Saturday, June 9, 2012

Menelaah Sembilan Elemen Jurnalisme


Sembilan elemen jurnalisme adalah dasar-dasar pokok yang dijadikan acuan untuk menjadi jurnalis yang ideal dan berkualitas. Ide itu dikemukakan oleh jurnalis yang dijadikan “kiblat” oleh para jurnalis dunia, Bill Kovach. Jurnalis yang juga merupakan kurator Nieman Fellowship (sebuah beasiswa ekstensi bergengsi khusus para jurnalis berprestasi) itulah yang menulis buku The Elements of Journalism : What Newspeople Should Know and the Public Should Expect bersama rekannya Tom Rosenstiel. Melalui buku inilah, jurnalis yang pernah menyabet lima pulitzer (penghargaan karya jurnalistik di Amerika) dan bekerja 18 tahun di The New York Times, menyebarkan “mahzabnya” kepada dunia tentang nilai-nilai yang perlu dianut untuk menjadi jurnalis yang ideal dan berkualitas. Sembilan elemen itu dirumuskan usai Committee of Concern Journalist menngadakan banyak diskusi dengan melibatkan 1200 wartawan dari seluruh penjuru dunia. Masing-masing poin dalam sembilan elemen ini memiliki kedudukannya yang sama. 

Buku Sembilan Elemen Jurnalisme oleh Bill Kovach dan Tom Rosentiel
             Duo jurnalis handal ini menempatkan kebenaran sebagai elemen yang pertama. Keinginan agar informasi merupakan kebenaran adalah elementer. Namun tidak sesederhana yang terlihat. Elemen ini agak membingungkan untuk dimengerti, karena kebenaran bisa dipandang dari sudut pandang yang beragam. Masing-masing agama, ideologi, filsafat, keyakinan memiliki pandangannya sendiri-sendiri mengenai kebenaran. Kebenaran yang mana? Bagaimana dengan bias wartawan? Setiap wartawan memiliki latar belakang agama, suku, ras, ideologi politik, budaya, yang berbeda-beda bukan? Kebenaran yang ditawarkan oleh mereka adalah kebenaran fungsional, misalnya guru mendidik muridnya untuk beretika, koki restoran memasak untuk tamunya, dan seterusnya. Kebenaran yang memang berfungsi sebagaimana seharusnya. Dalam konteks jurnalistik, kebenaran disini adalah kebenaran yang terbentuk hari demi hari, bulan demi bulan dan seterusnya.   Kebenaran yang memang berfungsi sebagai mana mestinya.
Poin kedua adalah jurnalis mengabdikan loyalitas mereka kepada masyarakat. Segala perihal kegiatan jurnalistik dan pemberitaan mereka harus mengacu dan dalam rangka dan usaha memberikan informasi untuk kepentingan publik. Nampaknya merupakan wacana yang terlalu muluk, mengingat kegiatan jurnalistik pun juga memerlukan sokongan dana dalam operasionalnya sehari-hari. Maka kecenderungan yang ada adalah jurnalis mengabdikan dirinya pada pemilik media dimana ia bekerja, dengan motivasi ekonomi mendalangi semuanya. Jika bukan untuk kepentingan pemiliknya, media yang melakukan pemberitaan yang tidak komersial (idealis) akan mudah dihinggapi kebangkrutan. Namun hipotesis itu terpecahkan jika kita menilik harian The New York Times. Kredo mereka yang berbunyi “…to give the news impartially, without fear or favor, regardlessly of party, sect or interest involved” ternyata sejalan dengan karya jurnalistik mereka yang telah membawa mereka sebagai harian berkualitas kaliber dunia. Menariknya prestasi itu berbanding lurus dengan oplah yang besar yang diperoleh dari kredibilitas mereka.. Masyarakat membeli New York Times karena percaya apa yang mereka tulis disana.
             Menarik kembali apa yang telah ditulis di poin pertama mengenai kebenaran, keakuratan data dalam penulisan berita merupakan unsur yang harus dijunjung tinggi oleh para jurnalis. Maka dari elemen ketiga menyebutkan agar para jurnalis disiplin dalam verifikasi. Meningkatkan disiplin verifikasi adalah langkah terpenting yang bisa di ambil wartawan untuk meningkatkan kualitas berita. Ketepatan data, keakuratan informasi, semuanya mengerucut pada usaha wartawan untuk senantiasa mengabarkan kebenaran untuk kepentingan publik. Kovach dan Rosenstiels menawarkan lima konsep dalam verifikasi:
1.      Jangan menambah atau mengarang sesuatu yang tidak ada
2.      Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, pendengar
3.      Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin
4.      Andalkan pada reportase anda sendiri
5.      Bersikaplah rendah hati 
Untuk mendapatkan berita yang benar, pro kepentingan publik, dan objektif serta akurat dalam memverifikasi berita, seorang jurnalis harus independen dari segala kepentingan. Definisi independen disini adalah bebas dari segala kepentingan dari pihak manapun. Latar belakang jurnalis seperti agama, suka yang mau tidak mau pasti “mengikat”, hendaknya tidak dijadikan kekangan, namun gunakan pemahaman yang mendalam dari latar belakang itu untuk memperkaya warna tulisan.
Sebagaimana salah satu fungsi pers sebagai sarana memantau kekuasaan sambil menjadi penghibur masyarakat dengan menyambung lidah mereka, elemen kelima pun demikian. Mungkin sesuai dengan sebuah ungkapan di harian Kompas, “Mengingatkan yang mapan, sambil menghibur yang lara”. Jurnalis yang baik akan berperan sebagai watch dog yang siap “menggonggong” kapan saja ketika para pemangku kuasa mulai berjalan di luar semestinya. Di waktu yang sama, jurnalis harus menjadi pemberi semangat dan penyambung lidah rakyat.
            Namanya juga media yang artinya wadah, maka salah satu elemen dari jurnalistik adalah menjadi wadah forum public untuk berpendapat dan berekspresi, baik untuk kritik maupun dukungan untuk masyarakat. Rata-rata hal ini sudah diterapkan di media-media Indonesia seperti rubric surat pembaca dan kolom artikel di harian Kompas, suara mahasiswa di harian Seputar Indonesia. Di stasiun Metro TV  ada program acara anda. Semua ini merupakan salah bentuk peran jurnalis sebagai wadah forum public. Di tempat-tempat seperti inilah masyarakat beropini, berkeluhkesah, menuangkan pikirannya.

