Ya," jawabnya singkat sambil mengangguk.
"Ini Pak, saya bawa surat permohonannya, saya sudah tulis semua disitu. Lalu di belakangnya ada lampiran surat permohonan, dan surat tugas dari kantor sebagai bukti identitas saya." Lalu gue memberikan surat itu.

Jokowi pun menerima surat gue. Langkahnya terhenti entah karena telah mencapai mobilnya atau hanya untuk melongok sebentar surat saya. 

"Jadi kapan Pak saya bisa wawancara Bapak?"
"Nanti di aturkan jadwalnya sama Devid," ujarnya sambil menunjuk orang di belakang gue, yang ternyata bernama Devid.

Jokowi pun berlalu masuk mobilnya. Sejurus kemudian melesat mobil itu ke arah pintu gerbang balaikota. Di saat bersamaan dari arah depan, datang sambil berlari gerombolan wartawan dan waria yang hendak menemui Jokowi, namun semua dilewatinya. Jokowi berlalu langsut melesat pergi.

"Dapet Kris?" tanya Alvin yang juga datang bersama gerombolan wartawan, namun dia agak cepat datang, karena dia berhasil mendapatkan foto gue sedang berbicara dengan Jokowi tadi.


"Dapet dong Vin. Hoki banget gue, pas doi lagi sepi, ya udah gue samperin aja," ujar gue sambil sumringah bahagia.

"Surat Lw uda di dia?" tanya Alvin
"Yoi dong, sukses banget."

Seperti biasa, sejurus kemudian balkot mendadak sepi. Para wartawan lainnya sudah melesat mengejar Jokowi.

"Vin anak-anak uda pada cabut ya?" 
"Iya Kris."
"Kejar yuk Vin!"
"Ah gue lagi males Kris. Jauh ke Setu Babakan. Kalau mau nyetir motor gue gapapa deh."
"Ayo Vin gue bawa!" Jawab gue sekenanya. Nekat! Tapi Alvin tetap menolak. Ya uda deh gapapa, gw nothing to loose juga, toh gue uda berhasil memberinya surat gue langsung ke tangannya. Mungkin dia akan menghubungi gue atau gimana pun entahlah. Itu saja kemungkinananya, pikir gue saat itu.

Liputan Intermezo dan Jalan-jalan

Lalu kami memutuskan tidak ada lagi yang bisa dikerjakan di balkot, lalu kita pergi ke sebelah ke Perpusnas. Setali tiga uang dengan kunjungan gue sebelumnya, kali ini giliran Alvin yang membuat kartu anggota perpusnas disana. Setelah selesai berkunjung ke perpusnas, di luar tengah berkerumun massa pendemo. Rupanya mereka adalah buruh yang berdemo. Setelah selesai makan siang, gue dan Alvin iseng-iseng mengambil gambar mereka. Yah lumayan liputan intermezo.




Suasana demonstrasi buruh di depan kantor Balaikota DKI Jakarta, Rabu (21/11). Demonstrasi kali ini masih dengan agenda yang sama yaitu untuk mempertegas soal kebijakan outsourcing dan peningkatan UMP menjadi Rp 2,2 juta/ bulan.

Setelah itu Alvin mengajak gue pergi ke TIM untuk nonton Europe on Screen di Kineforum. Sebelum sampai di kineforum yang terletak di belakang, kita main dulu ke pameran tentang Jakarta di ruangan depan Kineforum.

Rampung melihat pameran, kita ruang belakang Kineforum, dan surprise! Kita ketemu sama Shirley Tamara. Doi adalah senior gue di Jurnalistik UMN. Gue emang pernah denger kalo dia sekarang jadi pegiat di Kineforum, tapi ga nyangka aja bisa ketemuan disini. Kak Shir, lagi jaga Kineforum dan segera doi menawarkan kami untuk menonton. Namun sayangnya, karena jamnya kurang cocok,dan ternyata Alvin lupa sudahada janji sama anak basket temannya, maka kami mengurungkan niat kami untuk menonton. Di saat yang sama gue dapat kabar dari anak balkot kalo Jokowi ga balik lagi, doi mau langsung pulang. Maka gue putuskan untuk balik aja. Alvin kemudian mengantarkan gw ke halte busway Harmoni dan dia pergi ke tempat temannya. Di tengah perjalanan, resleting tas gue ngeror ga bisa ditutup. Alhasil gue membeli peniti dan harus meiti seluruh bagian reseliting gue agar tas gue ga kebuka-buka. Fiuuuhhh....

Hari itu rasanya cukup menyenangkan karena rasanya gw beruntung sekali bisa memberikan surat permohonan wawancara secara langsung kepada Jokowi. Namun rupanya hari yang nampaknya beruntung itu, berakhir dengan penyesalan dan kesialan.

Sial karena gue lupa membawa turun helm dari angkot saat pindah angkot. Lalu kesialan berikutnya saat sudah sampai rumah, gue lagi leyeh-leyeh di kamar sambil baca berita, gue terperangah membaca berita yang membuat sungguh menyesal mlewatkan kesempatan siang hari tadi. Jadi siang itu Jokowi mengajak beberapa wartawan untuk satu mobil dengannya. Beliau menawarkan diri untuk di ajak ngobrol dan di wawancara secara khusus dari perjalan Setu Babakan menuju Waduk Riario di Jakarta Timur. Apalagi dia sambil mengajak sekretaris daerah bagian dinas pertamanan yang mengurus RTH (Ruang Terbuka Hijau) Jakarta. SIAL GUE HARUSNYA IKUT TUH! Huufthh.... sial sekali gue rasanya. Menyesal sekali. Harusnya gue fokus dan jangan cepat puas dulu dengan Cuma kasih surat ke Jokowi. Harusnya gue paksa Alvin buat nempel dan kuntit dia terus.

Frustrating? Yeah of course! It seems like that loe dikit lagi berhasil, tapi karena salah loe, karena loe ga fokus, karena loe kurang persistent, you blow up your own chance. Probably the only real chance! And you missed it!