Saturday, December 19, 2009

Tidak Selamanya dibohongi Menyebalkan

Menurut logikanya manusia tidak suka ketika mereka dibohongi. Wajar dan manusiawi banget, siapa sih yang suka dibohongi? Tapi tunggu dulu. Sekarang di abad 21, dimana segala sesuatu berkembang begitu cepat, kebutuhan hidup meningkat, persaingan makin ketat, dan kemajuan kecanggihan teknologi, orang secara tidak sadar berubah pikiran. Ada sebuah paradigma yang terbentuk secara tidak sadar yaitu, “ternyata dibohongi pun menyenangkan”. Ah masa iya sih? Ga percaya? Perhatikan baik-baik

Loe pada tahu kan film-film box office Hollywood sebut saja Godzila, King-Kong, Jurasic Park, Star Wars, Transformer, Spidr-Man, Twilight Saga? Film itu dibuat dengan kesadaran penuh oleh kru film bahwa yang mereka lakukan adalah merealisasikan cerita kebohongan dalam layar film. Ya iyalah film fiktif gitu! Dan penonton secara sadar tahu, bahwa cerita di film itu fiktif dan mereka juga secara sadar memilih untuk menonton film seperti itu. Namanya saja film fiktif, semua yang ada di dalamnya adalah rekaan, sebut saja dinosaurus, vampire, perang bintang, manusia laba-laba. Bukannya ga menghargai imajinasi, tetapi yang ingin gw sampaikan adalah TIDAK SELAMANYA DIBOHONGI ITU MENYEBALKAN. Nyatanya para penonton sangat gembira dan puas minimal terhibur setelah menonton “Kebohongan” itu.

Ga cuma di layar teater bioskop, tapi “kebohongan” yang bikin senang ini pun mulai merambah dunia layar kaca. Biasanya terjadi di paket-paket acara. Sebut saja acara music di stasiun televisi swasta yang selalu nongol saban pagi. Acara itu berkonsep menampilkan performance artis/band, diselingi MC yang segar dan kocak, serta diselipi kuis yang menawarkan hadiah. Sampai disini konsep sangat baik. Namun dalam masalah teknisnya, banyak artificial yang sengaja dibuat untuk mendongkrak ranting acara. Penonton misalnya. Agar terlihat atraktif, pihak acara membayar orang untuk menjadi penonton. Penonton professional ini diinstruksikan untuk bernyanyi paling lantang, joget paling heboh, dan berjingkrak-jingkrak seru. Namun apakah penonton (di rumah / dibalik layar kaca) protes “dibohongi” penonton? Tidak juga. Mereka asyik-asyik aja, yang penting nonton hepi.

Ada juga paket acara di televise yang bernama reality show. Sejatinya,, menurut namanya, relity show adalah acara yang menampilkan orang biasa bukan artis dan kehidupan nyatanya dan direkam. Sejatinya, acara ini subjeknya adalah orang kalangan biasa yang mempunyai masalah pribadi atau keinginan yang ditindaklanjuti tapi dibarengi kru acara. Tapi pada kenyataannya, “pemain” yang ada adalah orang bayaran untuk mengikuti sebuah scenario yang telah di buat kru acara. Ada masalah dari penonton? Biasa aja, malah reality show pencetak ranting tinggi di dunia pertelevisian.

Gue bukannya mau mengajarkan bahwa bohong itu baik, nggaklah! Kejujuran itu prinsip dan esensi maka harus dipertahankan.Namun kebohongan ternyata menyenangkan bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, kebohongan dalam (kita ambil saja contoh film dan acara televise) ide cerita atau rekaan kostum, animasi, grafis, yang memang sengaja diciptakan untuk membuat kesan menarik. Jadi film fiksi bisa dibilang suatu kesatuan system kebohongan dimana komponen-komponennya bekerja sama untuk membuat impresi menarik. Ini bukan kritik atau opini gue tentang film fiktif, secara gw juga suka nonton film2 beginian, tapi ya itu tadi cuma mau menyampaikan sebua fenomena lucu dan unik yang terjadi dewasa ini bahwa MANUSIA TIDAK LAGI KESAL KETIKA DIBOHONGI, TIDAK SELAMANYA DIBOHONGI MENYEBALKAN.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Bene Krisna

Reposting dari notes facebook gw

No comments:

Post a Comment