Bill Kovach

            Sebagus apapun isi beritanya apabila tidak dibuat dengan menarik, maka tidak akan dihiraukan masyarakat. Maka dari itu jurnalis harus menulis berita dengan menarik dan relevan. Semboyan majalah Tempo yang berbunyi, “Enak Dibaca dan Perlu” merupakan cerminan nyata dari elemen ini. Berita yang ditulis dengan gaya jurnalistik sastrawi (gaya narasi) membuat pembaca seakan-akan sedang membaca karya sastra namun berisi fakta-fakta dan berupa berita. Selain untuk menarik dan membuat nyaman audiens dalam membaca, teknik ini juga digunakan untuk memperkuat reportase berita itu sendiri. Untuk memperkuat dan menanamkan gambaran yang matang pada audiens.
            Elemen berikutnya adalah jurnalis harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional. Komprehensif artinya pemberitaannya harus meliputi semua aspek dan menyeluruh, sedangkan proporsional adalah berimbang dan sesuai bobotnya.  Proporsional dan komprehensif dalam jurnalistik memang tak seilmiah pembuatan peta. Berita mana yang akan diangkat, mana yang di angkat mmenjadi berita utama, tentu penilaiannya berbeda antara wartawan dengan audiensnya.
            Last but not least, elemen terakhir adalah jurnalis harus diperbolehkan mengikuti hati nurani mereka. Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis akan banyak dihadapkan dengan berbagai tantangan. Saat itulah hati nuraninya akan berbicara, dan suara itu memang harus diperbolehkan diikutsertakan. Hati nurani itu akan mendorongnya melakukan hal-hal kemanusiaan, sehingga menjauhkan mereka dari usaha melakukan pemberitaan yang tidak terpuji. 

9 Elemen Jurnalisme :
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4. Praktisi Jurnalisme harus menjaga independensi terhadap sumber berita
5. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan
6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat
7. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan
8. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional
9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka

6 Oktober 2011

No comments:

Post a Comment